الحمد لله ربِّ العالمين
والْعاقِبَةُ لِلْمُتَّقين ولا عُدْوانَ إلَّا عَلى الظَّالمِين وأشهد أنْ لا إله
إلاالله وحده لا شريك له ربَّ الْعالمين وإلَهَ المُرْسلين وقَيُّوْمَ السَّمواتِ
والأَرَضِين وأشهد أن محمدا عبده ورسوله المبعوثُ بالكتابِ المُبين الفارِقِ
بَيْنَ الهُدى والضَّلالِ والْغَيِّ والرَّشادِ والشَّكِّ وَالْيَقِين والصَّلاةُ
والسَّلامُ عَلى حَبِيبِنا و شَفِيْعِنا مُحمَّدٍ سَيِّدِ المُرْسلين و إمامِ
المهتَدين و قائِدِ المجاهدين وعلى آله وصحبه أجمعين. ياأيها المسلمون أوصيكم وإياي بتقوى الله عز وجل
والتَّمَسُّكِ بهذا الدِّين تَمَسُّكًا قَوِيًّا. فقال الله تعالى في كتابه
الكريم، أعوذ بالله من الشيطان الرجيم “يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا
اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Marilah
pada siang hari ini kita senantiasa meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita
kepada Allah Swt dengan menjalankan semua perintah-perintahNya dan menjauhi
segala larangan-laranganNya. Dan hendaknya kita selalu bersyukur kepada Allah
Swt atas segala nikmat-nikmat yang telah diberikan kepada kita semua. Termasuk
nikmat kemerdekaan.
Kemerdekaan
adalah nikmat yang sangat besar yang diberikan Allah kepada Negara kita. Karena
dengan adanya kemerdekaan, kita masih bisa menghirup udara segar sampai saat
ini. Andaikan belum merdeka,entah apakah kita masih hidup atau sudah mati
terkena lemparan granat atau tembakan para penjajah. Dengan kemerdekaan pula
kita bisa beribadah dengan tenang dengan khusyuk tanpa rasa khawatir akan adanya
bombardier pesawat penjajah. Dengan kemerdekaan pula kita bisa bercengkerama
dengan keluarga, dengan istri ataupun anak-anak kita. Sungguh, kemerdekaan
adalah nikmat yang luar biasa yang diberikan Allah kepada Negara kita.
معاشر المسلمين رحمكم الله
Lalu bagaimana kita mengisi kemerdekaan yang telah diberikan
Allah kepada kita semua? firman-firman Allah yang termuat di dalam Surah
Al-Hasyr ayat 18.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ
وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ
خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari
esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS Al-Hasyr [59] : 18).
Ayat ini dimulai dengan kalimat : يا
أَيُّهَا الَّذينَ آمَنُوا yang artinya : Hai orang-orang yang
beriman.
Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu mengatakan, bahwa apabila
sesuatu ayat dimulai dengan panggilan يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ ءَامَنُوا berarti menunjukkan, bahwa ayat tersebut
mengandung perihal yang begitu penting atau berupa suatu larangan yang berat.
Di dalam Al-Quran terdapat lebih dari 80 ayat yang dimulai dengan seruan يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا.
Dalam Bahasa Arab dikatakan sebagai harfun nida’ حرف النداء (kata panggilan). Ia sama dengan kata
“Ya”. Atau dalam Bahasa Indonesia, “Hai” atau “Wahai”. Dalam Al Qur’an banyak
dijumpai penggunaan kata “Ya ayyuha”, seperti pada kata “Ya ayyuhan naas”, “Ya
ayyuhal insan”, “Ya ayyuhan nabiy”, “Ya ayyuhal mudats-tsir”, “Ya ayyuhal
muzzammil”, dan lainnya. Artinya sama, berupa panggilan kepada pihak-pihak
tertentu. Biasanya, jika seseorang dipanggil, dia akan bersungguh-sungguh
menyambut panggilan itu.
Di dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan, bahwa melalui ayat ini
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berbicara kepada orang-orang yang beriman kepada
Allah.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah memperhitungkan bahwa yang
bersedia memikul perintah-Nya, yang sanggup meningalkan larangan-Nya, adalah
orang-orang yang beriman kepada-Nya. Karena itu, orang yang merasa di dalam
dirinya ada iman, tentu ia akan bersedia mengubah perilakunya, menahan gejolak
nafsunya, demi menjalankan tuntutan Allah.
Memang di dalam Al-Qur’an sering digunakan perkataan, “يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا”. Di sini orang-orang
beriman selalu disebut secara jama’ (kolektif). Tidak pernah sekali pun
Al-Qur’an mengatakan, “Ya aiyuhal mukmin” (wahai seorang Mukmin). Atau tidak
pernah dikatakan, “Ya aiyuhal ladzi amana” (wahai satu orang yang mengimani).
Selalu dikatakan, “Ya aiyuhal ladzina amanuu” (wahai orang-orang yang beriman).
Hal ini mengandung hikmah, bahwa agama Islam adalah agama kolektif, agama
kebersamaan, bil-jama’ah, bukan agama individu, bukan agama egoisme, bukan
agama ta’ashub golongan, dan bukan pula sektarian.
Karenanya, hadirin yang berbahagia,
Ummat Islam adalah umat kolektif, Ummatan Wahidatan (Ummat yang
satu), bukan Ummat yang terpecah-belah, atau tersegmentasi menjadi berbagai
golongan. Banyak sekali ayat-ayat yang memerintahkan umat Islam pada hakikatnya
adalah umat yang satu. Maka ada yang disebut dengan ukhuwwah Islamiyyah, tidak
berpecah-belah dalam agama. Di antaranya : di dalam Surah Ali Imran 103,
Asy-Syura : 13, Al-Mu’minun : 52-54, Ar-Ruum : 31-32, dsb.
Dalam hal ini, Allah menyeru orang-orang beriman agar senantiasa
memelihara hubungan taqwa dengan Allah Sang Pencipta dan Pemelihara Alam
Semesta beserta seisinya. Karenanya pengakuan iman saja belumlah cukup sebelum
dilengkapi dengan mempercepat hubungan taqwa dengan Allah, dengan penuh keikhlasan
jiwa, tawakkal berserah diri sepenuhnya kepada kekuasan-Nya, ridha dan menerima
segela ketentuan-Nya, selalu bersyukur atas segala nikmat dan karunia-Nya,
serta shabar menerima segala ujian, mushibah, dan cobaan-Nya, menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerimanya, memberikan pertolongan kepada yang
memerlukan, dan mudah memaafkan kesalahan saudaranya. Kesemuanya itu hanya
didapat karena adanya takwa kepada Allah.
Adapun taqwa kepada Allah agar tetap tumbuh subur adalah dengan
cara senantiasa melestarikan ibadah kepada Allah dengan rasa cinta seperti
shalat berjama’ah, tadarus Al-Quran, memperbanyak istighfar, shalat tahajud,
mengeluarkan shadaqah, menyantuni kaum fuqara dan dhu’afa, beramal jariyah, dan
sebagainya. Demikian pula taqwa dapat tetap kokoh bersemanyam di dalam dada
setiap mukminin adalah dengan memperbanyak dzikrullah, senantiasa mengingat
bahwa hidup ini hanyalah semata-mata singgah saja. Hingga pada akhirnya
persinggahan hidup di dunia ini akan ditutup dengan kematian. Kelak di akhirat
amal kita akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.
Itulah sebabnya maka ayat di atas menegur kita dengan kalimat :
وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ
“…dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok.…”
Hari esok adalah hari akhirat. Hidup tidaklah akan disudahi hingga
di dunia ini saja. Dunia hanyalah semata-mata masa untuk menanam benih.
“Ad-dunya mazro’atul akhirah”, dunia adalah ladang amal berbuat baik untuk
kampung akhirat.
Adapun hasilnya akan dipetik adalah di hari akhirat. Maka, beriman
kepada hari akhirat menyebabkan rezeki yang Allah karuniakan di dunia memang
telah Allah sediakan terlebih dahulu sebagai persediaan hari esok.
Kemudian pada ujung ayat 18 diakhiri dengan :
إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“…sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Oleh karena tidak ada di antara kita yang terlepas dari pengawasan
Allah, tidak ada tindak kemaksiatan kita, kedzaliman kita, yang tidak
diketahui–Nya. Menunjukkan kita agar selalu menyuburkan nilai taqwa kepada-Nya,
selalu ingat akan pengawasan-Nya. Dengan taqwa itulah kita menjadi selalu dekat
dengan Allah.
معاشر المسلمين رحمكم الله
Derajat taqwallah hanya dapat diperoleh dengan usaha nyata,
kesungguhan, tidak mudah putus asa. Sama halnya dengan manusia berdagang, orang
bekerja, atau pelajar sekolah. Mereka tidak akan mendapatkan untung jika tidak
kerja keras, tidak akan mendapatkan bonus kalau tidak lembur, dan tidak akan
memperoleh rangking terbaik kalau tidak belajar.
Pepatah Arab mengatakan “Man jadda wa jada”. (Siapa yang
bersungguh-sungguh, pasti dapat!).
Khusus dalam meraih iman dan ilmu, Allah akan mengangkat derajat
mereka ke tempat yang mulia.
Sebagaimana firman-Nya :
يَرْفَعِ الله الّذِيْنَ امَنُوْا مِنْكُمْ وَالّذِيْنَ
أوتُواالْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
Artinya : “….Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang
beriman di antara kalian dan orang-orang yang berilmu….”. (QS Al-Mujadilah :
11).
Dalam sebuah kisah Ibrahim Al-Harbi diceritakan, Muhammad bin
Abdurrahman Al-Auqash adalah seorang yang ‘mohon maaf’ pendek. Dengan penuh
perhatian dan kasih sayang, ibunya berpesan, “Wahai anakku, aku perhatikan,
setiap engkau berada di sebuah tempat pertemuan, engkau selalu ditertawakan dan
direndahkan. Maka hendaklah engkau menuntut ilmu setinggi mungkin, karena ilmu
akan mengangkat derajatmu”. Ternyata betul, ia mematuhi pesan ibunya. Sehingga
suatu saat ia dipercaya menjadi Hakim Agung di Mekkah selama 20 tahun.
Pada jaman Nabi, suatu ketika sahabat Abdullah bin Mas’ud naik
sebuah pohon, terlihat betisnya yang kecil. Lalu ada yang meledeknya. Mendengar
itu, lalu Nabi memberikan nasihat, bahwa pada hari kiamat nanti, kedua betis
Abdullah bin Mas’ud tersebut jauh lebih kokoh dan lebih berat timbangan amal
kebaikannya melebihi besarnya dan kokohnya gunung, karena ilmu dan amalnya.
Dunia Barat, Eropa, hingga Amerika sebenarnya maju pesat dalam
ilmu pengetahuan, keluar dari keterbelakangan, karena peran dan jasa-jasa para
ilmuwan muslim. Sebut saja pakar kedokteran pertama adalah Ibnu Sina atau
disebut Avesina, bukuna Al-Qanun fit Tiib dipakai di kedokteran-kedokteran
terkemuka Eropa, ahli matematika Al-Jabbar, pakar astronomi dan fisika
Al-Birruni, pakar sosiologi Ibnu Khaldun, pakar fisika-kimia Al-Kindi sang
penemu dasar-dasar teori relativitas yang kemudian publish oleh Einsten, Al-Khawarizmi
yang terori trigonomterinya dipakai di seluruh daratan Eropa pada abad 16
hingga kini, dll. Lalu, ada generasi berikutnya, Prof Abdus Salam peraih nobel,
Prof Habibie salah seorang perancang pesawat terbang terkemuka yang
kepakarannya diakui di seluruh dunia, dst.
Itulah, hadirin yang mulia,
Ilmu di tangan orang beriman, menjadi manfaat dan maslahat untuk
kesejahteraan umat manusia dan alam sekitarnya. Sebaliknya, ilmu di tangan
orang yang tidak beriman, maka ilmunya hanya untuk membuat kerusakan di daratan
dan di lautan saja.
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي
النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Artinya : “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan
karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka
sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang
benar).“ (QS Ar-Ruum : 41).
Maka, marilah kita songsong hari akhir, kita menabung amal
kebaikan, meningkatkan ilmu dan amal, gemar bershadaqah, dan berprestasi,
menjadi generasi shalihin-shalihat yang lebih baik lagi. Amin yaa robbal
‘alamin.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ
وَلَكُمْ. وَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
اْلحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ
تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِهِ وَاَشْهَدُ اَنَّ
سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ .اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ
وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا. اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا
النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى
وَزَجَرَ.وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ
وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ
النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا
تَسْلِيْمًا.
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى
اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللهُمَّ عَنِ
اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ
بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ
بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا
اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ
اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ
وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ
مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى
يَوْمَ الدِّيْنِ.رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً
وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا
وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَاللهِ
! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ
وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْه عَلىَ
نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَر
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan beri masukan komentar anda