Pengikut

Sabtu, 24 Februari 2018

نموذج التعلم الكتاب الأصفر في بيزانترين جيريكوسومو مرانجين من منظور مبادئ التعلم النشط


نموذج التعلم الكتاب الأصفر في بيزانترين جيريكوسومو مرانجين من منظور مبادئ التعلم النشط

Nama               : Mashadi
Tempat kerja    : SMP IP Assalamah Ungaran
Gmail               : haikalkholil80@gmail.com
Kontak             : 081575955875/085290096756
    
الملخص
الكتاب الأصفر هو خاصة للمعهد، مشاكل بحثية هامة وكبيرة جداً، نموذج تعلم الكتاب أصفر في منظور مبادئ "التعلم النشط". يهدف هذا البحث إلى معرفة نجاح الطلاب في القراءة ومراقبة "الكتاب الأصفر"، والعقبات التي تواجه الأستاذ. يستخدم هذا البحث المنهج النوعي الوصفي مع دراسات حالة. البيانات المستمدة من الباحثين الأولية، هي مصادر البيانات الثانوية من الملاحظات، والصور، وتقنيات جمع البيانات عن طريق الملاحظة والمقابلات والوثائق. تقنيات تحليل البيانات تتم من خلال الحد من البيانات وعرض البيانات وسحب الاستنتاج. يتم التحقق من صحة البيانات عن طريق تريانجوليشن. وخلصت الدراسة إلى الجهود التي كانت: ۱) جميع الطلاب متابعة استعراض "الكتاب الأصفر" في فئة كل يوم السبت إلى يوم الخميس ابتداء من الساعة  ۱۱٠٣٠٠٧٠٣٠م . ٢) كل ليلة عقد نظام مناقشة فئة مصحوبة بمدرسة داخلية. ٣ (الأساليب المطبقة: أساليب سوروجان، باندونجان، ومحاضرات، والمناقشة، وتلاوة وحفظ، أساليب الاستجواب. ٤) المعوقات التي يواجهها الطلبة في الفصول الدراسية ظروف أقل استقرارا .

الكلمات الرئيسية: الكتاب الأصفر ومبدأ التعلم النشط


Title       :Yellow Book Learning Model In Boarding Girikusumo  Mranggen and the Relevance With Model Active Learning

ABSTRACT
A yellow book is the characteristic of the moslem boarding school, a very important and significant, the problem of this research is yellow book instructional model in the perspective of Active Learning principle. This study aims to determine the success of students in reading and mastery of yellow books, and constraints faced by Ustadz. This research uses qualitative descriptive approach with case study form. Primary data comes from the researchers, secondary data sourced from notes and drawings, data collection techniques through observation, interviews, and documentation. Data analysis technique is done through data reduction, data presentation, and conclusion. Checking the validity of data is done by trianggulation. This research concludes the efforts are: 1) all students follow the study of yellow book in class every Saturday until Thursday from 07.30 - 11.30 WIB. 2) every night held a class discussion system accompanied by boarding school board. 3) The methods applied are: Sorogan Method, Discussion, Bandongan, Lecture, Rote, Question and Answer Method. 4) The constraint that is experienced is the condition of students in the class is less stable.

Keywords: Yellow book Model In Boarding and active learning principle

A.  PENDAHULUAN

Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang mempunyai peran penting dalam mentransfer ilmu-ilmu keislaman. Secara historis, sebelum kedatangan Islam di Nusantara pada hakikatnya Pesantren sudah ada, bahkan namanya sudah masyhur. Pesantren merupakan pendidikan formal yang ada di Indonesia sebelum abad ke-20, realita membuktikan, bahwa eksistensi Pesantren mampu mempertahankan bahkan menjadi agen dalam mengkader elit agama Islam dan pemelihara tradisi Islam yang terus hidup dan berkembang ditengah-tengah dinamika kehidupan masyarakat.
Namun demikian, dalam sejarah perkembangannya, Pesantren banyak mengalami berbagai perubahan karena tuntutan kehidupan. Misalnya, sebagai respons terhadap kebijakan pemerintah yang memperkenalkan sistem pendidikan yang memusatkan pada sains, matematika, dan materi-materi pelajaran “sekuler” lainnya.[1].
Kurikulum yang ada di Pesantren saat ini dapat dibagi ke-dalam empat dasar: pendidikan agama (pengajian), pengembangan karakter (pengalaman), keterampilan kerja dan pendidikan umum (sekolah). Terkait dengan pendidikan agama, ia mencakup berbagai kajian terhadap teks, mencakup Al-quran, Hadis dan teks-teks klasik yang terkait dengan tafsir Al-quran, tasawuf, akidah, akhlak, nahwu-saraf, doa, wirid dan fikih.[2]. pendidikan saat ini banyak mengubah paradigma pengajaran mulai dari kyai centered intruction kepada santri centered learning, selain itu juga banyak terjadi berubahan metode dan pengajaran misalnya active learning.
Kenyataan metode tradisional-konvensional di Pesantren masih dipertahankan dan dipelihara. ini dapat dilihat di Kabupaten Demak yaitu Pesantren Girikusuma Mranggen masih menyelenggarakan pengajian kitab kuning dengan menggunakan metode Sorogan, bandongan, klasikal dan mudzakarah yang mana ustadz masih menjadi pusat pembelajaran.
Dari fenomena itulah muncul permasalahan: mengapa Pesantren Girikusuma Mranggen Demak masih mempertahankan metode pengajaran tersebut, faktanya masih banyak dijumpai Kendala- kendala diantaranya, sulitnya penguasaan dalam membaca Kitab Kuning, yang disebabkan malas dalam belajar, malas dalam mengartikan kitab kuning, kurang sungguh-sungguh dalam menghafalkan bait-bait nadzam ilmu Gramatika (Nahwu dan Ṣaraf), dan ilmu yang lain seperti ilmu hadits, ilmu fiqih, ilmu usul fiqih dan ilmu bahasa Arab, sehingga banyak para santri yang mengalami kegagalan dalam penguasaan kitab kuning, baik dari segi membaca dan memahaminya. Untuk menjawab persoalan ini, maka, diperlukan, bagaimana model pembelajaran kitab kuning yang relevan untuk saat ini, Kitab-kitab apa yang digunakan oleh Pesantren tersebut dan mengapa kitab-kitab tersebut yang dipilih untuk diajarkan? Bagaimana kitab-kitab tersebut diajarkan di Pesantren Girikusuma.
B.   LANDASAN TEORI
1.    Pengertian Belajar
        Belajar dalam pengertian luas dapat diartikan suatu proses yang memungkinkan timbulnya atau berubahnya tingkahlaku yang bukan disebabkan oleh kematangan dan sesuatu hal yang bersifat sementara sebagai hasil dari terbentuknya respon utama.[3]
        Menurut Lindgren.[4] belajar sebagai proses perubahan tingkah laku yang relatif permanen dan perubahan tersebut disebabkan adanya interaksi individu yang bersangkutan dengan lingkungannya.
        Heinich (1999).[5] mengatakan bahwa belajar adalah proses aktivitas pengembangan pengetahuan, keterampilan atau sikap sebagai interaksi seseorang dengan informasi dan lingkungannya sehingga dalam proses belajar diperlukan pemilihan, penyusunan dan penyampaian informasi dalam lingkungan yang sesuai dan melalui interaksi pemelajar dengan lingkungannya.
        Gredler.[6] Juga menekankan pengaruh lingkungan yang sangat kuat dalam proses belajar, studi belajar bukanlah sekedar latihan akademik, ia adalah aspek penting baik bagi individu maupun masyarakat.
        Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, belajar merupakan kegiatan yang dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja oleh setiap individu, sehingga terjadi perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa berjalan menjadi bisa berjalan, tidak bisa membaca menjadi bisa membaca dan sebagainya.
2.    Pendekatan Pembelajaran
a.    pengertian
             Pendekatan pembelajaran menurut suyono.[7] sebagai “latar pedagogis dan psikologis yang dilandasi filosofi pendidikan tertentu yang dipilih agar tujuan pembelajaran dapat tercapai atau dapat didekati secara optimal
b.    Macam-macam Pendekatan Pembelajaran
1)  Pendekatan Konsep
       Pendekatan Konsep adalah langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh, tanpa melihat prosesnya.
2)  Pendekatn Ketrampilan Proses
     Pendekatan ketrampilan proses adalah pendekatan yang  menekankan kepada anak terhadap aktivitasnya.
3)  Pendekatan CBSA
     Pendekatan CBSA adalah pembelajaran yang berpusat pada diri peserta didik dan menerapkan prinsip-prinsip psikologi manusiawi.
3.    Strategi Pembelajaran
       Strategi Pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.[8]
       Ada beberapa strategi pembelajaran yang dapat digunakan, Rowntree (1974) mengelompokan strategi menjadi:
1)  Strategi penyampaian penemuan atau expotision- discovery learing.
2)  Strategi pembelajaran kelompok .
3)  Strategi pembelajaran individual atau group individual learning.[9]
4.    Metode Pembelajaran.
        Hamzah.[10] medefinisikan metode pembelajaran sebagai cara yang digunakan guru, yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Macam-macam Metode Pembelajaran menurut Asmani :
1)   Metode Ceramah
2)   Metode Proyek
3)   Metode Experimen
4)   Metode Diskusi
5)   Metode Latihan
6)   Metode Pemberian Tugas dan Resitasi
7)   Metode Picture And Picture
8)   Metode Tanya jawab
9)   Metode Numbered Head Together/ Kepala Bernomor
10)    Metode Jigsaw.

5.    Teknik dan Taktik Pembelajaran.
Teknik Pembelajaran diartikan sebagai trik tertentu yang dipergunakan di kelas untuk mencapai tujuan langsung. Teknik ini harus sejalan dengan metode. Sedangkan taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual.
6.    Model Active Learning di Pesantren
Secara subtansi Active Learning di dalam firma Allah Swt., di jelaskan dalam surat al-kahfi.[11] Menceritakan tentang perjalanan nabi Musa bersama muridnya Yusya’ bin Nun ketika ingin berguru kepada Nabi Khidir Alaihissalam dengan membawa ikan sebagai perantara atau wasilah dalam menemukan nabi khidir.
#yy`uqsù #Yö6tã ô`ÏiB !$tRÏŠ$t6Ïã çm»oY÷s?#uä ZpyJômu ô`ÏiB $tRÏZÏã çm»oY÷K¯=tæur `ÏB $¯Rà$©! $VJù=Ïã ÇÏÎÈ    
     Menurut Nurwadjah Ahmad.[12], ayat tersebut menceritakan tentang pembabakan musa berguru kepada khidir yang dibagi menjadi empat babak :
1)   Perjalanan musa yang di temani Yusa’ bin Nun untuk menemukan khidir mulai dari ayat 60-64.
2)   Pertemuan antara musa dan khidir mulai dari ayat 65-70
3)   Perjalanan musa dan khidir mulai dari ayat 71-77
4)   Perpisahan antara musa dan Khidir mulai ayat 78-82
 Dalam hadits Nabi Muhammad Saw., disebutkan dalam Hadits Bukhari.[13]
حدثنا محمد بن بشار قال يحيى بن سعيد قال حدثنا شعبة  قال حدثني  ابو التياح عَنْ اَنَسٍ بِنْ مَلِكِ عَنْ النَّبِيِ صلى الله عليه وسلَّم قَالَ يَسِّرُوا وَلا تُعَسِّرُوا بَشِّرُوا وَلا تُنَفِّرُوا (اخرجه البخارى فى كتاب العلم)
Hadits di atas menjelaskan bahwa proses pembelajaran harus dibuat dengan mudah dan sekaligus menyenangkan agar siswa tidak terkekang secara psikologis dan merasa bosan terhadap suasana dikelas. Serta apa yang diajarkan oleh gurunya/ ustadż, dan suatu pembelajaran harus menggunakan metode yang tepat sesuai dengan situasi dan kondisi, terutama dengan mempertimbangkan orang yang akan belajar.
Charles C. Bonwell.[14] memberikan kejelasan bahwa pembelajaran dikatakan aktif jika mempunyai karaktekterstik :
1)   Siswa terlibat lebih dalam dari pasif mendengarkan
2)   Siswa terlibat dalam kegiatan (misalnya, membaca, berdiskusi, menulis)
3)   Ada kurang penekanan pada transmisi informasi dan penekanan yang lebih besar ditempatkan pada pengembangan keterampilan siswa
4)   Ada penekanan yang lebih besar ditempatkan pada eksplorasi sikap dan nilai-nilai.
5)   Motivasi siswa meningkat (terutama untuk pelajar dewasa)
6)   Siswa dapat menerima umpan balik langsung dari instruktur mereka
7)   Siswa terlibat dalam berpikir tingkat tinggi (analisis, sintesis, evaluasi)
Menurut Silberman.  mengenai pembelajaran aktif terbentuk dalam kata-kata bijak yang diungkapkan oleh Konfusius yang berbunyi :
Yang saya dengar, saya lupa 
Yang saya lihat, saya ingat
Yang saya kerjakan, saya paham
Kemudian kata-kata bijak itu diperluas menjadi :
Yang saya dengar, saya lupa 
Yang saya dengar dan saya lihat, saya sedikit ingat
Yang saya dengar, lihat, dan pertanyakan atau diskusikan dengan orang lain, saya mulai paham
Ada beberapa alasan yang dikemukakan mengenai penyebab mengapa, kebanyakan orang cenderung melupakan apa yang mereka dengar. Salah satu jawaban yang menarik adalah karena adanya perbedaan antara kecepatan bicara guru dengan tingkat kemampuan siswa mendengarkan apa yang disampaikan guru. Kebanyakan guru berbicara sekitar 100-200 kata per menit, sementara anak didik hanya mampu mendengarkan 50-100 kata per menitnya, karena siswa mendengarkan pembicaraan guru sambil berpikir. Kerja otak manusia tidak sama dengan tape recorder yang mampu merekam suara sebanyak apa yang diucapkan dengan waktu yang sama dengan waktu pengucapan.
7.        Konsep Pembelajaran Aktif  (Active Learning)
Menurut Dee fink.[15] (1999: 2-3) tentang konsep Active Learning meliputi :
a)   Dialogue With Self
b)   Dialogue With Others
c)    Experience of Observing
d)   Experience Of Doing

Model ini menunjukkan bahwa semua kegiatan belajar melibatkan beberapa jenis pengalaman atau semacam dialog, baik dialog dengan diri ataupun dialog dengan lainnya, dan juga pengalaman yang meliputi "Mengamati" dan "Melakukan”.
Sudjana mengemukakan prinsip-prinsip dalam pengajaran siswa  aktif.[16] sebagai berikut :
1.    Perhatian dan motivasi merupakan syarat penting dalam proses belajar mengajar
2.    Kebanyakan kegiatan didominasi oleh informasi dari guru. Informasi itu berfungsi sebagai stimulus.
3.    Belajar adalah suatu porses yang aktif, bila siswa tidak atau kurang dilibatkan, maka hasil belajar yang dicapai akan rendah
4.    Peneguhan diperlukan dalam porses belajar. Setiap langkah pengajaran yang menimbulkan kepuasan pada siswa, akan cenderung diulang bila diperlukan.
5.    Pikiran manusia sanggup menyimpan informasi dalam jumlah yang tidak terbatas.
Dari keterangan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa pembelajaran aktif pada prinsipnya merupakan model pembelajaran yang sangat menekankan aktifitas dan partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, peran pendidik dalam model pembelajaran ini tidak dominan menguasai proses pembelajaran, melainkan lebih berperan untuk memberikan kemudahan (fasilitator) dengan merangsang peserta didik untuk selalu aktif dalam segi fisik, mental, emosional, sosial, dan sebagainya.


C.   METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan studi kasus dengan metode yang digunakan melalui pendekatan kualitatif. Sasaran penelitian adalah pondok Pesantren Girikusuma Mranggen Kab. Demak yang mengajarkan kitab-kitab turast/kitab kuning yang secara tradisi pengajaran Kitab kuningnya kuat dan sudah memiliki jaringan alumni yang banyak tersebar di masyarakat.
Sumber data diperoleh  melalui informan yaitu pimpinan pondok (kyai), Ustadz, santri, masyarakat.Teknik pengumpulan data dilakukan melalui, wawancara mendalam, dokumentasi, dan observasi. Sedang teknik keabsahan data melalui trianggulasi teknik dan trianggulasi sumber.
D.  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.    Profil Pesantren Girikusuma
Secara geografis Pesantren Girikesuma, terletak di dukuh Girikusumo desa Banyumeneng Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak. didirikan oleh Syaikh Muhammad Hadi pada tahun 1288 H. bertepatan dengan tahun 1868 M. Pondok Pesantren yang kini telah berusia kurang lebih 147 tahun itu merupakan perwujudan gagasan Syaikh Muhammad Hadi untuk membangun sebuah lembaga pendidikan yang menangani pendidikan ahlak dan ilmu agama di tengah-tengah masyarakat.
Untuk mendukung gagasannya itu Syaikh Muhammad Hadi mendirikan sebuah bangunan masjid ditepi hutan jati yang kini  pengelolaannya ditangani oleh Perum Perhutani Unit I Jawa tengah. Bangunan masjid yang kini masih dipertahankan keaslianya itu konstruksinya menggunakan kayu-kayu jati pilihan. Demikian juga lantainya menggunakan lembaran-lembaran kayu jati pilihan yang berkualitas tinggi.
Menurut catatan prasasti di dinding bagian depan bangunan masjid yang seluruh bangunannya menggunakan kayu jati itu dibangun hanya dalam waktu 4 jam, dimulai dari jam sembilan malam selesai  jam satu malam itu juga. Prasasti yang ditulis dengan menggunakan huruf arab pegon dan bahasanya menggunakan bahasa jawa itu berbunyi :
“ Iki pangenget masjid dukuh Girikusumo, tahun ba hijriyah Nabi sollallahu alaihi wasallam 1228 wulan rabiul akhir tangggal ping nembelas awit jam songo dalu jam setunggal dalu rampung, yasane Kyai Muhammad Giri ugi saksekabehane wong ahli mukmin kang hadir tqobblallahu taala amin “
.
Jika dialihbahasakan kedalam bahasa Indonesia dalam terjamahan bebas prasasti itu kurang lebih berbunyi,
 “ Ini adalah pengingat masjid Girikusumo yang didirikan pada tanggal 16 Rabiul Akhir tahun ba hijrah Nabi Muhammad Saw., 1288 H, dibangun dari pukul 9 malam sampai pukul satu malam (dini hari), hasil karya Kyai Muhammad Giri dan semua orang mukmin yang semoga diterima Allah taala amin “.
Dengan bekal bangunan masjid itulah mbah Hadi mengjar santrinya setiap hari, kemudian jumlah santri yang mengikuti pengajian setiap hari semakin banyak dan
Akhirnya masjid tidak dapat menanmpung santri, sehingga menjadikan lingkungan sekitar masjid dijadikan kamar untuk tempat istirahat.
2.    Visi, Misi dan Tujuan Pesantren Girikusuma.
Pondok Pesantren Girikesuma merupakan lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam yang sejak berdirinya tetap mempertahankan konsep salafiyah, dengan menganut thariqah ta’lim watta’allum, senantiasa menjadi rujukan pengembangan Keislaman dan dakwah. Pondok Pesantren Girikesuma Mempunyai visi, misi, dan tujuan sebagai berikut:
1)   Visi Pesantren Girikesuma adalah meningkatkan mutu pendidikan non formal di lingkup pendidikan Pesantren sebagai lembaga yang betul-betul mendidik santri yang berahlakul karimah yang dapat diterima masyarakat.
2)   Misi Pesantren Girikesumo adalah menyebarluaskan ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur‘an, Hadits, dan Ijma‘ para Ulama‘ dengan penuh keikhlasan dan tanggung jawab.
3)   Tujuan pendidikan Pesantren Girikesumo adalah:
a)    Menyebarkan ajaran Islam ke seluruh umat.
b)   Mendidik para santri agar berpegang teguh pada ajaran Islam, dengan berbekal ilmu pengetahuan dan keterampilan yang membuat mereka mampu berdakwah serta mampu memecahkan problematika umat menurut petunjuk Al-Qur‘an, hadits, dan ijma‘ para ulama.
c)    Menanamkan semangat memiliki Islam dengan memberikan latihan-latihan praktis baik dalam bentuk individu maupun sosial.
d)   Membentuk santri yang berahlak mulia.
3.    Materi Pembelajaran Kitab Kuning di Pesantren Girikusuma.
Pesantren Girikesumo menempatkan santri sebagai subyek bukan obyek  dalam aktifitas kegiatan pembelajaran, karena fungsi dari pada pendidikan adalah bagaimana karakter itu terbentuk, tidak hanya mampu membaca dan memahami suatu ajaran dan nilai tertentu. Pendidikan adalah harmoni antara pemahaman dan perilaku, ter-transendennya konsep
dan praktik, di sana ada pitutur, piwulang, teladan, dan pesan simbolik.
Adapun kitab-kitab yang digunakan di pondok Pesantren Girikusuma adalah sebegai berikut : Tauhid, Kitab fiqih, usulul fiqh, Kitab tasawuf/ahlak, Alat/Gramatika, Bahasa /Balagah, Tafsir al-Qur’an, Studi Hadits Nabi, semyua kitab rata-rata bermadzhab syafi’i.
4.    Sistem Pengajaran Kitab kuning
Sistem pengajaran kitab kuning di pondok Pesantren Girikusuma dapat diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu: 
a)    Sistem pembelajaran kitab kuning secara klasikal
            Sistem pembelajaran klasikal, yakni model pembelajaran yang diselenggarakan secara kelompok seperti sistem Bandongan atau Wetonan, Halaqah, Mudżakarah atau Madrasah
b)   Sistem pembelajaran kitab kuning secara individual
            Sistem pembelajaran yang bersifat individual, yakni sistem pembelajaran yang diselenggarakan secara individu seperti  Sistem Sorogan dan Hafalan
5.      Metode Pembelajaran Kitab Kuning di Pesantren Girikusuma 
Metode pembelajaran kitab kuning yang diterapkan di Pesantren Girikesumo, menggunakan metode pengajaran sebagai berikut:
a)    Sorogan
Sorogan adalah pengajian secara individual, dimana seorang santri berhadapan langsung dengan seorang guru, terjadi interaksi saling mengenal diantara keduanya
b)   Bandongan
Bandongan adalah belajar secara kelompok yang diikuti oleh seluruh santri. Berlangsungnnya pengajian itu merupakan inisiatif kyai itu sendiri, baik dalam menentukan tempat, waktu terutama kitabnya. Kelompok santri yang duduk mengitari kyai dalam pengajian itu disebut halaqah. Biasanya kyai menggunakan bahasa daerah setempat dan langsung menerjemahkan kalimat demi kalimat dari kitab yang di pelajarinya.
c)    Halaqah
Halaqah adalah diskusi untuk memahami isi kitab bukan untuk mempertanyakan kemungkinan benar salahnya apa-apa yang diajarkan oleh kitab, tetapi untuk memahami apa yang dimaksud yang dijarkan oleh kitab.
Skema Sistem Pengajaran di Pesantren.


 














6.      Model Pembelajaran Aktif dalam dunia Pesantren
1)      Model Bimbingan
Model ini lebih banyak mengaktifkan santri/siswa agar belajar mandiri sedangkan ustadz/guru hanya mengawasi dan membimbing bila siswa mendapat kesulitan dan menghadapi masalah dalam belajarnya. Metode ini biasanya digunakan dalam kegiatan ko-kurikuler di malam hari. Santri belajar berkelompok-kelompok secara bebas, ustadz pengasuh berkeliling memantau kegiatan belajar siswa.
2)      Model Penugasan.
Model ini digunakan untuk beberapa pelajaran tertentu, yaitu dengan memberikan tugas hafalan kepada santri/siswa untuk diselesaikan dalam jangka waktu tertentu. Tugas hafalan tersebut menyangkut pelajaran Alquran, dan mahfuzat. Hafalan Al-Quran,
3)      Model Partisipatori.
Pelibatan langsung para santri ke dalam kancah pendidikan. Organisasi, pramuka, dan mesjid di Pondok ini merupakan alat pendidikan. Organisasi disamping sebagai alat untuk melatih keterampilan mengelola ummat atau mengelola anak didik juga untuk melatih nilai-nilai kemandirian dan keikhlasan. Pramuka disamping sebagai sarana rekreatif yang edukatif juga untuk membina disiplin dan percaya diri. Mesjid dimanfaatkan untuk menanamkan cinta pada mesjid dan semangat menghidupkannya. Dalam mengelola organisasi, siswa diatur secara bergiliran. Melalui kegiatan keorganisasian, santri mengembangkan nilainilai kerja, kemandirian, tanggung jawab, keikhlasan dan kejujuran serta kerjasama bersama orang lain.
4)      Model Pembiasaan (Conditioning).
Dengan model ini siswa dibiasakan dengan tingkah laku dan perilaku tertentu agar menjadi kebiasaan pola sikap, dan tidak canggung untuk melakukan. Metode ini tampak jelas dalam kegiatan ibadat. Siswa harus sembahyang berjamaah pada waktunya, berzikir setelah danvmembaca Al-Quran. Model ini juga tampak dalam menanamkan nilai kesederhanaan dengan cara menampilkan kehidupan yang sederhana.
5)      Model Kerja Praktek
Dengan model ini santri mempraktekkan kegiatan-kegiatan
kepesantrenan baik pembelajaran, pengasuhan, maupun pengelolaan Pondok. Digunakan untuk santri masa bakti, yaitu pengabdian kepada Pondok bagi santri yang telah menyelesaikan program pendidikannya.
Model-model pembelajaran-aktif (active-learning) ini dialami santri selama proses pendidikan di Pondok Pesantren berlangsung. Dalam proses tersebut, para santri mengalami beragam proses belajar, yaitu (1) Belajar di bawah pengarahan ustadz/guru; (2) Belajar mandiri di bawah bimbingan dan pengawasan ustadz/guru; (3) Belajar membiasakan sesuatu yang patut dan baik; (4) Belajar hidup bermasyarakat; (5) Belajar melalui pengalaman; (6) Belajar mengurusi diri sendiri; (7) Belajar
memanfaatkan waktu; (8) Belajar mengikatkan diri terhadap norma-norma agama dan norma kehidupan dan mentaati
aturan kelompok

7.      Relevansi Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Girikusuma dengan Metode Pembelajaran Kontemporer (Active learning)
          Berdasarkan hasil penelitian penulis, model pembelajaran yang diterapkan di pondok Pesantren Girikusuma sudah ada semenjak berdirinya pesantren yakni sejak Tahun 1288 H (sekitar Tahun 1868 M) hingga sekarang. Tabel  berikut penulis paparkan untuk menjelaskan perbedaan dan kesamaan antara model pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Girikusuma berdasarkan komponen-komponen model pembelajaran dan dapat pula dikaitkan dengan model pembelajaran kontemporer saat ini.

































Berdasarkan Tabel 4.1 di atas, menurut pengamatan penulis, model yang diterapkan di Pondok Pesantren Girikusuma hampir sama dengan metode pembelajaran kontemporer baik yang pembelajaran aktif atau pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kitab kuning yang diterapkan di Pondok Pesantren Girikusumo adalah gabungan antara 2 jenis model pembelajaran kontemporer yang ada saat ini, yakni Model pembelajaraan aktif-kooperatif (active-cooperative learning). Padahal model pembelajaran yang diterapkan di Pondok Girikusuma sudah diterapkan sejak lama, sebelum pengenalan model pembelajaran mulai disosialisasi dan diterapkan saat ini.
          Berdasarkan sejarah perkembangan pendidikan dalam bukunya Asmani (2014 : 65), istilah pembelajaran aktif (active learning) baru dikenal pada tahun 1980-an. Kemudian pada tahun 1990-an Association For The Study Of Higber Education (ASHE) memberikan laporan yang lengkap tentang Active Learning ini. Dalam laporan tersebut mereka telah mendiskusikan berbagai metode pembelajaran untuk mengenalkan Active Learning. Istilah active learning kemudian dikenal dengan istilah AJEL (Active Joyful and Effective Learning). Untuk pertama kalinya di Indonesia yaitu pada tahun 1999 dan dikenal dengan istilah PEAM (Pembelajaran Efektif, Aktif dan Menyenangkan) atau sekarang ini disebut PAKEM (Pembelajaran Aktif, Efektif dan Menyenangkan). Menurut Asmani (2014 : 63), pada hakikatnya, landasan teori yang digunakan PAKEM adalah mengambil teori-teori tentang active learning. PAKEM ini di Indonesia telah diresmikan berlaku di Indonesia untuk pendidikan umum di Indonesia dengan diterbitkannya UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 4 dan Pasal 40 dan di dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 19. Dengan diterbitkannya landasan hukum tentang model pembelajaran active learning atau PAKEM ini, maka secara resmi bahwa active learning di Indonesia mulai diterapkan Tahun 2003. Sedangkan Model pembelajaran active learning kitab kuning di Pondok Pesantren Girikusuma sudah diterapkan sejak sekitar Tahun 1868.
          Sedangkan menurut Huda (2011), bahwa perkembangan model pembelajaran cooperative learning mulai dikenal sejak Tahun 1970-an. Bermula dari isu dinamika kelompok dalam psikologi sosial, kemudian berkembang menjadi isu dinamika kelompok dalam psikologi pendidikan. Elliot Aroson (1975) dan David W. Johnson dan Roger T. Johnson (1975) adalah pakar yang mengawali isu kooperasi dalam pendidikan. Mereka selanjutnya secara bertahap memperkenalkan pembelajaran kooperatif di lingkungan pendidikan melalui metode-metode yang terkenal, seperti JIGSAW, TGT, STAD, dan lain-lain. Menurut pengamatan penulis, model pembelajaran cooperative learning kitab kuning di Pondok Pesantren Girikusuma lebih dahulu diterapkan (tahun 1868) sebelum isu cooperative learning dikenal dan diteliti oleh pakar-pakarnya (sejak Tahun 1975). Hanya saja, cooperative learning di Pondok Pesantren Girikusuma tidak diperjelas dengan diistilahkan sebagai bagian dari cooperative learning, tetapi sudah diterapkan.
          Berdasarkan relevansinya, maka model pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Girikusuma versus pembelajaran kontemporer saat ini dapat dijabarkan dalam Tabel 4.2 sebagai berikut:
Tabel 4.2 Relevansi dan Perbedaan antara Model Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Girikusuma dan Pembelajaran Kontemporer
No
Komponen Pembelajaran
Relevansi
Perbedaan
1.
Model pembelajaran
Sama-sama menggunakan model pembelajaraan aktif (active learning) dan model pembelajaran kooperatif (cooperative learning)                 
Pondok Pesantren Girikusuma menggunakan model gabungan (active-cooperative learning) sedangkan model kontemporer dijelaskan berdiri sendiri menjadi 2 model yakni active learning dan cooperative learning.
2.
Pendekatan pembelajaran
Sama-sama menggunakan pendekatan proses dan pendekatan CBSA
Pondok Pesantren Girikusuma menggunakan pendekatan gabungan antara proses-CBSA dan ditambah pendekatan konsep. Sedangkan model kontemporer menggunakan pendekatan pembelajaran dijelaskan secara sendiri yaitu pendekatan CBSA dan pendekatan proses. Sedangkan pendekatan konsep tidak ada.
3.
Strategi pembelajaran
Sama-sama menggunakan strategi SPBM (Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah)
Pondok Pesantren Girikusuma menggunakan Strategi gabungan dari SPBM-SPPKB- Ekspositori. Sedangkan model kontemporer menggunakan strategi pembelajaran dijelaskan secara sendiri yaitu SPBM untuk model cooperative learning dan strategi Strategi pembentukan tim untuk model active learning.
4.
Metode pembelajaran
Sama-sama menggunakan metode diskusi.
PondokPesantren Girikusuma menggunakan 3 metode yakni sorogan,bandongan,mudżakarah. Metode mudżakarah adalah metode diskusi. Sedangkan di dalam model kontemporer juga menggunakan metode diskusi baik model active learning maupun model cooperative learning.
5.
Teknik pembelajaran
Sama-sama menggunakan teknik-teknik dalam metode diskusi.
Pondok Pesantren Girikusuma menggunakan teknik dalam diskusi tetapi juga ditambah dengan penerapan teknik-teknik dalam metode sorogan, bandongan. Sedangkan di dalam model kontemporer tidak menggunakan teknik-teknik dalam metode sorogan, bandongan.
6.
Taktik pembelajaran
Sama-sama tergantung karakter Ustadż /
Kyai / guru yang mengampunya
Terdapat perbedaan antara taktik yang digunakan di Pondok Pesantren Girikusuma dan model kontemporer oleh karena latar belakang yang berbeda antara guru secara umum dan Ustadż /Kyai.

     Berdasarkan penjabaran Tabel 4.2 Relevansi dan Perbedaan antara Model Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Girikusuma dan Pembelajaran Kontemporer di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Girikusuma masih relevan dengan model pembelajaran kontemporer saat ini.

E.   Kesimpulan
Setelah penulis mengadakan pembahasan secara keseluruhan berdasarkan data yang ditemukan dan hasil analisis yang dilakukan terhadap model pembelajaran kitab kuning di pesantren Girikusuma dan relevansi dengan metode pembelajaran kontemporer maka penulis menyimpulkan ada beberapa hal di antaranya :
1.    Pondok Pesantren Girikusuma menerapkan model pembelajaran aktif- kooperatif (active-cooperative learning). Dalam model pembelajaran ini, Pondok Pesantren menerapkan komponen-komponen pembelajaran sebagai berikut:
a)    Pendekatan pembelajaran
Pendekatan konsep-CBSA, pendekatan CBSA dan pendekatan proses-CBSA.
b)   Strategi pembelajaran
Strategi SPPKB, Strategi Pembelajaran Ekspositori dan Strategi SPBM.
c)    Metode pembelajaran
Metode sorogan / bimbingan privat face to face, metode bandongan/ceramah dan Metode mudżakarah / diskusi.
d)   Teknik pembelajaran
1)   Teknik dalam metode sorogan antara lain teknik bergilir bebas, teknik tunjuk acak, Ustadż me-nentukan kitab dan teknik santri menentukan kitab.
2)   Teknik dalam metode bandongan antara lain teknik ceramah tanpa pertanyaan (without question), teknik ceramah dengan pertanyaan terfokus (focusing question) dan teknik ceramah dengan pertanyaan yang menggunakan isyarat (hint) dan petunjuk (clues) (Prompting questions).
3)   Teknik dalam metode mudżakarah antara lain teknik diskusi kelas dan teknik diskusi kelompok kecil.
e)    Taktik pembelajaran
Taktik yang digunakan tergantung karakter Ustadz / kyai yang mengampunya.
2.    Model pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Girikusuma masih relevan dengan model pembelajaran kontemporer saat ini. Relevansinya terletak pada :
a)    Sama-sama menggunakan model pembelajaraan aktif (active learning) dan model pembelajaran kooperatif (cooperative learning).
b)   Sama-sama menggunakan pendekatan proses dan pendekatan CBSA.
c)    Sama-sama menggunakan strategi SPBM (Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah).
d)   Sama-sama menggunakan metode diskusi.
e)    Sama-sama menggunakan teknik-teknik dalam metode diskusi.
f)    Sama-sama menggunakan taktik pembelajaran yang tergantung karakter Ustadż/Kyai/Guru yang mengampunya.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Benedict, Language and Power: Exploring Political Cultures in Indonesia (Ithaca, NY: Cornel University Press, 1990), 132, 243.
Asy-Syuyuthi, Jalaluddin dan Jalaluddin Muhammad bin Ahmad Al-Mahalliy, Tasir Jalȃlain, Libanon, Baiurt, 2003, hlm. 187
Ahmad, Nurwadjah Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan : Hati Yang Selamat Hingga Kisah Lukman, Bandung, Marja, 2007, hlm, 174
Bruinessen, Martin van, “Kitab Kuning: Books in Arabic Script Used in the Pesantren Milieu,” Bijdragen tot de Taal Land en Volkenkunde, vol. 146, no. 2-3 (1990), 229.
B. Uno, Hamzah, 2011, Model Pembelajaran, Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif Dan Efektif, Jakarta, Bumi Aksara
Bonwell, Charles C, dan James A. Eison, 1996,  Active Learning Creating Excitement in the Classroom, Clearinghouse on Higher Education The George Washington University.
Clay Lindgren, Henry Educational Psychology in the Classroom, (Toronto : John Wiley & Sons, Inc., 1976), hlm. 29.
Dee Fink, L., Active Learning, Reprinted with permission of the Oklahoma Instructional Development Program, 1999
Dhofier, Zamakhsyari, Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, Jakarta: LP3ES, 1984.
Imam Az-Zubaidi, Ringkasan Sahih Al Bukhari, terjemah Cecep Syamsul Hari dan Talib Anis, (Bandung: Mizan, 1997), cet., 1, hlm, 39/ http//telkom - hadits9imam.com/ terjemahan shahih Bukhari Juz 1. hlm, 39 hadist ke 67
Margareth E, Gredler,. Learning and Instruction : Teori dan Aplikasi, (Jakarta : Kencana, 2011), hlm, 3-4.
Mastuhu, 1994, Dinamika Sistem Pesantren, Jakarta: Perpustakaan Nasional
Nasution, Noehi dkk, Materi Pokok Psikologi Pendidikan, Jakarta, Direktoral Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Dep. Agama Islam dan Universitas terbuka, 1991, hlm, 4
Robert, Heinich, et al, Instructional Media and Technology for Learning, (New Jersey : Prentice Hall, 1999), hlm, 8.
Suyono, Implementasi Belajar Dan Pembelajaran, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2015, hlm, 54
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorentasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta, Kencana Prenada Media Grup, 2006,hlm, 126



[1] Benedict Anderson, Language and Power: Exploring Political Cultures in Indonesia (Ithaca, NY: Cornel University Press, 1990), 132, 243.
[2] Martin van Bruinessen, “Kitab Kuning: Books in Arabic Script Used in the Pesantren Milieu,” Bijdragen tot de Taal Land en Volkenkunde, vol. 146, no. 2-3 (1990), 229.
[3] Noehi Nasution, dkk, Materi Pokok Psikologi Pendidikan, Jakarta, Direktoral Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Dep. Agama Islam dan Universitas terbuka, 1991, hlm, 4
[4] Henry Clay Lindgren, Educational Psychology in the Classroom, (Toronto : John Wiley & Sons, Inc., 1976), hlm. 29.
[5] Heinich, Robert, et al, Instructional Media and Technology for Learning, (New Jersey : Prentice Hall, 1999), hlm, 8.
[6] Gredler, Margareth E. Learning and Instruction : Teori dan Aplikasi, (Jakarta : Kencana, 2011), hlm, 3-4.
[7] Suyono, Implementasi Belajar Dan Pembelajaran, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2015, hlm, 54
[8] Wina, Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorentasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta, Kencana Prenada Media Grup, 2006,hlm, 126
[9] Wina, Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorentasi..,hlm, 128
[10] Hamzah, B. Uno, Model Pembelajaran, Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif Dan Efektif, Jakarta, Bumi Aksara, 2011, hlm, 2
[11] Jalaluddin Asy-Syuyuthi dan Jalaluddin Muhammad bin Ahmad Al-Mahalliy, Tasir Jalȃlain, Libanon, Baiurt, 2003, hlm. 187
[12] Nurwadjah Ahmad, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan : Hati Yang Selamat Hingga Kisah Lukman, Bandung, Marja, 2007, hlm, 174
[13] Imam Az-Zubaidi, Ringkasan Sahih Al Bukhari, terjemah Cecep Syamsul Hari dan Talib Anis, (Bandung: Mizan, 1997), cet., 1, hlm, 39/ http//telkom - hadits9imam.com/ terjemahan shahih Bukhari Juz 1. hlm, 39 hadist ke 67
[14] Charles C. Bonwell,, dan James A. Eison, 1996,  Active Learning Creating Excitement in the Classroom, Clearinghouse on Higher Education The George Washington University, 1991, hlm. 37
[15] Dee Fink, L., Active Learning, reprinted with permission of the Oklahoma Instructional Development Program, 1999, hlm, 2-3
[16] Ahmad, Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam . Bandung : Remaja Rosdakarya Offset , 2003. Hlm, 147

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan beri masukan komentar anda