FIKIR DAN DZIKIR (13)
Sahabatku, alhamdulillah wa al-syukru liLlah, kita
bangun dalam sehat afiat atas karunia dan nikmat Allah. Shalawat dan salam kita
menyertai shalawat Allah dan Malaikat pada Nabi saw. Kita nantikan syafaat
beliau nanti di akhirat.
Saudaraku, manusia diciptakan di dunia ini tujuannya untuk ibadah (QS.
Al-Dzariyat:56).
Apakah kita sempat renungkan untuk berfikir tentang mengapa Allah
menciptakan dan melahirkan kita di dunia ini?
Allah memberi modal dasar pada kita akal dan hati, agar kita mampu
berfikir dan merasakannya dengan penuh kekhusyu'an dan kerendahhatian (tawadlu'
dan tadlarru').
Al-Qur'an menyebut يتفكرون "agar
kita berfikir" dalam setidaknya 10 kali (QS. Al-A'raf: 176, Yunus: 24,
Al-Ra'd: 3, al-Nahl: 11, 44, 69, Al-Rum: 21, Al-Zumar: 42, Al-Jatsiyah: 13, dan
Al-Hasyr: 21) dalam bentuk kata kerja sedang atau akan datang (فعل مضارع).
Ini menunjukkan maksud supaya manusia berfikir secara terus menerus dan
berkelanjutan (استمرار التجدد).
Ayat-ayat di atas, singkatnya manusia supaya memikirkan tentang: 1.
Kehidupan dunia ini apa tujuannya; 2. Allah menciptakan bumi ada siabg dan
malam, ditumbuhkan tanaman dan buah-buahan untuk dimakan, 3. Buah-buahan dengan
berbagai macamnya; 4. Allah menurunkan wahyu dan kitab suci sebagai pedoman
untuk brribadah; 5. Manusia diciptakan berpasangan, supaya berkeluarga dan
mendapatkan kebahagiaan sakinah mawaddah wa rahmah atau سكينة مودة ورحمة.
6. Manusia diciptakan dati tidak ada menjadi ada, dan akhirnya
mati dan akan sihisiokan lagi. 7. Allah menundukkan langit dan bumi untuk
manusia. 8. Seandainya Al-Qur'an diturunkan pada gunung, sungguh gunung akan
menundukkan diri secara khusyu' karena takut kepada Allah.
Tujuannya agar manusia menangkap pesan bahwa Allah SWT adalah Dzat Yang
Maha Kuasa, Maha Besar, Maha Mencipta, Maha Esa, dan Maha dalam segala hal.
Dengan demikian, tidak memberi ruang sekecil apapun untuk membanggakan dan
menyombongkan diri sendiri (سمعة dan تكبر)
dalam diri kita. Hanya Allah saja yang pantas untuk sombong, namun itu pun
Allah sering menggunakan kata Kami bukan Aku, seperti QS. Al-Nahl: 44,
Al-Hasyr: 21.
Dengan fikir manusia juga dapat memahami dengan baik apa yang dikatakan,
dikerjakan, dan dihayati dan diamalkan. Mengagumi diri sendiri dan sombong itu,
adalah awal kesyirikan, na'udzu biLlah. Karena itu, semestinya, seseorang
bertambah ilmu bertambah taat dan tawadlu'nya atau rendah hatinya.
Untuk membangun diri kita agar terhindar dari sikap sombong dan mengagumi
diri sendiri, perlu disertai dengan senantiasa berdzikir mengingat Allah yang
selalu hadir dalam diri kita.
Seruan agar manusia berdzikir dalam bentuk kata kerja sedang dan akan
datang (فعل مضارع) disebut dalam QS. Al-Baqarah:
221, Ibrahim: 25, Al-Qashash: 43, 46, 51, Al-Zumar: 27, dan Al-Dukhan: 58).
Kadang juga disebut indikator orang-orang yang cerdas (اولو الالباب)
adalah orang-orang yang senantiasa berdzikir mengingat Allah dalam berbagai
keadaan, berdiri, duduk, berbaring, dan berfikir tentang penciptaan langit dan
bumi. Karena Allah tidak pernah menciptakan sesuatu pun yang sia-sia (QS. Ali
'Imran:190-191). Kecerdasan adalah perpaduan harmonis antara akal dan hati,
antara akal manusia dan kehadiran hidayah dan inayah Allah, yang pasti akan
menumbuhkan dan menghasilkan ketenangan (طماءنينة).
Inilah pesan penting keseimbangan antara fikir dan dzikir (QS. Al-Ra'd: 28).
Saudaraku yang dicintai Allah, mumpung kita masih diberi umur panjang
sehat afiat, mari kita manfaatkan akal kita untuk berfikir, dari mana kita
diciptakan, untuk apa kita hidup, dan akan menuju ke mana? Agar kita mampu
mengenal Allah, kita tingkatkan ibadah kita sebagai wasilah dzikir kita kepada
Allah. Karena kita milik Allah, kita pasti akan kembali kepada-Nya. Semoga kita
akan disambut oleh Allah dengan "senyuman" dan sambutan-Nya, dalam
keadaan husnul khatimah. Amin.
Allah a'lam bi al-shawab.
Wassalamu'alaikum wrwb.
Ngaliyan, Semarang, 22/1/2017.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan beri masukan komentar anda