نموذج التعلم
الكتاب الأصفر في بيزانترين جيريكوسومو مرانجين من منظور مبادئ التعلم النشط
Nama : Mashadi
Tempat kerja : SMP IP Assalamah Ungaran
Gmail : haikalkholil80@gmail.com
Kontak : 081575955875/085290096756
الملخص
الكتاب الأصفر
هو خاصة للمعهد، مشاكل بحثية هامة وكبيرة جداً، نموذج تعلم الكتاب أصفر في منظور
مبادئ "التعلم النشط". يهدف هذا البحث إلى معرفة نجاح الطلاب في القراءة
ومراقبة "الكتاب الأصفر"، والعقبات التي تواجه الأستاذ. يستخدم هذا
البحث المنهج النوعي الوصفي مع دراسات حالة. البيانات المستمدة من الباحثين
الأولية، هي مصادر البيانات الثانوية من الملاحظات، والصور، وتقنيات جمع البيانات
عن طريق الملاحظة والمقابلات والوثائق. تقنيات تحليل البيانات تتم من خلال الحد من
البيانات وعرض البيانات وسحب الاستنتاج. يتم التحقق من صحة البيانات عن طريق
تريانجوليشن. وخلصت الدراسة إلى الجهود التي
كانت: ۱) جميع الطلاب متابعة استعراض "الكتاب
الأصفر" في فئة كل يوم السبت إلى يوم الخميس ابتداء من الساعة ۱۱٠٣٠
–٠٧٠٣٠م . ٢) كل ليلة عقد نظام مناقشة فئة
مصحوبة بمدرسة داخلية. ٣ (الأساليب المطبقة: أساليب
سوروجان، باندونجان، ومحاضرات، والمناقشة، وتلاوة وحفظ، أساليب الاستجواب. ٤)
المعوقات التي يواجهها الطلبة في الفصول الدراسية ظروف أقل استقرارا .
الكلمات
الرئيسية: الكتاب الأصفر ومبدأ التعلم النشط
Title :Yellow Book Learning Model In
Boarding Girikusumo Mranggen and the
Relevance With Model Active Learning
ABSTRACT
A yellow book is the characteristic of the moslem boarding school, a very important and significant,
the problem of this research is yellow book instructional model in the
perspective of Active Learning principle. This study aims to determine the
success of students in reading and mastery of yellow books, and constraints
faced by Ustadz. This research uses qualitative descriptive approach with case
study form. Primary data comes from the researchers, secondary data sourced
from notes and drawings, data collection techniques through observation,
interviews, and documentation. Data analysis technique is done through data
reduction, data presentation, and conclusion. Checking the validity of data is
done by trianggulation. This research concludes the efforts are: 1) all
students follow the study of yellow book in class every Saturday until Thursday
from 07.30 - 11.30 WIB. 2) every night held a class discussion system accompanied
by boarding school board. 3) The methods applied are: Sorogan Method,
Discussion, Bandongan, Lecture, Rote, Question and Answer Method. 4) The
constraint that is experienced is the condition of students in the class is
less stable.
Keywords: Yellow book Model In
Boarding and active learning principle
A. PENDAHULUAN
Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang
mempunyai peran penting dalam mentransfer ilmu-ilmu keislaman. Secara historis,
sebelum kedatangan Islam di Nusantara pada hakikatnya Pesantren sudah ada,
bahkan namanya sudah masyhur. Pesantren merupakan pendidikan formal yang ada di
Indonesia sebelum abad ke-20, realita membuktikan, bahwa eksistensi Pesantren
mampu mempertahankan bahkan menjadi agen dalam mengkader elit agama Islam dan pemelihara
tradisi Islam yang terus hidup dan berkembang ditengah-tengah dinamika
kehidupan masyarakat.
Namun demikian, dalam sejarah
perkembangannya, Pesantren banyak mengalami berbagai perubahan karena tuntutan
kehidupan. Misalnya, sebagai respons terhadap kebijakan pemerintah yang
memperkenalkan sistem pendidikan yang memusatkan pada sains, matematika, dan
materi-materi pelajaran “sekuler” lainnya.[1].
Kurikulum yang ada di Pesantren saat
ini dapat dibagi ke-dalam empat dasar: pendidikan agama (pengajian),
pengembangan karakter (pengalaman), keterampilan kerja dan pendidikan umum
(sekolah). Terkait dengan pendidikan agama, ia mencakup berbagai kajian terhadap
teks, mencakup Al-quran, Hadis dan teks-teks klasik yang terkait dengan tafsir
Al-quran, tasawuf, akidah, akhlak, nahwu-saraf, doa, wirid dan fikih.[2]. pendidikan saat ini
banyak mengubah paradigma pengajaran mulai dari kyai centered intruction
kepada santri centered learning, selain itu juga banyak terjadi
berubahan metode dan pengajaran misalnya active learning.
Kenyataan metode tradisional-konvensional
di Pesantren masih dipertahankan dan dipelihara. ini dapat dilihat di Kabupaten
Demak yaitu Pesantren Girikusuma Mranggen masih menyelenggarakan pengajian
kitab kuning dengan menggunakan metode Sorogan, bandongan, klasikal
dan mudzakarah yang mana ustadz masih menjadi pusat pembelajaran.
Dari
fenomena itulah muncul permasalahan: mengapa Pesantren Girikusuma Mranggen Demak masih
mempertahankan metode pengajaran tersebut,
faktanya
masih banyak dijumpai Kendala-
kendala diantaranya, sulitnya penguasaan dalam membaca
Kitab Kuning, yang disebabkan malas dalam belajar, malas dalam mengartikan kitab kuning, kurang sungguh-sungguh dalam menghafalkan
bait-bait nadzam ilmu Gramatika (Nahwu dan Ṣaraf), dan ilmu yang lain seperti
ilmu hadits, ilmu fiqih, ilmu usul fiqih dan ilmu bahasa Arab, sehingga banyak
para santri yang mengalami kegagalan dalam penguasaan kitab kuning, baik dari
segi membaca dan memahaminya.
Untuk menjawab persoalan ini, maka, diperlukan, bagaimana model pembelajaran
kitab kuning yang relevan untuk saat ini, Kitab-kitab apa yang digunakan oleh
Pesantren tersebut dan mengapa kitab-kitab tersebut yang dipilih untuk
diajarkan? Bagaimana kitab-kitab tersebut diajarkan di Pesantren Girikusuma.
B.
LANDASAN TEORI
1. Pengertian Belajar
Belajar dalam
pengertian luas dapat diartikan suatu proses yang memungkinkan timbulnya atau
berubahnya tingkahlaku yang bukan disebabkan oleh kematangan dan sesuatu hal
yang bersifat sementara sebagai hasil dari terbentuknya respon utama.[3]
Menurut Lindgren.[4] belajar sebagai proses
perubahan tingkah laku yang relatif permanen dan perubahan tersebut disebabkan adanya
interaksi individu yang bersangkutan dengan lingkungannya.
Heinich (1999).[5] mengatakan bahwa belajar
adalah proses aktivitas pengembangan pengetahuan, keterampilan atau sikap sebagai
interaksi seseorang dengan informasi dan lingkungannya sehingga dalam proses
belajar diperlukan pemilihan, penyusunan dan penyampaian informasi dalam
lingkungan yang sesuai dan melalui interaksi pemelajar dengan lingkungannya.
Gredler.[6] Juga menekankan pengaruh
lingkungan yang sangat kuat dalam proses belajar, studi belajar bukanlah
sekedar latihan akademik, ia adalah aspek penting baik bagi individu maupun
masyarakat.
Dari beberapa pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa, belajar merupakan kegiatan yang dilakukan dengan sengaja atau
tidak sengaja oleh setiap individu, sehingga terjadi perubahan dari yang tidak
tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa berjalan menjadi bisa berjalan, tidak
bisa membaca menjadi bisa membaca dan sebagainya.
2. Pendekatan Pembelajaran
a. pengertian
Pendekatan pembelajaran menurut
suyono.[7] sebagai “latar pedagogis
dan psikologis yang dilandasi filosofi pendidikan tertentu yang dipilih agar
tujuan pembelajaran dapat tercapai atau dapat didekati secara optimal
b. Macam-macam
Pendekatan Pembelajaran
1) Pendekatan Konsep
Pendekatan Konsep adalah langsung
menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
menghayati bagaimana konsep itu diperoleh, tanpa melihat prosesnya.
2) Pendekatn Ketrampilan Proses
Pendekatan ketrampilan proses adalah
pendekatan yang menekankan kepada anak
terhadap aktivitasnya.
3) Pendekatan CBSA
Pendekatan CBSA adalah pembelajaran yang
berpusat pada diri peserta didik dan menerapkan prinsip-prinsip psikologi
manusiawi.
3. Strategi Pembelajaran
Strategi Pembelajaran dapat
diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang
didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.[8]
Ada beberapa strategi pembelajaran yang dapat digunakan, Rowntree (1974)
mengelompokan strategi menjadi:
1) Strategi
penyampaian penemuan atau expotision- discovery learing.
2) Strategi
pembelajaran kelompok .
3) Strategi
pembelajaran individual atau group individual learning.[9]
4. Metode Pembelajaran.
Hamzah.[10] medefinisikan metode
pembelajaran sebagai cara yang digunakan guru, yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Macam-macam Metode Pembelajaran menurut Asmani :
1)
Metode Ceramah
2)
Metode Proyek
3)
Metode Experimen
4)
Metode Diskusi
5)
Metode Latihan
6)
Metode Pemberian Tugas
dan Resitasi
7)
Metode Picture And
Picture
8)
Metode Tanya jawab
9)
Metode Numbered Head
Together/ Kepala Bernomor
10) Metode Jigsaw.
5. Teknik dan Taktik Pembelajaran.
Teknik
Pembelajaran diartikan sebagai trik tertentu yang dipergunakan di kelas untuk
mencapai tujuan langsung. Teknik ini harus sejalan dengan metode. Sedangkan
taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau
teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual.
6.
Model Active Learning
di Pesantren
Secara subtansi Active Learning di dalam
firma Allah Swt., di jelaskan dalam surat al-kahfi.[11] Menceritakan tentang
perjalanan nabi Musa bersama muridnya Yusya’ bin Nun ketika ingin berguru
kepada Nabi Khidir Alaihissalam dengan membawa ikan sebagai perantara
atau wasilah dalam menemukan nabi khidir.
#yy`uqsù #Yö6tã ô`ÏiB !$tRÏ$t6Ïã çm»oY÷s?#uä ZpyJômu ô`ÏiB $tRÏZÏã çm»oY÷K¯=tæur `ÏB $¯Rà$©! $VJù=Ïã ÇÏÎÈ
Menurut
Nurwadjah Ahmad.[12], ayat tersebut
menceritakan tentang pembabakan musa berguru kepada khidir yang dibagi
menjadi empat babak :
1) Perjalanan
musa yang di temani Yusa’ bin Nun untuk menemukan khidir mulai dari ayat 60-64.
2)
Pertemuan antara
musa dan khidir mulai dari ayat 65-70
3)
Perjalanan musa
dan khidir mulai dari ayat 71-77
4)
Perpisahan antara
musa dan Khidir mulai ayat 78-82
Dalam
hadits Nabi Muhammad Saw., disebutkan dalam Hadits Bukhari.[13]
حدثنا محمد بن بشار قال يحيى بن سعيد قال حدثنا
شعبة قال حدثني ابو التياح عَنْ اَنَسٍ بِنْ مَلِكِ عَنْ
النَّبِيِ صلى الله عليه وسلَّم قَالَ يَسِّرُوا
وَلا تُعَسِّرُوا بَشِّرُوا وَلا تُنَفِّرُوا (اخرجه البخارى فى كتاب العلم)
Hadits di atas
menjelaskan bahwa proses pembelajaran harus dibuat dengan mudah dan sekaligus
menyenangkan agar siswa tidak terkekang secara psikologis dan merasa bosan
terhadap suasana dikelas. Serta apa yang diajarkan oleh gurunya/ ustadż,
dan suatu pembelajaran harus menggunakan metode yang tepat sesuai dengan
situasi dan kondisi, terutama dengan mempertimbangkan orang yang akan belajar.
Charles
C. Bonwell.[14] memberikan kejelasan
bahwa pembelajaran dikatakan aktif jika mempunyai karaktekterstik :
1)
Siswa terlibat
lebih dalam dari pasif mendengarkan
2)
Siswa terlibat
dalam kegiatan (misalnya, membaca, berdiskusi, menulis)
3)
Ada kurang
penekanan pada transmisi informasi dan penekanan yang lebih besar ditempatkan
pada pengembangan keterampilan siswa
4)
Ada penekanan
yang lebih besar ditempatkan pada eksplorasi sikap dan nilai-nilai.
5)
Motivasi siswa
meningkat (terutama untuk pelajar dewasa)
6)
Siswa dapat
menerima umpan balik langsung dari instruktur mereka
7)
Siswa terlibat
dalam berpikir tingkat tinggi (analisis, sintesis, evaluasi)
Menurut
Silberman. mengenai pembelajaran aktif
terbentuk dalam kata-kata bijak yang diungkapkan oleh Konfusius yang berbunyi :
Yang saya
dengar, saya lupa
Yang saya lihat,
saya ingat
Yang saya
kerjakan, saya paham
Kemudian
kata-kata bijak itu diperluas menjadi :
Yang saya dengar,
saya lupa
Yang saya dengar
dan saya lihat, saya sedikit ingat
Yang saya
dengar, lihat, dan pertanyakan atau diskusikan dengan orang lain, saya mulai
paham
Ada beberapa alasan yang
dikemukakan mengenai penyebab mengapa, kebanyakan orang cenderung melupakan apa
yang mereka dengar. Salah satu jawaban yang menarik adalah karena adanya
perbedaan antara kecepatan bicara guru dengan tingkat kemampuan siswa
mendengarkan apa yang disampaikan guru. Kebanyakan guru berbicara sekitar
100-200 kata per menit, sementara anak didik hanya mampu mendengarkan 50-100
kata per menitnya, karena siswa mendengarkan pembicaraan guru sambil berpikir.
Kerja otak manusia tidak sama dengan tape recorder yang mampu merekam suara
sebanyak apa yang diucapkan dengan waktu yang sama dengan waktu pengucapan.
7.
Konsep Pembelajaran
Aktif (Active Learning)
Menurut
Dee fink.[15]
(1999: 2-3) tentang konsep Active Learning meliputi :
a)
Dialogue With
Self
b)
Dialogue With
Others
c)
Experience of
Observing
d)
Experience Of
Doing
Model ini menunjukkan bahwa semua
kegiatan belajar melibatkan beberapa jenis pengalaman atau semacam dialog, baik dialog dengan
diri ataupun dialog dengan lainnya, dan juga pengalaman yang meliputi
"Mengamati" dan "Melakukan”.
Sudjana mengemukakan
prinsip-prinsip dalam pengajaran siswa
aktif.[16]
sebagai berikut :
1.
Perhatian dan
motivasi merupakan syarat penting dalam proses belajar mengajar
2.
Kebanyakan
kegiatan didominasi oleh informasi dari guru. Informasi itu berfungsi
sebagai stimulus.
3.
Belajar adalah
suatu porses yang aktif, bila siswa tidak atau kurang dilibatkan, maka hasil
belajar yang dicapai akan rendah
4.
Peneguhan
diperlukan dalam porses belajar. Setiap langkah pengajaran yang menimbulkan
kepuasan pada siswa, akan cenderung diulang bila diperlukan.
5.
Pikiran manusia
sanggup menyimpan informasi dalam jumlah yang tidak terbatas.
Dari keterangan uraian di atas,
dapat dikatakan bahwa pembelajaran aktif pada prinsipnya merupakan model
pembelajaran yang sangat menekankan aktifitas dan partisipasi peserta didik
dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, peran pendidik dalam model
pembelajaran ini tidak dominan menguasai proses pembelajaran, melainkan lebih
berperan untuk memberikan kemudahan (fasilitator) dengan merangsang peserta
didik untuk selalu aktif dalam segi fisik, mental, emosional, sosial, dan
sebagainya.
C. METODOLOGI
PENELITIAN
Penelitian
ini merupakan studi kasus dengan metode yang digunakan melalui pendekatan
kualitatif. Sasaran penelitian adalah pondok Pesantren Girikusuma Mranggen Kab.
Demak yang mengajarkan kitab-kitab turast/kitab kuning yang secara tradisi
pengajaran Kitab kuningnya kuat dan sudah memiliki jaringan alumni yang banyak
tersebar di masyarakat.
Sumber
data diperoleh melalui informan yaitu
pimpinan pondok (kyai), Ustadz, santri, masyarakat.Teknik pengumpulan
data dilakukan melalui, wawancara mendalam, dokumentasi, dan observasi. Sedang
teknik keabsahan data melalui trianggulasi teknik dan trianggulasi sumber.
D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Profil Pesantren Girikusuma
Secara
geografis Pesantren
Girikesuma, terletak di dukuh Girikusumo desa Banyumeneng Kecamatan Mranggen
Kabupaten Demak. didirikan oleh Syaikh Muhammad Hadi pada tahun
1288 H. bertepatan dengan tahun 1868 M. Pondok Pesantren yang kini telah
berusia kurang lebih 147 tahun itu merupakan perwujudan gagasan Syaikh
Muhammad Hadi untuk membangun sebuah lembaga pendidikan yang menangani
pendidikan ahlak dan ilmu agama di tengah-tengah masyarakat.
Untuk
mendukung gagasannya itu Syaikh Muhammad Hadi mendirikan sebuah bangunan
masjid ditepi hutan jati yang kini
pengelolaannya ditangani oleh Perum Perhutani Unit I Jawa tengah. Bangunan
masjid yang kini masih dipertahankan keaslianya itu konstruksinya menggunakan
kayu-kayu jati pilihan. Demikian juga lantainya menggunakan lembaran-lembaran
kayu jati pilihan yang berkualitas tinggi.
Menurut
catatan prasasti di dinding bagian depan bangunan masjid yang seluruh
bangunannya menggunakan kayu jati itu dibangun hanya dalam waktu 4 jam, dimulai
dari jam sembilan malam selesai jam satu
malam itu juga. Prasasti yang ditulis dengan menggunakan huruf arab pegon dan
bahasanya menggunakan bahasa jawa itu berbunyi :
“ Iki pangenget masjid dukuh
Girikusumo, tahun ba hijriyah Nabi sollallahu alaihi wasallam 1228 wulan rabiul
akhir tangggal ping nembelas awit jam songo dalu jam setunggal dalu rampung,
yasane Kyai Muhammad Giri ugi saksekabehane wong ahli mukmin kang hadir
tqobblallahu taala amin “
.
Jika
dialihbahasakan kedalam bahasa Indonesia dalam terjamahan bebas
prasasti itu kurang lebih berbunyi,
“ Ini adalah
pengingat masjid Girikusumo yang didirikan pada tanggal 16 Rabiul Akhir tahun
ba hijrah Nabi Muhammad Saw., 1288 H, dibangun dari pukul 9 malam sampai pukul
satu malam (dini hari), hasil karya Kyai Muhammad Giri dan semua orang
mukmin yang semoga diterima Allah taala amin “.
Dengan
bekal bangunan masjid itulah mbah Hadi mengjar santrinya setiap hari, kemudian
jumlah santri yang mengikuti pengajian setiap hari semakin banyak dan
Akhirnya
masjid tidak dapat menanmpung santri, sehingga menjadikan lingkungan sekitar
masjid dijadikan kamar untuk tempat istirahat.
2. Visi, Misi dan Tujuan Pesantren Girikusuma.
Pondok Pesantren Girikesuma
merupakan lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam yang sejak berdirinya
tetap mempertahankan konsep salafiyah, dengan menganut thariqah ta’lim
watta’allum, senantiasa menjadi rujukan pengembangan Keislaman dan dakwah.
Pondok Pesantren Girikesuma Mempunyai visi, misi, dan tujuan sebagai berikut:
1) Visi
Pesantren Girikesuma adalah meningkatkan mutu pendidikan non formal di lingkup
pendidikan Pesantren sebagai lembaga yang betul-betul mendidik santri yang
berahlakul karimah yang dapat diterima masyarakat.
2) Misi
Pesantren Girikesumo adalah menyebarluaskan ajaran Islam yang bersumber dari
Al-Qur‘an, Hadits, dan Ijma‘ para Ulama‘ dengan penuh keikhlasan dan tanggung
jawab.
3) Tujuan pendidikan
Pesantren Girikesumo adalah:
a)
Menyebarkan
ajaran Islam ke seluruh umat.
b)
Mendidik para
santri agar berpegang teguh pada ajaran Islam, dengan berbekal ilmu pengetahuan
dan keterampilan yang membuat mereka mampu berdakwah serta mampu memecahkan
problematika umat menurut petunjuk Al-Qur‘an, hadits, dan ijma‘ para ulama.
c)
Menanamkan
semangat memiliki Islam dengan memberikan latihan-latihan praktis baik dalam
bentuk individu maupun sosial.
d)
Membentuk santri
yang berahlak mulia.
3. Materi Pembelajaran Kitab Kuning di Pesantren
Girikusuma.
Pesantren Girikesumo menempatkan santri sebagai
subyek bukan obyek dalam aktifitas
kegiatan pembelajaran, karena fungsi dari pada pendidikan adalah bagaimana
karakter itu terbentuk, tidak hanya mampu membaca dan memahami suatu ajaran dan
nilai tertentu. Pendidikan adalah harmoni antara pemahaman dan
perilaku, ter-transendennya konsep
dan praktik, di sana ada pitutur, piwulang,
teladan, dan pesan simbolik.
Adapun kitab-kitab yang digunakan di pondok Pesantren
Girikusuma adalah sebegai berikut : Tauhid, Kitab fiqih, usulul fiqh, Kitab
tasawuf/ahlak, Alat/Gramatika, Bahasa /Balagah, Tafsir al-Qur’an, Studi Hadits
Nabi, semyua kitab rata-rata bermadzhab syafi’i.
4. Sistem Pengajaran Kitab kuning
Sistem pengajaran kitab kuning di
pondok Pesantren Girikusuma dapat diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu:
a)
Sistem
pembelajaran kitab kuning secara klasikal
Sistem pembelajaran klasikal, yakni model pembelajaran yang diselenggarakan
secara kelompok seperti sistem Bandongan atau Wetonan, Halaqah, Mudżakarah
atau Madrasah
b)
Sistem
pembelajaran kitab kuning secara individual
Sistem pembelajaran yang bersifat
individual, yakni sistem pembelajaran yang diselenggarakan secara individu seperti Sistem Sorogan dan Hafalan
5. Metode Pembelajaran Kitab Kuning di Pesantren Girikusuma
Metode pembelajaran kitab
kuning yang diterapkan di Pesantren Girikesumo, menggunakan metode pengajaran
sebagai berikut:
a) Sorogan
Sorogan
adalah pengajian secara individual, dimana seorang santri berhadapan langsung
dengan seorang guru, terjadi interaksi saling mengenal diantara keduanya
b) Bandongan
Bandongan
adalah belajar secara kelompok yang diikuti oleh seluruh santri.
Berlangsungnnya pengajian itu merupakan inisiatif kyai itu sendiri, baik
dalam menentukan tempat, waktu terutama kitabnya. Kelompok santri yang duduk
mengitari kyai dalam pengajian itu disebut halaqah. Biasanya kyai
menggunakan bahasa daerah setempat dan langsung menerjemahkan kalimat demi
kalimat dari kitab yang di pelajarinya.
c) Halaqah
Halaqah
adalah diskusi untuk memahami isi kitab bukan untuk mempertanyakan kemungkinan
benar salahnya apa-apa yang diajarkan oleh kitab, tetapi untuk memahami apa
yang dimaksud yang dijarkan oleh kitab.
Skema Sistem Pengajaran di Pesantren.
6.
Model Pembelajaran Aktif dalam dunia Pesantren
1)
Model Bimbingan
Model ini lebih banyak mengaktifkan
santri/siswa agar belajar mandiri sedangkan ustadz/guru hanya mengawasi dan membimbing
bila siswa mendapat kesulitan dan menghadapi masalah dalam belajarnya. Metode
ini biasanya digunakan dalam kegiatan ko-kurikuler di malam hari. Santri belajar
berkelompok-kelompok secara bebas, ustadz pengasuh berkeliling memantau kegiatan
belajar siswa.
2)
Model Penugasan.
Model ini digunakan untuk beberapa pelajaran
tertentu, yaitu dengan memberikan tugas hafalan kepada santri/siswa untuk diselesaikan
dalam jangka waktu tertentu. Tugas hafalan tersebut menyangkut pelajaran Alquran,
dan mahfuzat. Hafalan Al-Quran,
3)
Model Partisipatori.
Pelibatan langsung para santri ke
dalam kancah pendidikan. Organisasi, pramuka, dan mesjid di Pondok ini
merupakan alat pendidikan. Organisasi disamping sebagai alat untuk melatih
keterampilan mengelola ummat atau mengelola anak didik juga untuk melatih
nilai-nilai kemandirian dan keikhlasan. Pramuka disamping sebagai sarana
rekreatif yang edukatif juga untuk membina disiplin dan percaya diri. Mesjid dimanfaatkan
untuk menanamkan cinta pada mesjid dan semangat menghidupkannya. Dalam
mengelola organisasi, siswa diatur secara bergiliran. Melalui kegiatan keorganisasian,
santri mengembangkan nilainilai kerja, kemandirian, tanggung jawab, keikhlasan
dan kejujuran serta kerjasama bersama orang lain.
4)
Model Pembiasaan
(Conditioning).
Dengan model ini siswa dibiasakan dengan
tingkah laku dan perilaku tertentu agar menjadi kebiasaan pola sikap, dan tidak
canggung untuk melakukan. Metode ini tampak jelas dalam kegiatan ibadat. Siswa harus
sembahyang berjamaah pada waktunya, berzikir setelah danvmembaca Al-Quran. Model
ini juga tampak dalam menanamkan nilai kesederhanaan dengan cara menampilkan
kehidupan yang sederhana.
5)
Model Kerja Praktek
Dengan model ini santri
mempraktekkan kegiatan-kegiatan
kepesantrenan baik pembelajaran, pengasuhan,
maupun pengelolaan Pondok. Digunakan untuk santri masa bakti, yaitu pengabdian
kepada Pondok bagi santri yang telah menyelesaikan program pendidikannya.
Model-model
pembelajaran-aktif (active-learning) ini dialami santri selama proses
pendidikan di Pondok Pesantren berlangsung. Dalam proses tersebut, para santri
mengalami beragam proses belajar, yaitu (1) Belajar di bawah pengarahan ustadz/guru;
(2) Belajar mandiri di bawah bimbingan dan pengawasan ustadz/guru; (3) Belajar
membiasakan sesuatu yang patut dan baik; (4) Belajar hidup bermasyarakat; (5) Belajar
melalui pengalaman; (6) Belajar mengurusi diri sendiri; (7) Belajar
memanfaatkan waktu; (8)
Belajar mengikatkan diri terhadap norma-norma agama dan norma kehidupan dan
mentaati
aturan kelompok
7.
Relevansi Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok
Pesantren Girikusuma dengan Metode Pembelajaran Kontemporer (Active
learning)
Berdasarkan hasil penelitian penulis,
model pembelajaran yang diterapkan di pondok Pesantren Girikusuma sudah ada
semenjak berdirinya pesantren yakni sejak Tahun 1288 H (sekitar Tahun 1868 M)
hingga sekarang. Tabel berikut penulis
paparkan untuk menjelaskan perbedaan dan kesamaan antara model pembelajaran
kitab kuning di Pondok Pesantren Girikusuma berdasarkan komponen-komponen model
pembelajaran dan dapat pula dikaitkan dengan model pembelajaran kontemporer
saat ini.
Berdasarkan Tabel 4.1 di
atas, menurut pengamatan penulis, model yang diterapkan di Pondok Pesantren
Girikusuma hampir sama dengan metode pembelajaran kontemporer baik yang
pembelajaran aktif atau pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kitab
kuning yang diterapkan di Pondok Pesantren Girikusumo adalah gabungan antara 2
jenis model pembelajaran kontemporer yang ada saat ini, yakni Model pembelajaraan
aktif-kooperatif (active-cooperative learning). Padahal
model pembelajaran yang diterapkan di Pondok Girikusuma sudah diterapkan sejak
lama, sebelum pengenalan model pembelajaran mulai disosialisasi dan diterapkan
saat ini.
Berdasarkan sejarah perkembangan pendidikan dalam bukunya
Asmani (2014 : 65), istilah pembelajaran aktif (active learning) baru dikenal pada tahun 1980-an.
Kemudian pada tahun 1990-an Association For The Study Of Higber Education
(ASHE) memberikan laporan yang lengkap tentang Active Learning ini.
Dalam laporan tersebut mereka telah mendiskusikan berbagai metode pembelajaran
untuk mengenalkan Active Learning. Istilah
active learning kemudian dikenal dengan istilah AJEL (Active Joyful
and Effective Learning). Untuk pertama kalinya di Indonesia yaitu pada
tahun 1999 dan dikenal dengan istilah PEAM (Pembelajaran Efektif, Aktif dan
Menyenangkan) atau sekarang ini disebut PAKEM (Pembelajaran Aktif, Efektif dan
Menyenangkan). Menurut Asmani (2014 : 63), pada hakikatnya, landasan teori yang
digunakan PAKEM adalah mengambil teori-teori tentang active learning.
PAKEM ini di Indonesia telah diresmikan berlaku di Indonesia untuk pendidikan umum di
Indonesia dengan diterbitkannya UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 4 dan
Pasal 40 dan di dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 19. Dengan diterbitkannya
landasan hukum tentang model pembelajaran active learning atau PAKEM
ini, maka secara resmi bahwa active learning di Indonesia mulai
diterapkan Tahun 2003. Sedangkan Model pembelajaran active learning
kitab kuning di Pondok Pesantren Girikusuma sudah diterapkan sejak sekitar
Tahun 1868.
Sedangkan menurut Huda (2011), bahwa
perkembangan model pembelajaran cooperative learning mulai dikenal sejak
Tahun 1970-an. Bermula dari isu dinamika kelompok dalam psikologi sosial,
kemudian berkembang menjadi isu dinamika kelompok dalam psikologi pendidikan.
Elliot Aroson (1975) dan David W. Johnson dan Roger T. Johnson (1975) adalah
pakar yang mengawali isu kooperasi dalam pendidikan. Mereka selanjutnya secara
bertahap memperkenalkan pembelajaran kooperatif di lingkungan pendidikan
melalui metode-metode yang terkenal, seperti JIGSAW, TGT, STAD, dan lain-lain.
Menurut pengamatan penulis, model pembelajaran cooperative learning
kitab kuning di Pondok Pesantren Girikusuma lebih dahulu diterapkan (tahun
1868) sebelum isu cooperative learning dikenal dan diteliti oleh
pakar-pakarnya (sejak Tahun 1975). Hanya saja, cooperative learning di
Pondok Pesantren Girikusuma tidak diperjelas dengan diistilahkan sebagai bagian
dari cooperative learning, tetapi sudah diterapkan.
Berdasarkan relevansinya, maka model pembelajaran kitab kuning di
Pondok Pesantren Girikusuma versus pembelajaran kontemporer saat ini dapat
dijabarkan dalam Tabel 4.2 sebagai berikut:
Tabel 4.2 Relevansi dan Perbedaan antara Model Pembelajaran Kitab Kuning di
Pondok Pesantren Girikusuma dan Pembelajaran Kontemporer
No
|
Komponen Pembelajaran
|
Relevansi
|
Perbedaan
|
1.
|
Model pembelajaran
|
Sama-sama menggunakan model pembelajaraan aktif (active learning) dan
model pembelajaran kooperatif (cooperative learning)
|
Pondok Pesantren
Girikusuma menggunakan model gabungan (active-cooperative learning) sedangkan model
kontemporer dijelaskan berdiri sendiri menjadi 2 model yakni active
learning dan cooperative learning.
|
2.
|
Pendekatan pembelajaran
|
Sama-sama menggunakan pendekatan proses dan pendekatan CBSA
|
Pondok Pesantren Girikusuma menggunakan pendekatan
gabungan antara proses-CBSA dan ditambah pendekatan konsep. Sedangkan model
kontemporer menggunakan pendekatan pembelajaran dijelaskan secara sendiri
yaitu pendekatan CBSA dan pendekatan proses. Sedangkan pendekatan konsep
tidak ada.
|
3.
|
Strategi pembelajaran
|
Sama-sama menggunakan strategi SPBM (Strategi
Pembelajaran Berbasis Masalah)
|
Pondok Pesantren Girikusuma menggunakan Strategi
gabungan dari SPBM-SPPKB-
Ekspositori. Sedangkan model kontemporer menggunakan strategi pembelajaran
dijelaskan secara sendiri yaitu SPBM untuk model cooperative learning
dan strategi Strategi
pembentukan tim untuk model active learning.
|
4.
|
Metode pembelajaran
|
Sama-sama menggunakan metode diskusi.
|
PondokPesantren Girikusuma menggunakan 3 metode
yakni sorogan,bandongan,mudżakarah. Metode mudżakarah
adalah metode diskusi. Sedangkan di dalam model kontemporer juga menggunakan
metode diskusi baik model active learning maupun model cooperative
learning.
|
5.
|
Teknik pembelajaran
|
Sama-sama menggunakan teknik-teknik dalam metode
diskusi.
|
Pondok Pesantren
Girikusuma menggunakan teknik dalam diskusi tetapi juga ditambah dengan
penerapan teknik-teknik dalam metode sorogan, bandongan. Sedangkan di dalam model kontemporer
tidak menggunakan teknik-teknik dalam metode sorogan,
bandongan.
|
6.
|
Taktik pembelajaran
|
Sama-sama tergantung karakter Ustadż /
Kyai / guru yang mengampunya
|
Terdapat perbedaan antara taktik yang digunakan di
Pondok Pesantren Girikusuma dan model kontemporer oleh karena latar belakang
yang berbeda antara guru secara umum dan Ustadż /Kyai.
|
Berdasarkan penjabaran Tabel 4.2 Relevansi
dan Perbedaan antara Model Pembelajaran
Kitab Kuning di Pondok Pesantren Girikusuma dan Pembelajaran Kontemporer di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kitab kuning di Pondok
Pesantren Girikusuma masih relevan dengan model pembelajaran kontemporer saat
ini.
E.
Kesimpulan
Setelah penulis mengadakan pembahasan
secara keseluruhan berdasarkan data yang ditemukan dan hasil analisis yang
dilakukan terhadap model pembelajaran kitab kuning di pesantren Girikusuma dan
relevansi dengan metode pembelajaran kontemporer maka penulis menyimpulkan ada
beberapa hal di antaranya :
1.
Pondok Pesantren Girikusuma menerapkan model
pembelajaran aktif- kooperatif (active-cooperative learning). Dalam
model pembelajaran ini, Pondok Pesantren menerapkan komponen-komponen
pembelajaran sebagai berikut:
a) Pendekatan
pembelajaran
Pendekatan konsep-CBSA,
pendekatan CBSA dan pendekatan proses-CBSA.
b) Strategi
pembelajaran
Strategi SPPKB, Strategi
Pembelajaran Ekspositori dan Strategi SPBM.
c) Metode
pembelajaran
Metode sorogan / bimbingan privat
face to face, metode bandongan/ceramah dan Metode mudżakarah / diskusi.
d) Teknik
pembelajaran
1)
Teknik dalam metode sorogan antara lain teknik
bergilir bebas, teknik tunjuk acak, Ustadż me-nentukan kitab dan teknik
santri menentukan kitab.
2)
Teknik dalam metode bandongan antara lain teknik
ceramah tanpa pertanyaan (without question), teknik ceramah dengan
pertanyaan terfokus (focusing question) dan teknik ceramah dengan
pertanyaan yang menggunakan isyarat (hint) dan petunjuk (clues) (Prompting
questions).
3)
Teknik dalam metode mudżakarah antara lain teknik
diskusi kelas dan teknik diskusi kelompok kecil.
e) Taktik
pembelajaran
Taktik yang digunakan
tergantung karakter Ustadz / kyai yang mengampunya.
2.
Model pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren
Girikusuma masih relevan dengan model pembelajaran kontemporer saat ini.
Relevansinya terletak pada :
a)
Sama-sama menggunakan model pembelajaraan aktif (active
learning) dan model pembelajaran kooperatif (cooperative learning).
b)
Sama-sama menggunakan pendekatan proses dan pendekatan
CBSA.
c)
Sama-sama menggunakan
strategi SPBM (Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah).
d)
Sama-sama menggunakan metode
diskusi.
e)
Sama-sama menggunakan
teknik-teknik dalam metode diskusi.
f)
Sama-sama menggunakan taktik
pembelajaran yang tergantung karakter Ustadż/Kyai/Guru yang mengampunya.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Benedict,
Language and Power: Exploring Political Cultures in Indonesia
(Ithaca, NY: Cornel University Press, 1990), 132, 243.
Asy-Syuyuthi,
Jalaluddin dan Jalaluddin Muhammad bin Ahmad Al-Mahalliy, Tasir Jalȃlain,
Libanon, Baiurt, 2003, hlm. 187
Ahmad,
Nurwadjah Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan : Hati Yang Selamat Hingga
Kisah Lukman, Bandung, Marja, 2007, hlm, 174
Bruinessen, Martin
van, “Kitab Kuning: Books in Arabic Script Used in the Pesantren
Milieu,” Bijdragen tot de Taal Land en Volkenkunde, vol. 146, no. 2-3
(1990), 229.
B. Uno, Hamzah, 2011, Model
Pembelajaran, Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif Dan Efektif,
Jakarta, Bumi Aksara
Bonwell,
Charles C, dan James A. Eison,
1996, Active
Learning Creating Excitement in the Classroom, Clearinghouse
on Higher Education The George Washington University.
Clay
Lindgren, Henry Educational Psychology in the Classroom,
(Toronto : John Wiley & Sons, Inc., 1976), hlm. 29.
Dee
Fink, L., Active Learning, Reprinted with permission
of the Oklahoma Instructional Development Program, 1999
Dhofier, Zamakhsyari, Tradisi
Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, Jakarta: LP3ES, 1984.
Imam Az-Zubaidi, Ringkasan Sahih Al Bukhari,
terjemah Cecep Syamsul Hari dan Talib Anis, (Bandung: Mizan, 1997), cet., 1,
hlm, 39/ http//telkom - hadits9imam.com/ terjemahan shahih Bukhari Juz 1. hlm,
39 hadist ke 67
Margareth
E, Gredler,. Learning and Instruction :
Teori dan Aplikasi, (Jakarta : Kencana, 2011), hlm, 3-4.
Mastuhu, 1994, Dinamika Sistem
Pesantren, Jakarta:
Perpustakaan Nasional
Nasution,
Noehi dkk, Materi Pokok Psikologi Pendidikan, Jakarta, Direktoral
Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Dep. Agama Islam dan Universitas
terbuka, 1991, hlm, 4
Robert,
Heinich, et al, Instructional Media and Technology
for Learning, (New Jersey : Prentice Hall, 1999), hlm, 8.
Suyono,
Implementasi Belajar Dan Pembelajaran, Bandung, PT Remaja
Rosdakarya, 2015, hlm, 54
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorentasi Standar Proses
Pendidikan, Jakarta, Kencana Prenada Media Grup, 2006,hlm, 126
[1] Benedict Anderson, Language and Power: Exploring Political Cultures in Indonesia
(Ithaca, NY: Cornel University Press, 1990), 132, 243.
[2] Martin van Bruinessen, “Kitab
Kuning: Books in Arabic Script Used in the Pesantren Milieu,” Bijdragen tot
de Taal Land en Volkenkunde, vol. 146, no. 2-3 (1990), 229.
[3]
Noehi Nasution, dkk, Materi
Pokok Psikologi Pendidikan, Jakarta, Direktoral Jendral Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam, Dep. Agama Islam dan Universitas terbuka, 1991, hlm, 4
[4]
Henry Clay Lindgren, Educational Psychology in
the Classroom, (Toronto : John Wiley & Sons, Inc., 1976), hlm. 29.
[5]
Heinich, Robert, et al, Instructional Media and
Technology for Learning, (New Jersey : Prentice Hall, 1999), hlm, 8.
[6]
Gredler, Margareth E. Learning and Instruction
: Teori dan Aplikasi, (Jakarta : Kencana, 2011), hlm, 3-4.
[7]
Suyono, Implementasi
Belajar Dan Pembelajaran, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2015, hlm, 54
[8]
Wina, Sanjaya, Strategi
Pembelajaran Berorentasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta, Kencana
Prenada Media Grup, 2006,hlm, 126
[9]
Wina, Sanjaya, Strategi
Pembelajaran Berorentasi..,hlm, 128
[10] Hamzah, B. Uno, Model
Pembelajaran, Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif Dan Efektif,
Jakarta, Bumi Aksara, 2011, hlm, 2
[11]
Jalaluddin Asy-Syuyuthi
dan Jalaluddin Muhammad bin Ahmad Al-Mahalliy, Tasir Jalȃlain, Libanon, Baiurt, 2003, hlm. 187
[12]
Nurwadjah Ahmad, Tafsir
Ayat-Ayat Pendidikan : Hati Yang Selamat Hingga Kisah Lukman,
Bandung, Marja, 2007,
hlm, 174
[13]
Imam Az-Zubaidi, Ringkasan Sahih Al Bukhari,
terjemah Cecep Syamsul Hari dan Talib Anis, (Bandung: Mizan, 1997), cet., 1,
hlm, 39/ http//telkom - hadits9imam.com/ terjemahan shahih Bukhari Juz 1. hlm,
39 hadist ke 67
[14]
Charles C. Bonwell,, dan
James A. Eison,
1996, Active Learning Creating
Excitement in the Classroom, Clearinghouse on Higher Education The George
Washington University, 1991, hlm. 37
[15]
Dee Fink, L., Active Learning, reprinted
with permission of the Oklahoma Instructional Development Program, 1999,
hlm, 2-3
[16]
Ahmad, Tafsir, Metodologi
Pengajaran Agama Islam . Bandung : Remaja Rosdakarya Offset , 2003. Hlm,
147
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan beri masukan komentar anda