Pengikut

Kamis, 15 Februari 2018

OPTIMISME DAN KESUKSESAN (3)


OPTIMISME DAN KESUKSESAN (3)

                                                          Assalamu'alaikumwrwb.

         Saudara dan saudaraku yang dicintai Allah. Mari kita bersyukur kepada Allah, karena kita masih menghirup udara segar dengan gratis, sehat afiat. Shalawat dan salam, kita sanjungkan pada Rasulullah saw. Semoga syafaatnya kelak memberkahi kita.  Manusia yang diciptakan oleh Allah dan ditugasi sebagai khalifah-Nya di muka bumi, memiliki tugas mulia untuk memakmurkan bumi dan penduduknya. Tugas sebagai khalifah lebih merupakan bentuk ibadah sosial, karena tugas ibadah ritual vertikal, antara hamba dengan Khaliq Sang Pencipta, harus dimanifestasikan dalam ibadah sosial.  "Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia...(QS. Ali Imran, 3:112). Setiap manusia yang sadar akan dirinya, untuk apa diciptakan di dunia ini, apa tujuan hidup, dan ke mana hidup ini akan bermuara, sudah pasti ia akan sekuat tenaga mempersiapkan bekal, agar di alam keabadian nanti, berlimpah kenikmatan. Dan satu-satunya bekal adalah ketaqwaan kepada Allah (QS. Al-Baqarah, 2:197). Untuk meraih kesuksesan, belajar, bekerja, dan amal baik apapun, diperlukan sikap dan pikiran yang optimistik, bahwa apa yang diinginkan, dicita-citakan, akan berhasil. Tentu saja, tidak cukup hanya sikap optimistik saja, tetapi harus disertai usaha dan kerja keras. Allah tidak akan merubah keadaan seseorang, hingga orang tersebut berusaha merubah keadaannya sendiri (QS. Al-Ra'd, 13:11). Demikian juga, Allah tidak akan mendhalimi manusia, kecuali manusia yang menganiaya diri mereka sendiri (QS. Yunus, 10:44).
         Dalam hadis qudsy, hadis yang redaksinya dari Allah, disampaikan "Aku (Allah) adalah menuruti apa yang hamba-Ku sangkakan. Jika ia menduga yang baik, maka kebaikan baginya. Dan jika ia menduga yang tidak baik, maka baginya juga keburukan" (Riwayat al-Suyuthy dari Abu Hurairah). Dalam riwayat yang lain, Nabi saw bersabda bahwa Allah berfirman: "Aku (Allah) adalah menurut apa yang disangkakan oleh hamba-hamba-Ku, apabila ia menyebut-Ku dalam dirinya, Aku akan menyebutnya di dalam diri-Ku, apabila ia menyebut-Ku dalam satu khalayak, Aku akan menyebutnya dalam khalayak yang lebih besar, apabila ia mendekati-Ku satu dzira' Aku menyambutnya sedepa, apabila ia mendekati-Ku dengan berjalan kaki, Aku menyambutnya dengan berlari" (Riwayat al-Bukhari dari Abu Hurairah).
Banyak orang pagi-pagi bangun tidur sudah marah-marah, pikirannya berprasangka negatif kepada orang lain. Bahkan kepada Allah juga, mereka menyalah-nyalahkan, mengatakan tidak adil, dan merasa dirinya sudah berbuat baik, tapi gagal dan gagal. Padahal itu karena ia sudah berpersepsi negatif. Dalam hubungan sosial horizontal, manusia sebagai makhluk sosial, tidak bisa hidup sendiri. Kesempurnaan seseorang yang percaya kepada Allah dan Rasul-Nya, adalah ketika bisa ditampakkan dalam kehidupan sosialnya. Mulai dari hormat kepada tamunya, rukun dan guyub dengan tetangganya, ketika ada tetangga yang sakit, ia membezuknya, ketika ada yang meninggal dunia, ia ikut melayatnya atau takziyah, guna berbagi duka dan berempati kepadanya. Bahkan yang paling ringan, orang yang beriman, ia akan selalu berkata yang baik, atau kalau tidak bisa, lebih baik diam.  Allah mengigatkan, "hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purbasangka (kecurigaan), karena sebagian dari purbasangka itu dosa. Dan jangan mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain" (QS. Al-Hujurat, 18:12). Orang yang berprilaku demikian, laksana ia memakan daging saudaranya yang sudah menjadi mayat, dan pasti ia membencinya. Na'udzu bi Allah. Saudaraku yang dikasihi Allah, mari kita sambut pagi yang cerah ini dengan niat, usaha, kerja keras, dengan berdoa memohon kepada Allah, bermodal optimisme dan husnudhan, yakinlah Allah SWT menolong dan mengabulkan doa kita dengan keberkahan.  Kita nikmati pekerjaan dengan niat ibadah, kita hormati mitra kerja kita juga dengan husnudhan, insya Allah hati kita lapang, dan bekerja secara ikhlas dengan hasil optimal. Insya'a Allah. Allah a'lam bi al-shawab. Semarang, 12/1/2017.

Wassalamu'alaikum wrwb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan beri masukan komentar anda