RIZQI DAN KEBERKAHAN (4)
Assalamu'alaikumussalam wrwb.
Saudara dan Sahabatku yang dicintai Allah. Jangan lupa, mari kita terus
bersyukur kepada-Nya. Supaya kita tetap termasuk sedikit dari hamba-hamba-Nya
yang pandai bersyukur (QS.). Shalawat dan salam kita tunjukkan sebagai bukti
cinta pada Rasulullah saw, Sahabat, dan pengikutnya. Kita merindukan Beliau dan
syafaatnya.
Orang-orang tua kita menasehati dalam bahasa Jawa "nak ra usah
ngongso nggonmu golek rizqi, Allah wis njatah, sepiro jatah rizqimu" (anakku,
tidak usah berlebihan kamu mencari rizqi, Allah sudah menentukan bagian
seberapa bagian rizkimu). Petuah tersebut tampaknya diadopsi dari QS. Al-Nahl,
16:71).
Harta dalam pandangan Islam, memang termasuk salah satu kebutuhan dlarury
manusia, tetapi ditempatkan sebagai alat atau instrumen hidup
seseorang, agar di dalam melaksanakan tugas mengabdi kepada Allah berjalan
dengan baik.
Untuk shalat saja, kita harus menutup aurat. Dan menutup aurat tentu
butuh kain, sarung, mukena, atau baju yang pasti membutuhkan biaya. Apalagi
dalam ibadah sosial, lebih banyak membutuhkan biaya. Seakan-akan jika tanpa
uang, tidak bisa beramal sosial. Bahkan kewajiban zakat, hanya dibebankan
kepada yang termasuk orang kaya (aghniya').
Sahabatku yang disayangi Allah, tapi ingat, harta (مال/اموال)
artinya sesuatu yang menjadi kecenderungan manusia, akan berubah menjadi
biangkerok semua kesalahan, manakala dicintai melebihi porsinya. Demikian juga
jabatan (Al-Ghazali).
Allah mengingatkan, "bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah
permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu
serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang
menghasilkan tanaman-tanaman mengagumkan orang-orang kafir, kemudian tanaman
itu kering, menguning, dan hancur. Dan di akhirat nanti masih ada adzab, namun
juga ada ampunan dan ridha dari Allah" (QS. Al-Hadid, 57:20).
Ini mengingatkan kita, kita boleh memiliki harta yang banyak, supaya
dapat membayar zakat yang banyak, infaq, sedekah, akan tetapi musti didapat
dari sumber, proses, dan dikelola secara halal.
Selain akan ditanya di akhirat nanti dari mana kalian dapatkan harta dan
untuk apa kalian belanjakan, harta yang banyak akan membakar orang yang
mengejarnya menjadi "budak-budak" harta. Mereka tidak dapat atau
tidak sempat menikmatinya, tetapi justru dibelenggu dan dihajar, kala masih di
dunia ini. Lihat saja, para koruptor itu, harta mereka sudah menumpuk, tetapi
hati dan pikirannya rapuh dan fakir. Bisa saja karena ketangkap tangan oleh KPK,
atau karena didera tersiksa hatinya, karena merasa sayang pada hartanya.
Na'udzu bi Allah.
Selagi kita masih sehat wal afiat, mumpung belum terlambat, kita jemput
rizqi Allah yang halal. Karena yang halal, akan mendatangkan keberkahan.
Keberkahan berarti bertambah kebaikan. Mudahnya, sedikit tapi cukup. Yang mampu
merasa cukup itulah, sesungguhnya orang kaya.
Semoga Allah memberkahi Anda semua, di hari Jumat ini, Allah melapangkan
rizqi kita, keluarga kita, dan menyelimuti kita dengan ridha dan keberkahan-Nya.
Allah a'lam bi al-shawab.
Wassalamu'alaikum wrwb.
Semarang, 13/1/2017.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan beri masukan komentar anda