Pengikut

Jumat, 08 April 2016

proposal model pembelajaran di pesantren



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
          Sesuatu yang menarik dan patut untuk dikaji baik dari segi kelembagaan, perilaku santri maupun tokoh agama adalah dunia Pesantren, minimnya data tentang Pesantren, baik berupa manuskrip atau peninggalan sejarah lain yang menjelaskan tentang awal sejarah berdirinya Pesantren menjadikan keterangan - keterangan yang berkenaan denganya bersifat prejudice dan sangat beragam, sehingga menjadikan Pesantren sebagai bahan kajian yang tak pernah kering dikalangan peneliti dan ahli sejarah ( Amin Haidar, 2004: 1).
          Pesantren adalah lembaga yang bisa dikatakan merupakan wujud proses wajar perkembangan Sistem Pendidikan Nasional. Menurut Nurcholis Madjid, secara historis Pesantren tidak hanya identik dengan makna keislaman tetapi juga mengandung makna keaslian (indigenous) Indonesia.  Karena, sebelum datangnya Islam ke Indonesia pun lembaga serupa Pesantren ini sudah ada di Indonesia dan Islam tinggal meneruskan, melestarikan dan mengislamkannya. Jadi Pesantren merupakan hasil penyerapan akulturasi kebudayaan Hindu, Budha dan kebudayaan Islam kemudian menjelma menjadi suatu lembaga yang kita kenal sebagai Pesantren sekarang ini (Nurcholis Majid, 1997: 3).
          Asal usul Pesantren tidak bisa dipisahkan dari sejarah pengaruh walisongo abad ke 15-16 di jawa. Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang unik dan berkembang di jawa selama berabad-abad, disebabkan karena walisongo adalah tokoh – tokoh penyebar Islam yang telah berhasil mengkombinasikan aspek –aspek sekuler dan spiritual dalam memperkenalkan Islam pada masyarakat ( Ismail,Huda, kholiq, 2002:  3-4 )  
          Ada tiga elemen dasar yang membentuk pondok Pesantren sebagai sebuah subkultural, yang pertama, pola kepemimpinan pondok Pesantren yang mandiri tidak terkooptasi oleh negara, yang kedua penggunaan kitab –kitab rujukan umum yang selalu di gunakan berabad- abad lamanya dan yang ketiga, sistem nilai (value system) yang digunakan adalah bagian dari masyarakat luas. Dengan bermodal elemen yang ke tiga ini, dapat ditegaskan bahwa pondok Pesantren memiliki hubungan yang erat dengan  kehidupan masyarakat dan juga termasuk salah satu penopang pilar utama pendidikan di bumi Nusantara ini (Nassaruddin Umar, 2014: 7 ). Oleh karena itu, dalam prespektif historis, lahirnya Pesantren bukan sekedar untuk memenuhi kebutuhan akan pentingnya pendidikan, tetapi juga untuk penyiaran agama Islam.
          Meskipun lembaga pendidikan modern semakin banyak bermunculan, ternyata Pesantren tradisional hingga kini masih eksis. Ia merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam yang sangat diperhitungkan dalam mempersiapkan ulama’ masa depan, sekaligus sebagai garda terdepan dalam memfilter dampak negatif kehidupan modern, keberadaannya tidak hanya bertahan, akan tetapi dari masa ke masa kuantitasnya berkembang pesat.
          Peran dan fungsi pondok Pesantren dalam perkembangannya, tidak hanya sebagai lembaga pendidikan, tapi juga sebagai lembaga sosial dan penyiaran agama, Mastuhu dalam disertasinya yang berjudul “Dinamika sistem pendidikan Pesantren” mengungkapkan Pesantren mempunyai empat ciri khusus yang menonjol, mulai dari hanya memberikan pelajaran agama versi kitab – kitab Islam klasik berbahasa arab, mempunyai teknik pengajaran yang unik yang biasa dikenal dengan dengan metode sorogan dan bandongan atau wetonan, mengedepankan hafalan, serta menggunakan sistem halaqoh (Amin Haidar, 2004: 15-16) .
           Sebagai lembaga pendidikan Islam tujuan Pesantren tidak semata-mata untuk memperkaya pikiran murid dengan penjelasan-penjelasan, tetapi meningkatkan moral, melatih dan mempertinggi semangat, menghargai nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan, mengajarkan sikap dan tingkah laku yang jujur dan bermoral dan menyiapkan murid untuk hidup sederhana dan bersih hati (Syamsul Ma’arif, 2008: 71)
          Sistem pembelajaran yang ada di Pesantren Girikusuma adalah menekankan terhadap pembelajaran afektif, Afektif berhubungan dengan nilai, yang tidak mudah untuk diukur karena menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam. Dalam batas tertentu memang afeksi dapat muncul dalam perilaku, akan tetapi penilaianya untuk sampai pada kesimpulan yang bisa dipertanggung jawabkan membutuhkan ketelitian dan observasi yang terus menerus. Pondok Pesantren Girikusuma dalam melaksanaan proses pembelajaran  menggunakan metode sorogan, bandongan  dan klasikal, untuk pelaksanaan metode tersebut pondok Pesantren Girikusuma menerapakannya di sekolah Islam salaf dan pengajian kitab kuning secara klasikal dengan sesepuh pondok Pesantren yaitu kyai.
           Kitab kuning sebagai sumber belajar seperti kitab- kitab fiqih madzhab syafi’iyah, tasawuf, shorof ,nahwu dan tafsir jalalain. Ada beberapa hal yang penting diperhatikan dalam mengikuti proses pembelajaran kitab di Pesantren, yang menyangkut interaksi guru-murid dan sumber belajar, antara lain sebagai berikut :
1.         Kyai sebagai guru dipatuhi secara mutlak, dihormati termasuk anggota keluarganya, dan kadang dianggap memiliki kekuatan ghaib yang dapat memberi berkah.
2.         Diperoleh tidaknya ilmu itu bukan semata-mata karena ketajaman
akal, ketetapan metode mencarinya dan kesungguhan berusaha;
melainkan juga bergantung pada kesucian jiwa, restu dan berkah
kyai serta upaya ritual keagamaan seperti puasa, doa dan riadhah.
Bahkan cara yang terakhir ini memenuhi tradisi Pesantren
3.         Kitab adalah guru yang paling sabar dan tidak pernah marah. Karena itu, ia harus dihormati dan dihargai atas jasanya yang telah banyak mengajar santri
4.         Transmisi lisan para kyai adalah penting. Meskipun santri mampu
menelaah kitab sendiri, yang demikian ini belum disebut ngaji
          Pelaksanaan pengajaran kitab ini secara bertahap, dari kurikulum
tingkat dasar yang mengajarkan kitab-kitab sederhana, kemudian tingkat lanjutan, dan takhassus. Dalam pengajaran ini dipergunakan berbagai metode disertai dengan model dalam pengembangan kajian kitab kuning, antara lain : hafalan, sorogan, weton atau bandongan, mudzakarah dan majlis ta’lim (Muhammad Thoriqussu’ud, 2012: 233-234)
          Keseluruhan kitab-kitab klasik atau kitab kuning yang diajarkan di Pesantren dapat digolongkan kedalam delapan kelompok 1) Nahwu, 2) sarof, 3) fiqh, 4) ushul fiqh, 5) tafsir, 6) tauhid, 7) tasawuf atau etika , 8) cabang – cabang lain seperti tarikh dan balaghah, secara umum kitab yang di ajarkan Pesantren sama jenisnya baik di jawa maupun Pesantren selain jawa, kesamaan kitab yang di ajarkan dan sistem pengajaran tersebut menghasilkan homogenitas pandangan hidup, kultural dan praktek – praktek keagamaan dikalangan santri. Perlu diketahui juga bahwa dalam kajian kitab –kitab klasik tidak sekedar membaca teks hitam putih , tetapi juga memberikan pandangan – pandangan atau penjelasan-penjelasan (interprestasi) pribadi baik mengenai isi maupun bahasa dari teks, sehingga mampu menghantarkn santri agar bisa menterjemahkan dan memberikan pandangan tentang isi dan makna dari teks tersebut (Amin Haidar, 2004: 39-40).
          Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kehidupan semakin kompleks dan kebutuhan semakin meningkat. Santri tidak hanya dituntut untuk menguasai ilmu-ilmu agama melalui penguasaan kitab kuning (mampu membaca kitab kuning lebih cepat, mampu memahami dan menterjemahkan kitab kuning dan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan masyarakat), tetapi juga harus mempunyai kompetensi dan keterampilan mengajarkan kembali isi dari Kitab Kuning tersebut. Bagaimana Model pembelajaran yang baik dalam mengkaji kitab kuning itulah yang perlu dikaji dan dikembangkan di pondok Pesantren sekarang ini.
          Pondok Pesantren Girikusuma yang berada di desa Banyumeneng Kabupaten Demak merupakan salah satu pondok Pesantren yang sampai saat ini masih memakai model pembelajaran klasik dan salaf karena dalam proses pembelajaran di pondok Pesantren Girikusuma masih dijumpai metode sorogan ,bandongan dan klasikal, walaupun dalam kurikum pembelajaran memakai kurikulum berbasis kompetensi mandiri (KBK mandiri) yang tujuanya adalah mempersiapkan santri menghadapi tantangan zaman ketika di terjunkan kelapangan (asyarakat).
          Dari paparan di atas, penulis sangatlah tertarik untuk meneliti model-model pembelajaran kitab kuning di pondok Pesantren tersebut dengan mengangkat judul ‚ MODEL PEMBELAJARAN KITAB KUNING DI PONDOK PESANTREN GIRIKUSUMA ‛Studi kasus pembelajaran kitab kuning di pondok Pesantren Girikusuma Banyumeneng Mranggen demak.
B. Rumusan Masalah.
          Untuk memudahkan pembahasan ini, maka permasalahan akan dirumuskan dalam beberapa hal berikut ini :
1.    Bagaimana pembelajaran yang ada di pondok Pesantren Girikusuma ?
2.      Faktor apa yang menyebabkan kesulitan santri dalam belajar kitab kuning?
3.      Pengembangan model apa yang dapat disajikan alternative untuk mengatasi kesulitan santri dalam pembelajaran berbagai kitab di pondok Pesantren Girikusuma ?
4.     Kontribusi apa yang diberikan santri selesai memahami kitab kuning dipesantren dan masyarakat.
C. Fokus Masalah
1.    Bagaimana pembelajaran kitab kuning di pondok Pesantren Girikusuma ?
2.      Faktor apa yang menyebabkan kesulitan santri pemula dalam belajar kitab kuning ?
3.     Bagaimana model pembelajaran kitab kuning yang diterapkan di pondok Pesantren Girikusuma ?
4.    Kontribusi apa yang dapat diwujudkan /aplikasikan bagi santri selesai memahami kitab kuning di pondok Pesantren Girikusuma ?
D. Tujuan Penelitian
              Sebagaimana rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian penulis adalah:
1.    Untuk mendiskripsikan dari pelaksanaan pembelajaran kitab kunig di Pondok Pesantren Girikusuma.
2.    Untuk mendiskripsikan dari Faktor apa yang menyebabkan kesulitan santri pemula dalam belajar kitab kuning.
3.    Untuk mendiskripsikan model-model pembelajaran kitab kunig dan menganalisa tingkat keberhasilan pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Girikusuma.
4.    Untuk mengetahui kontribusi apa yang dapat diwujudkan /aplikasikan bagi santri selesai memahami kitab kuning di pondok Pesantren Girikusuma.
E. Signifikansi Penelitian
Secara rinci hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:
1.    Sebagai masukan yang bermanfaat bagi pondok Pesantren Girikusuma Banyumeneng Mranggen dalam meningkat pembelajaran teruma yang berkaitan dengan model pembelajaran kitab kuning di pondok Pesantren, sehingga meningkatkan kualiatan santri (membaca, memahami, menterjemahkan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
2.    Sebagai penambah khasanah dalam penelitian yang dapat digunakan dan dikembangkan oleh semua pihak terutama bagi Program Studi Pendidikan Agama Islam pasca sarjana UIN Walisongo Semarang.
3.    Sebagai penambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis khususnya dalam bidang pendidikan dalam pondok Pesantren dan bidang lainnya.
4.    Sebagai referensi bagi peneliti-peneliti lain dalam mengkaji masalah penelitian lembaga pendidikan di masa mendatang.
F. Landasan Teori
1. Model Pembelajaran. 
a)    pengertian    
          Model dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah contoh, pola,
acuan, ragam, macam, dan sebagainya dari sesuatu yang akan dibuat atau
dihasilkan. Menurut Dorin, Demmin dan Gabel, 1990 , model merupakan gambaran mental yang membantu kita untuk menjelaskan sesuatu dengan lebih jelas terhadap sesuatu yang tidak dapat dilihat atau tidak dialami secara langsung (Ella yulaelawati, 2007: 60 ).
   Menurut Ryder (2003) model seperti mitos dan metafor, dapat membantu kita memahami sesuatu, apakah model itu diturunkan oleh seseorang atau merupakan hasil dari penelitian, setiap model menawarkan sesuatu pemahaman yang lebih mudah (Ella yulaelawati, 2007: 67).
Pembelajaran adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswanya dengan sumber belajar lainya) dalam rangka mencapai tujuan. Dari makna ini jelas terlihat bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana diantara keduanya terjadi komunikasi( transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapakan sebelumnya (Trianto, 2010: 17).
Menurut Sunhaji (2007) suatu aktivitas untuk mentransformasikan bahan pelajaran kepada subjek belajar (Jamal Ma’mur Asmani, 2010:19 )
Dari penegasan istilah di atas tadi sehingga dapat memberikan devinisi tentang model pembelajaran dari berbagai pendapat, diantarany :
            Model pembelajaran menurut Dewey ( joyce & Weil, 1986) adalah “a plan or pattern that we can use to design face to face teaching in the classroom or tutorial setting and tho shape intrultional material” (suatu rencana atau pola yang dapat kita gunakan untuk merancang tatap muka dikelas atau pembelajaran tambahan di luar kelas dan untuk menajamkan materi pelajaran). Sehingga dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa model pembelajaran merupakan kerangka dasar pembelajaran yang dapat diisi oleh beragam muatan mata pelajaran, sesuai dengan karakteristik kerangka dasar.(Abdul Majid, 2012: 127).
         Menurut Soekamto, dkk (dalam Nurulwati, 2000: 10) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar (Trianto, 2010: 22).
          Menurut (Kardi dan Nur, 2000: 9). Istilah Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode atau prosedur, sehingga model pengajar mempunyai empat ciri-ciri yang tidak dimiliki oleh strategi, metode dan prosedur. Di antaranya ciri-ciri tersebut ialah :
1)   Rasinal teoritis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya.
2)   Landasan pemikiran tentang apa dan bagaiaman siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan di capai)
3)   Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil.
4)   Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Trianto, 2010: 23).
b)   Jenis pesantren
pesantren atau pondok, surau, dayah adalah nama salah satu lembaga Islam baik yang ada di jawa maupun di luar  jawa. Pondok pesantren adalah lembaga keagamaan yang memberikan pendidikan dan pengajaran serta mengembangkan dan menyebarkan ilmu agama Islam (Ridlwan Nasir, 2010: 80).
Menurut Ridlwan Nasir jenis jenis pondok pesantren di klasifikasikan menjadi lima, yaitu:
1.    Pondok pesantren salaf/klasik.
2.    Pondok pesantren semi berkembang.
3.    Pondok pesantren berkembang.
4.    Pondok pesantren kholaf.
5.    Pondok pesantren ideal (Ridlwan Nasir,  2010: 87-88).
c)    Macam-Macam Model Pembelajaran
          Di pondok pesantren salaf sering kita jumpai berbagai macam model pembelejaran diantaranya :
1)      Model pembelajaran Tadzkirah
2)      Model pembelajaran Istiqomah.
3)      Model pembelajaran kontektual
4)      Model pembelajaran Experience
5)      Model pembelajaran konstruktif
6)      Model pembelajaran reflektif. (Abdul Majid, 2012: 135)
Dari keterangan di atas dapat tarik kesimpulan bahwa model pembelajaran yang diterapakan di pondok pesantren mencakup dua aspek, yaitu:
1.    Model pembelajaran yang bersifat individual, yakni model  pembelajaran yang diselenggarakan secara individu seperti model menggunakan sistem sorogan
2.     Model pembelajaran kelompok, yakni model pembelajaran yang diselenggarakan secara bandongan atau wetonan, seperti sistem halaqoh atau madrasah.
d)   Metode pembelajaran yang ada di pesantren.
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru, yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran (H. Hamzah B.uno, 2011: 2).
Dalam pembelajaran kitab kuning digunakan berbagai metode dan model diantaranya, adalah:
1.    Wetonan atau Bandongan
          weton adalah berlangsungnnya pengajian itu merupakan inisiatif kyai itu sendiri, baik dalam menentukan tempat, waktu terutama kitabnya. Disebut bandongan karena pengajian diberikan secara kelompok yang diikuti oleh seluruh santri. Kelompok santri yang duduk mengitari kyai dalam pengajioan itu disebut halaqoh
2.    Sorogan
Sorogan adalah pengajian secara individual, seorang santri menghadap kyai untuk mempelajari kitab tertentu.
3.    Mudzakarah atau musyawarah
          Mudzakarah atau musyawarah adalah pertemuan ilmiah yang secara khusus membahas persoalan agama pada umumnya. Metode ini digunakan dalam dua tingkatan, pertama, diselenggarakan oleh sesama santri untuk membahas suatu masalah agar terlatih untuk memecahkan masalah dengan menggunakan rujukan kitab-kitab yang tersedia. Kedua,
mudzakarah yang dipimpin kyai, di mana hasil mudzakarah santri diajukan untuk dibahas dan dinilai seperti dalam seminar (Muhammad Thoriqussu’ud, 2012: 235-237).
2. kitab kuning
a.    pengertian
       Tidak asing lagi bahwa pelajaran di Pesantren hampir semuanya buku-bukunya berbahasa arab yang dikenal dengan kitab kuning, karena pada umumnya kitab-kitab itu dicetak dengan memakai kertas yang berwarna kuning ( Depag, 2003 : 32), selain istilah kitab kuning, sejumlah pihak juga menyebut kitab-kitab klasik, sebab memang banyak sekali kitab-kitab yang ditulis ulama - ulama pada abad pertengahan (Babun Suharto, 2011: 120), akan tetapi tidak sedikit kitab-kitab yang ditulis oleh ulama’kontemporer karena orang –orang sama menyebutnya kitab gundul atau tidak ada harakat.
          Menurut Martin Van Bruinessen, kitab kuning adalah kitab-kitab klasik yang ditulis berabad-abad yang lalu (Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning , 1995: 17)  Dengan kata lain dalam buku itu mendefinisikan kitab kuning dengan buku-buku berhuruf arab yang dipakai di lingkungan pesantren.
                      Dari keterangan tersebut dapat kita tarik pengertian yang relavan bahwa kitab kuning adalah kitab-kitab keagamaan berbahasa Arab atau berhuruf Arab karya ulama salaf, ulama zaman dahulu yang dicetak dengan kertas kuning yang disebut dengan kutub al-turats yang isinya berupa hazanah kreatifitas pengembangan peradaban Islam pada zaman dahulu.
b.    Ciri – Ciri Kitab Kuning.                             
          Kitab merupakan istilah khusus yang digunakan untuk menyebut
karya tulis di bidang keagamaan yang ditulis dengan huruf Arab. Sebutan
ini membedakan karya tulis pada umumnya yang ditulis dengan huruf
selain Arab, yang disebut buku, Adapun kitab yang dijadikan sumber belajar di pesantren dan lembaga pendidikan Islam tradisional semacamnya, disebut kitab kuning (Muhammad Thariq Husain, 2012: 231).
Adapun kitab kuning memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1)  Penyususnan dari yang lebih besar terinci ke yang lebih kecil seperti kitabun, faslhun, far’un
2) Tidak menggunakan tanda baca lazim , tidak memakai titik, koma, tanda seru, tanda tanya dan lainya.
3)  Selalu di gunakan istilah (idiom) dan rumus-rumus tertentu seperti untuk menyatakan pendapat yang kuat dengan memakai istilah al madzhab al –ashoh.(Mujamil Qomal: 127)
c.     Sistem Pengajaran Kitab Kuning
        Sistem Pengajaran Kitab kuning, atau Islam klasik di pondok pesantren Girikusuma dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis  
1)   Sistem Sorogan
Sistem sorogan yang ada di pesantren Girikusuma tetap di pertahankan karena banyak faedah yang mendorong para santri untuk lebih giat dalam mengkaji dan memahami kitab - kitab wajib.
Sistem sorogan mempunyai faedah diantaranya :
a).Santri lebih mudah berdialog secara langsung dengan kyai atau  ustadz.
b).Santri lebih cepat dan matang dalam mengkaji kitab-kitab kuning.
c).Santri lebih memahami dan mengenang kitab yang dipelajari dan bersikap aktif.
2)   Sistem weton / Bandongan.
               Dalam pengajaran kitab kuning, sistem bandongan yang diterapakan di pesantren Girikusuma meliputi
a)    Sistem klasikal yang ditentukan oleh kyai
b)   Sistem Madrasah
c)    Sistem mudzakaroh
d)   Sistem halaqoh.
Skema sistem pengajaran di pesantren Girikusuma
Sistem Pengajaran

 
                                                    

 







                                                                                                     












Santri membahas materi yang di ajarkan oleh ustadz dari kitab kemudian di bahas kembali dengan teman-temanya

 



Diskusi kelompok, Kyai atau Ustadz memberikan topik atau masalah sementara santri berdiskusi di kalangan sendiri kemudian baru berdiskusi dengan kyai

 

Kyai atau Ustadz yang membacakan, menjelaskan dan santri mendengarkan dan mencatat
 

Pengajian umum
5-500 santri. Kyai atau Ustadz yang membacakan, menjelaskan dan santri mendengarkan dan mencatat

 

 






d.   Beberapa kelebihan dari sistem pengajaran kitab kuning di antaranya :
a)    Sistem pengajaran yang di terapkan dalam proses belajar – mengajar adalah tidak dimasukannya materi pelajaran dalam silabus-silabus yang terprogam, melainkan berpegang pada bab-bab yang tercantum dalam kitab.
b)   Para santri sehabis mempelajari teori – teori yang ada dalam kitab kuning, kemudian langsung mempratekanya, kemudian membahas hasil praktek itu untuk di uji kembali dengan teori yang meraka pelajari.
c)    Tingkat keberhasilan seorang santri dalam belajar adalah banyak ditentukan oleh kemampuan secara individunya, karena semakin cerdas santri dalam belajarnya maka ia semakin cepat dalam menyelesaikan pelajaranya.
d)   Motivasi keagamaan merupakan faktor yang mendorong setiap individu untuk lebih giat, dimana seorang kyai maupun santri berkeyakinan bahwa mereka sedang melakukan ibadah kepada Allah.  
e.    Beberapa kelemahan dari sistem pengajaran kitab kuning di antaranya :
a)    Pengajian kitab kuning dengan sistem weton menjadikan santri pasif, karena santri hanya mendengarkan dan mencatat makna harfiah tanpa adanya dialog antara santri dan kyai atau ustadz
b)   Tidak adanya absensi dalam proses belajar-mengajar, sehingga mengakibatkan tidak di siplin dalam mengikuti pelajaran.
c)    Orientasi keilmuan di pondok pesantren lebih dititik beratkan pada kajian-kajian ilmu terapan seperti fiqih,tasawuf dan ilmu gramatika yang dimaksud ilmu terpan adalah ilmu yang perlu di ketahui dan di amalkan setiap hari.
d)   Liberalisasi dalam proses belajar-mengajar yang berlangsung di pesantren, pada kenyataanya sering menjadi faktor utama dari berlarut-larutnya masa belajar seorang santri di pesantren.
e)    Konsep barakah yang pada awalnya dimaksudkan sebagai motivasi bagi para santri untuk lebih giat belajar, pada kenyataan lebih dominan mematiakn orientasi ilmiah (Ridlwan Nasir, 2010 : 139-141)
f.     faktor penunjang dan faktor penghambat yang mempengaruhi keberhasilan dalam belajar
          Faktor penunjang adalah segala hal yang membantu dan mendukung terhadap pelaksanaan pendidikan dan dalam mencapai tujuan. Diantara faktor penunjang adalah:
1)      komitmet Kyai.
2)      Kompetensi Ustadz.
3)      Peran Santri.
4)      Kurikulum yang di gunakan
5)      Kitab-kitab yang di gunakan.
6)      Metode yang di gunakan.
7)      Sarana dan prasana.

          Sedangkan faktor penghambat adalah segala hal yang dapat mempengaruhi, memperlambat terhadap pelaksanaan pendidikan dan dalam meraih tujuan. Diantara faktor penghambat adalah:
a)      Honor Ustadz/ Guru
b)      Kualitas input Santri.
c)      Kuantitas dan kualitas jenjang mutakhorijin( Farida Hanun, 2013: 102-104).
G. PENELITIAN RELEVAN
              Seperti yang dijelaskan di atas, bahwa kitab kuning dan pondok Pesantren merupakan dua sisi yang tidak bisa dipisahkan, dan tidak bisa saling meniadakan. Kitab kuning senantiasa menjadi materi kajian pokok dalam pendidikan di pondok Pesantren. Oleh karena itu, penelitian tentang pemebelajaran kitab kuning telah banyak dilakukan oleh pemerhati pendidikan.
          Supandi, mahasiswa Pascasarjana IAIN Sunan Ampel telah mengadakan penelitian tentang pembelajaran kitab kuning dengan mengangkat judul ‚Implementasi Program Akselerasi Pembelajaran Kitab Kuning Bagi Anak Usia 7-21 Tahun‚ Studi Komparatif Maktab Nubdzatul Bayan Bata-Bata Panaan Palengaan Pamekasan dan Maktab Nubdzatul Bayan al-Majidiyah Palduding Plakpak Pegantenan Pamekasan. Dalam penelitiannya disimpulkan bahwa dengan program akselerasi pembelajaran kitab kuning di kedua lembaga tersebut dilihat dari out-put, perkembangannya yang semakin maju serta minat dan kepercayaan masyarakat tergolong berhasil.
          Kekurangan dalam penelitian tersebut menurut penulis, di samping tidak mengungkapkan beberapa program dan model pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata, juga tidak menjelaskan tentang metode yang dominan dan paling efektif dalam pembelajaran kitab kuning.
          Tesis Ahmad Gazali yang berjudul “Dinamika Pembelajaran Pada Pondok Pesantren Al-Istiqamah Banjarmasin” tahun 2004. Dalam tesis ini penulisnya mengemukakan secara komprehensif tentang dinamika pembelajaran pada Pondok Pesantren Al-Istiqomah Banjarmasin.
          Adapun perbedaan penelitian ini dari penelitian sebelumnya, sebagaimana disebut di atas adalah model pembelajaran kitab kuning.
H. KERANGKA PIKIR PENELITIAN
          Berdasarkan kajian pustaka di atas maka sebuah model konseptual atau kerangka pemikiran teoritis dapat dikembangkan dalam penelitian ini sebagai berikut:









Latar Alamiyah pesantren Girikusuma
 
Model pembelajaran kitab kuning di pesantren Girikusuma














Hasil yang dicapai
 
 















I. METODE PENELITIAN
1.      Metode Penelitian
Secara umum metode penelitian diartikan sebagai suatu usaha pencarian kebenaran terhadap fenomena, fakta, atau gejala dengan cara ilmiah untuk memecahkan masalah atau mengembangkan ilmu pengetahuan (Amri Darwis, 2014: 1)
a.       Jenis penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakn jenis penelitan kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan data desktritif, dari jenisnya, penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian lapangan, yaitu penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga, atau gejala tertentu yang dalam hal ini adalah Peneliti terjun langsung ke lokasi penelitian yaitu Pesantren Girikusuma Kec. Mranggen.
b.      Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, pendekatan yang menekankan aspek subyektifitas guru dalam mengajar kitab kuning di Pesantren. Studi kasus memberikan gambaran (Deskriptif) yang detail tentang model pembelajaran kitab kuning di pesantren Girikusuma.
c.       Waktu dan Tempat Penelitian
Peneliti mulai melaksakan penelitian ini tanggal  20 Februar - 10 April 2016. Sedangkan lokasi yang ditempati untuk meneliti adalah Pondok Pesantren Girikusuma Banyumeneng Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak.
d.      Informan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti observasi kelapangan, melakukan wawancara dan mengamati kepada orang-orang yang di pandang tahu dan paham tentang kondisi pesantren dalam obyek penelitian.
Oleh karena itu sesuai dengan focus dari penelitian ini, subjek yang akan dijadikan informan utama antara lain: lurah pondok atau yang mewakilinya, pengajar kitab, kepala madrasah dan juga para santri yang menetap di pesantren.
  1. Metode Pengumpulan Data
Peneliti dalam penelitian yang berjudulModel Pembelajaran Kitab Kuning Di Pesantren Girikusumaberupaya mengumpulkan data, dengan metode pengumpulan data sebagai berikut:
a.       Observasi.
Menurut Amri Darwis Observasi ialah melakukan pengamatan terhadap sumber data (2014: 56). Observasi bisa dilakukan secara terlibat (partisipan) dan tidak terlibat (non-partisipan). Dalam pengamatan terlibat, peneliti ikut terlibat dalam aktivitas orang-orang yang dijadikan sumber data penelitian, sedang pengamatan yang tidak terlibat peneliti tidak ikut langsung dalam aktivitas orang-orang yang dijadikan sumber data peneliti.
b.       Wawancara.
Wawancara dalam penelitian pendekatan kualitatif dibagi menjadi tiga katagori yaitu 1) wawancara dengan cara melakukan pembicaraan dengan informal (informal convercational interview) 2) wawancara umum terarah (general interview guide approach). 3) wawancara terbuka yang standar ( standardized open-ended interview) (Jonathan Sarwono, 2006: 245). Dengan menggunakan metode wawancara keberhasilan mendapatkan data atau informasi dari obyek yang diteliti bergantung kepada kemampuan peneliti dalam melakukan wawancara. Adapun hal–hal yang diajukan dalam wawancara tersebut adalah hal-hal yang berkaitan dengan masalah model pembelajaran kitab kuning, bagaimana cara mengaplikasikanya dalam kehidupan di masyarakat.
c.      Dokumentasi
Dokumentasi merupakan sarana pembantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data atau informasi dengan cara membaca surat-surat, pengumuman, pernyataan tertulis, dan bahan-bahan tulisan lainya (Jonathan Sarwono, 2006: 246). Pengumpulan data melalui dokumen bisa menggunakan alat kamera, video shooting atau dengan cara fotokopi (Amri Darwis, 2014: 57). Dalam hal ini penulis mengumpulkan data tentang kondisi secara umum tentang pesantren Girikusuma, serta keadaan santri dan para Ustadz yang mengampu khususnya kitab kuning di pesantren.

  1. Sumber Data Penelitian.
Data adalah segala sesuatu yang sudah dicatat, segala sesuatu itu bisa berupa dokumen, batu-batuan, air, pohon dan manusia, data terbagi menjadi dua, yaitu data primer dan data skunder (Amri Darwis, 2014: 121).
Yang dimaksud dengan data primer adalah data yang diambil langsung tanpa perantara dari sumbernya (Amri Darwis, 2014: 122). Sumber data primer disini  berasal dari pondok pesantren, santri dan para asatid yang mengajar di pesantren.
Yang dimaksud dengan data skunder adalah data yang diambil secara tidak langsung dari sumbernya (Amri Darwis, 2014: 122).Yang menjadi sumber data sekunder adalah karya ilmiah, jurnal-jurnal, buku-buku dan tulisan-tulisan yang relevan dengan penelitian ini serta dokumen-dokumen lain yang mendukungnya.  
  1. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh akan dianalisis menggunakan metode deskriptif analisis karena berupaya mengungkapkan data-data atau gejala-gejala yang berkaitan dengan model pembelajaran kitab kuning di pesantren Girikusuma. Menurut Miles dan Hubermen (1984), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif, dan berlangsung secara terus – menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Langkah-langkah dalam analisis data diantaranya: (Amri Darwis, 2014: 142).
a.       Reduksi data.
Memilih data dari berbagai sumber yang relevan dengan data yang di inginkan, kemudian direduksi sejumlah data dalam suatu laporan lapangan yang sistematis dan difokuskan pada hal-hal yang berekenaan model pembelajaran kitab kuning di pesantren Girikusuma.
b.     Display data (penyajian data)
Display data yakni peneliti merangkum dalam bentuk uraian yang singkat, hal-hal pokok dan kemudian disusun ke dalam bentuk deskriptif yang naratif dan sitematis sehingga dapat memudahkan mencari tema sentral sesuai dengan fokus atau tema rumusan.
c.       Verifikasi data
Verifikasi data yakni peneliti mencari makna dari data yang dikumpulkan secara teliti. Hasil dari verifikasi ini berupa kesimpulan yang menjawab dari rumusan masalah yang telah ditentukan yaitu mengenai model pembelajaran kitab kuning di pesantren Girikusuma.
J. SISTEMATIKA PENULISAN.
          Untuk memudahkan dalam pembahasan proposal ini dibatasi melalui
penyusunan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I        :  PENDAHULUAN.
        Pada bab ini dibahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan diakhiri dengan sistematika penulisan.
BAB II       : LANDASAN TEORI
  Pada bab ini  membahas tentang landasan teori, pengertian model pembelajaran pesantren, serta variabel kitab kuning kerangka pikiran peneliti.
BAB III                 : METODOLOGI PENELITIAN
Berisi gambaran umum Kemudian tentang, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis yang digunakan untuk menguji kebenaran penelitian.
BAB IV                 : HASIL DAN PEMBAHASAN
berisi tentang analisis hasil penelitian,model pembelajaran kitab kuning di Pesantren Girikusuma.
    BAB V         : PENUTUP
Bab terakhir dari penelitian ini akan diuraikan kesimpulan yang diperoleh dalam pembahasan dan saran-saran berdasarkan hasil penelitian.









DAFTAR PUSTAKA


Ali Anwar, Pembearuan Pendidikan Di Pesantren Lirboyo Kediri,(Yokjakarta, Pustaka Pelajar, 2011) , hlm. 23
Abdul Majid, belajar dan pembelajaran pendidikan agama islam,bandung,Pt Remaja rosdakarya, 2012, hlm. 127
Babun suharta, dari pesantren untuk umat, reinventing eksistensi pesantren di era globalisasi, surabaya, imtizas, 2011, hlm. 120.
Ella yulaelawati, kurikulum dan pembelajaran filosofi,teori dan aplikasi,jakarta, pakar raja ,2007, hlm. 60,67
Farida Hanun, Jurnal “Al-Qalam” Volume 19 Nomor 1 Juni 2013.
Hamzah B. Uno, model pembelajaran,menciptakan proses belajar mengajar yang kreatif dan efektif, jakarta, bumi aksara, 2011, hlm. 2
H. Amridarwis, Metode Penelitian Pendidikan Islam, Jakarta, PT RajaGrafindo persada,2014,  hlm.1, 57 ,121,122,142.
HM. Amin Haedar, Masa depan pesantren dalam tantangan modernitas dan tantangan kompleksitas global,( jakarta, IRD PRESS, 2004), hlm. 1
Ismail, Nurul Huda, Abdul Khaliq, Dinamika Pesantren Dan Madrasah, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2002) , Hlm. 3-4 ,
Jamal ma’mur asmani,7tips aplikasi pakem(pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan,sampangan Gg perk utut, 2014 , hlm. 19
jonathan sarwono, metodologi penelitian kuantitaif dan kualitatif, yogjakarta, graha ilmu, 2006, hlm. 245-246
Kamus besar bahasa Indonesia.,,,,,,
Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokrasi Intitusi, Jakarta Erlangga ,hlm.127
Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning Pesantren Dan Tarekat,Bandung ,Mizan, 1995, Hlm. 17 
Muhammad Thoriqussu’ud, Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012, hlm. 231-237.
Nurcholis Madjid, Bilik-Bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan, cet. 1 (Jakarta: Paramadina, 1997), hal. 3.
Nassaruddin Umar, Rethinking pesantren, (jakarta , pt alex media komputindo, 2014), hlm. 7
Ridlwan nasir, mencari tipologi format pendidikan ideal pondok pesantren ditengah arus perubahan, yogjakarta, pustaka pelajar, 2010, hlm. 80, 87,88.
Trianto, mendesain model pembelajaran inovatif- progresif, konsep landasan dan implementasinya pada kurikulum tingkat satuan pendidikan, jakarata, kencana prenada media grup, 2010, hlm. 22.23.
Tesis supandi IAIN Sunan Ampel berjudul pembelajaran kitab kuning dengan mengangkat judul ‚Implementasi Program Akselerasi Pembelajaran Kitab Kuning Bagi Anak Usia 7-21 Tahun‚ Studi Komparatif Maktab Nubdzatul Bayan Bata-Bata Panaan Palengaan Pamekasan dan Maktab Nubdzatul Bayan al-Majidiyah Palduding Plakpak Pegantenan Pamekasan.
Tesis Ahmad Gazali yang berjudul “Dinamika Pembelajaran Pada Pondok Pesantren Al-Istiqamah Banjarmasin” tahun 2004.





1 komentar:

silahkan beri masukan komentar anda