ISLAM DAN BUDAYA LOKAL (15)
Assalamu'alaikum wrwb.
Puja puji hanya milik Allah, kita wajib mensyukuri nikmat dan
karunia-Nya. Yakinlah Allah akan menambah kenikmatan pada kita. Sehat afiat
sangat berharga, lebih berharga lagi, nikmat iman dan Islam. Semoga kita mampu
merawat hingga akhir hayat kita (QS. Ali 'Imran: 102). Shalawat dan salam kita
senandungkan pada Rasulullah saw, semoga hati kita selalu baik (قلب سليم).
Karena hanya hati yang baik saja, yang diberi kesempatan berjumpa dengan Allah,
di saat harta dan anak-anak kita tidak memberi manfaat apapun (QS. Al-Syu'ara:
89).
Saudaraku yang dicintai Allah, belakangan ada yang menyoal tentang
wayang, yang dianggap bid'ah, bahkan minta supaya wayang diberangus saja. Saya
tadinya cuek saja, karena ini sudah menjadi aset budaya dan aset belajar. Tapi
ada banyak teman yang meminta saya menulis, semoga tulisan ini bermanfaat.
Wayang merupakan karya seni para pendahulu, dan oleh para pendakwah Islam
dijadikan sebagai instrumen atau media dakwah. Karena dalam berdakwah, Allah
menyerukannya dengan cara, metode, dan pendekatan yang bijaksana, nasihat yang
baik, dan diskusi dengan cara yang lebih baik (QS. Al-Nahl: 125)
(ادع الى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم بالتي هي أحسن ان ربك هو اعلم
بمن ضل عن سبيله وهو اعلم بالمهتدين )
Apa bid'ah itu? Secara bahasa bid'ah adalah sesuatu - atau kreasi - yang
baru yang belum ada contohnya. Seperti, Allah adalah pencipta langit dan bumi
atau بديع السموات والارض (QS. Al-Baqarah: 117). Atau
"katakanlah, aku bukanlah rasul yang pertama di antara para rasul"
(QS. Al-Ahqaf: 9). Secara syara', bid'ah adalah kreasi baru yang belum ada
contoh sebelumnya.
Bid'ah dalam ibadah atau agama secara prinsip dilarang. Rasulullah saw
bersabda: "barangsiapa mebgadakan hal baru yang bukan dari kami, maka
perbuatannya ditolak" (Abu Dawud dan at-Tirmidzi).
Bid'ah ada dua: 1). Bid'ah hasanah, kreasi yang baik. 2). Bid'ah sayyiah,
kreasi yang buruk. Inilah yang termasuk sesat (ضلالة).
Sebenarnya cakupan bid'ah itu lebih pada persoalan ibadah mahdlah. Karena dalam
soal karya seni, ilmu pengetahuan, dan innovasi dan kreasi manusia, justru
dianjurkan demi kemashlahatan manusia.
Pada zaman Rasulullah saw, kendaraan adanya unta dan himar. Apakah jamaah
haji menggunakan pesawat, yang tidak atau belum ada pada masa Rasulullah saw
adalah bid'ah? Padahal haji itu ibadah? Bagi warga Arab Saudi boleh jadi tidak
ada masalah karena dekat. Karena itu, kalau hari ini masih ada yang mengatakan
bahwa pesawat, mobil, speaker, gadget atau smartphone adalah bid'ah, maka
dipersilahkan menjalani hidup seperti zaman Rasulullah saw.
Apakah tahlil, mebaca barzanji dzibaan, atau shalawatan dengan dilagukan,
bid'ah. Bagi yang pemahaman agamanya sempit, tentu semuanya itu bid'ah. Tetapi
para Ulama yang memahami agama secara komprehensif, bahwa kebiasaan yang baik
itu ditempatkan sebagai medium untuk dakwah, maka dikategorikan sebagai bid'ah
hasanah. Atau bahkan sebagai tradisi atau kebiasaan yang baik (سنة حسنة).
Dalam kaidah fiqh dikenal "adat kebiasaan itu dijadikan hukum" atau العادة محكمة.
Lebih dari itu ditegaskan, bahwa menetapkan hukum dengan kebiasaan sama halnya
menetapkan hukum secara syara' (الثابت بالعرف كالثابت بالشرع).
Soal wayang yang dianggap akan menjadikan syirik, tentu tergantung
pemahaman yang bersangkutan. Apalagi pada masa para Walisongo menyampaikan
dakwah, memilih metode dan pendekatan persuasif tidak konfrontatif, damai tidak
memusuhi, merangkul tidak memukul, mengajak bukan membajak, dan ternyata itu
lebih sukses. Memang sejarah mencatat, ada masa-masa singkretik, tetapi secara
perlahan, fenomena yang diduga singkretik itu hilang.
Islam yang dirancang sebagai Rahmatan lil 'Alamin, akan kehilangan
misinya jika dipahami secara sempit dan tidak mendunia. Islam yang selaras
dengan tuntutan waktu dan ruang (الاسلام صالح لكل زمان ومكان)
akan kehilangan nilai dan universalitasnya, jika dipahami secara kerdil.
Bisa-bisa saudara-saudaraku yang masih setia dengan wayang, atau karya seni
budaya loka, akan lari berbondong-bondong meninggalkan Islam, jika wayang
dipersoalkan karena dianggap bid'ah.
Saudaraku yang dicintai Allah, tugas dan kewajiban kita menjalankan tugas
dakwah, masih sangat banyak. Kadang-kadang saya khawatir pada Anda yang merasa
cara dan prilaku beragama harus berpegang dengan tradisi dan adat yang bukan
Islam, tetapi adat lokal, justru secara perlahan mengebiri Islam yang Rahmatan
lil 'alamin. Dan ini akan bisa menjadi "kesombongan baru" dalam
beragama, yang menjadi awal "bentuk kemusyrikan" baru sebagaimana
dikhawayiekan oleh Syeikh Ibnu 'Athaillah al-Sakandary.
Saudaraku, terutama yang hoby wayang dan kreasi budaya lokal lainnya,
silahkan saja diuri-uri dan diteruskan. Dulu Sultan Agung Mataram mengislamkan
tradisi muludan menjadi grebeg maulid, musiknya gamelan dari جميلا
artinya indah atau bagus, sekaten dari syahadatain atau dua kalimat syahadat,
dan masih banyak lagi. Raja disebut khalifatullah fil ardli sayyidin
panatagama, atau khalifah Allah di muka bumi, tuan yang bertugas menata kehidupan
beragama.
Islam itu melindungi dan mengayomi. Islam mengajarkan harmoni dan
keindahan. Mari kita tingkatkan ibadah ritual-vertikal kepada Allah, dan kita
wujudnyatakan dalam ibadah sosial-horizontal kepada sesama. Sebaik-baik manusia
adalah yang akhlaknya mulia. Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak
memberi manfaat kepada orang lain. Sebaik-baik manusia adalah yang panjang
usianya dan baik atau shaleh amal perbuatannya.
Semoga Allah meringankan dan menolong kita untuk beramal shaleh, guna masa
depan kita. Allah al-musta'an, Allah tempat memohon pertolongan. Allah a'lam bi
al-shawab.
Wassalamu'alaikum wrwb.
Ngaliyan, 24/1/2017.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan beri masukan komentar anda