MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK
PESANTREN
DALAM MENGHADAPI KEMAJUAN IPTEKS
Makalah
Disusun
Guna Memenuhi Tagas Mata Kuliah Manajemen Pendidikan
Yang
diampu Oleh : Dr. Hj. Nur Uhbiyati, M.Pd
Disusun Oleh :
Kristanto
1400018025
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
WALISONGO
SEMARANG
2015
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Pendidikan Islam di
Indonesia sangat membantu mencerdasakan generasi bangsa.[1]
Karena Pendidikan Islam merupakan sarana untuk mendidik, memelihara,membina, dan mengembangkan
fitrah manusia serta sumber daya manusia agar manusia menjadi manusia yang
seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan ajaran Islam.[2]
Pendidikan Islam yang saat ini berkembang begitu pesatnya tidak bisa terlepas
dari dunia pesanteren. Karena pesantren merupakan sistem pendidikan tertua yang
khas di Negara Indonesia. Pendidikan pesantren yang awal mulanya hanyalah
mendalami Islam secara terbatas, akan
tetapi setelah memilki tempat menginap bagi para santri maka ilmu pengetahuan
yang dipelajari menjadi lebih luas dan tempat yang merupakan asrama untuk
mengaji tersebut disebut dengan
pesantren. [3]
Seiring berkembannya zaman, pesantren dijadikan tempat sebuah harapan yang
menjadikan santri memilki keilmuan luas, dam memilki akhlak yang baik. Akan tetapi problem-problem yang saat ini mulai hangat
adalah pada umumnya mayoritas pesantren hanya terpusat kepada materi ilmu-ilmu
agama (tradisional) seperti ilmu Al-Qur’an, tafsir, hadis, fikih, tauhid
(teologi), akhlak, tasawuf yang semua itu dalam bentuk teks berbahasa Arab.[4]
Memasuki era globalisasi
menjadi satu tantangan tersendiri bagi pengelola pendidikan Islam khususnya
dunia pesantren untuk menyesuaikan
kurikulum dan sarana pendidikan dengan berbagai teknologi canggih agar menghasilkan output yang mampu bersaing. Selain itu juga
dibutuhkan manajemen yang baik dan rapi. Pendidikan Islam yang harus mengikuti perkembangan zaman, maka pendidikan
Islam harus selalu berusaha untuk mewujudkan pembaruan melalui
pendidikan yang inovatif. Karena
pendidikan yang diselenggarakan oleh negara Indonesia harus terencana terarah,
dan berkesinambungan.[5]
Pendidikan
merupakan salah satu harapan besar bagi negeri ini agar bisa bangkit dari
keterpurukan dalam semua aspek kehidupan. Bangsa ini memerlukan kader-kader
muda yang memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi modern
dan berakhlak yang mulia.
Kelahiran pemuda ini tidak cukup hanya dinanti, ditunggu dan dibayangkan.
Tetapi harus direncanakan, diupayakan, dimunculkan, dan diperjuangkan dengan usaha maksimal, sistematis dan terstruktur.[6] Maka sangat
unik jika kita mengkaji lebih dalam dunia pesantrean yang menjadi sistem pendidikan yang tertua di
Indonesia yang sekarang masih tetap eksis dalam bidang pendidikan. Dan itu
layak untuk dikaji secara mendalam.
Pesantren yang dulunya hanya menekuni ilmu-ilmu agama, mampukah menghadapi
zaman yang serba modern dan canggih dengan dunia elektronik dan dgital yang
telah mendunia.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimanakah sejarah lahirnya
pesantren ?
2.
Bagaimana manajemen pesantren pesantrean
di era seperti saat ini ?
3.
Mampukah dunia pesantren dengan
manajemennya menghadapi perkebanan IPTEKS (ilmu pengetahuan teknoogi dan seni )
?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah
berdirinya pesantren di Indonesia
Berbicara dengan
pesantren sebenarnya sebenarnya membicarakan tentang mau dibawah ke mana arah
dan tujuan negara Indonesia pasca perang.[7]
Pesantren merupaka lembaga pendidikan di Indonesia pada
saat zaman Kolonial belanda ada tiga yaitu surau, pesantren dan dayah. Akan tetapi pendidikan pesantrenlah yang saat ini masih semerbak. Tiga
diantaranya yang saat ini masih eksis di kalangan masyarakat adalah sekolah, madrasah, dan pesantren.[8]Pesantren merupakan institusi pendidikan Islam yang
memberikan sumbangsih yang besar baigi negara. Kehadirannya dipandang
memilki akar paling tua. Orang yang pertama kali mendirikan pesantren
bisa dilacak secara jelas walaupun terjadi khilafiyah dalam sejarah.
Pendapat yang masyhur mengatakan bahwa orang yang pertama kali mendirikan
pesantren adalah Syaikh Maulana Malik Ibrahim yang dikenal dari Syaikh Maghribi
yang datang dari India sebagai pendiri pondok pesantren di Tanah Jawa.
sedangkan Sunan Ampel (Raden Rahmat) adalah pendiri pondok pesantren pertama di Surabaya, tetapi ada juga yang
mengatakan bahwa yang mendirikan pondok pesantren pertama adalah sunan Gunung
Jati di Cirebon ketika sedang berkhalwatkepada Allah SWT[9]
Ada yang
berpendapat bahwa dunia pesantren yang dikenal dengan pendidikan tertua di Indonesia lahir pada masa
walisongo pada abad ke 15-16 di tanah
Jawa.[10]
Walisongo merupakan ulama yang mampu menyampaikan ajaran-ajaran Islam dengan
bahasa masyarakat di Jawa dengan bahasa yang santun, lembut, dan mudah untuk
dipahami dan mudah diterima oleh masyarakat di Jawa pada saat itu. Keberadaan walisongo
di Jawa memang membawa perubahan yang luar biasa.[1]
Bahkan Dr. H.
Abdurrahman Mas’ud mengatakan walisongo mampu
memadukan antara aspek-aspek sekuler dengan spiritual. Selain itu walisongo
juga memiliki jiwa sufi yang luar biasa. Sehingga walisongo juga dikenal
sebagai orang yang mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit atas ijin Allah
tentunya. Jika kita analisis secara mendalam metode yang digunakan oleh walisongo
terkesan lamban akan tetapi pasti sesuai dengan pepatah jawa “alon-alon weton kelakon“. Keberadaan
walisongo tidak hanya dinikmati ketika masih hidup akan teptapi sampai
meninggalpun tetap dinikmati keberdaannya. Bisa kita lihat makamnya sampai
sekarang masih tetap dikunjungi dan tidak pernah sepi dari pengunjung.
Pesantren sudah dikenal sebagai tempat untuk
mencetak agar manusia bisa
hidup dalam ruang lingkup sosial
yang memilki budi pekerti yang luhur, tempat mencetak kader ulama’ dan da’i. [11]Pendidikan pesantren sebenarnya adalah tempat meluapkan ketidakpuasan
atas kebijakan pemerintah kolonial Belanda yang memberikan balas jasa berupa
pendidikan akan tetapi balas jasa yang diberikan jauh dari harapan hanya
golongan-golongan tertentu saja yang boleh mengenyam dunia pendidikan hal ini
bisa dari sebuah catatan antara tahun 1900 sampai 1928 anak-anak usia 6-8 tahun
yang sekolah hanya mencapai 1,3 juta jiwa. Padahal jumlah penduduk di pulau
Jawa saja hingga tahun 1930 mencapai 41,7 juta jiwa. Hal ini bisa kita lihat
persentasi warga pribumi yang mendapatkan pendidikan jauh dari harapan sehingga
banyak warga yang buta huruf.[12]
Hal
inilah yang sebenarnya membuat Para Ulama dan Kiai merasa prihatin dengan keadaan bangsa
Indonesia yang sangat tertekan dengan penjajahan dan konsep pendidikan Belanda.
Sehingga mengakibatkan kebekuan pemikiran keagamaan, dan rendahnya mutu
pendidikan.[13] Pendidikan Belanda memisahkan
antara pendidikan agama dan pendidikan umum. Lembaga –lembaga pendidikan pada
masa penjajahan Belanda terbagi menjadi dua jalur yaitu pendidikan pesantren
dan pendidikan sekolah.
Pendidikan pesantren pada masa dahulu
hanya mengajarkan ilmu
keagamaan saja, tidak mengajarkan ilmu umum. Metode yang digunakan dalam
pembelajaran adalah metode ceramah dan metode sorogan yaitu santri menyodorkan
kitabnya kemudian membaca dan menjelaskan. Metode sorogan adalah metode yang
dilakukan oleh santri bersama kiai dan santrinya, juga santri terhadap santri
yang lain. Santri diajak untuk memahami kandungan kitab secara perlahan-lahan
secara detail dengan mengikuti pikiran atau konsep-konsep yang termuat dalam
kitab kata-perkata.[14]Sistem pendidikan ini sudah
berlangsung sangat lama, dan merupakan satu-satunya sistem pendidikan yang ada
pada waktu itu.
Sedangkan pendidikan sekolahhanya mengajarkan
ilmu pengetahuan umum, tanpa memasukkan pendidikan Agama, metode dan sarana
prasarana yang digunakan cukup lengkap pada masa itu, akan tetapi masih terdapat
kekurangan yaitu nilai dari pendidikan. Ketiadaan pendidikan agama membuat
lemahnya pendidikan moral yang didalam pendidikan Islam disebut dengan akhlak.
Sistem pendidikan ini dijalankan oleh pemerintah Belanda.[15]Pada masa penjajahan Belanda umat Islam di Indonesia tertinggal dalam
bidang ekonomi,sektor–sektor atau perusahaan- perusahaan kaum muslim tertinggal
jauh,maka umat Islam berada dalam kemiskinan.Sistem pendidikan Islam pada masa
itu tidak mampu lagi untuk memenuhi tuntutan kemajuan zaman.[16] Maka sebenarnya
pesantren adalah wahana awal yang memberikan sumbangsih terahadap kecerdasan
putra bangsa.
B. Unsur-unsur dalam Dunia Pesantren
Pesantren merupakan hasil usaha mandiri Kiai yang
dibantu oleh santri dan masyarakat.[17]
pembangunan pesantren tidak bisa
berdiri sendiri harus memilki unsur-unsur yang ikut berperan di dalamnya.
Karena pembangunan pesantren tidak bias lepas dari kebutuhan masyarakat, adanya
sosok guru yang memilki keilmuan yang luas sehingga para santi yang belajar
akan mendapatkan ilmu yang luas pula. Jika seorang guru memiliki keluasan ilmu
maka orang yang jauh bahkan yang berasal
luar dari daerah akan rela untuk belajar di pesantren tersebut. Maka selayaknya
kita mengetahui unsur-unsur pokok dari sebuah pesantren sehingga kita bias
mengetahui secara mandalam.
1. Pondok
Pondok merupakan tempat
Kiai dan santri tinggal biasanya pada zaman dulu Kiai dan santri bekerja sama
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Hal ini tentunya berbeda dengan
tempat belajar yang lain. Akan tetapi seiring berjalannya waktu para santri
dikenakan biaya sewa atau iuran bersama untuk pemenuhan kebutuha yang ada dalam
pondok tersebut.[18]
2. Masjid
Masjid
dalm dunia pesntren digunakan sebagai pusat kegiatan dan ibadah. Bisanya
digunaka sebagai tempat untuk melaksanakan kegiatan shalat lima waktu secara berjama’ah,
digunakan sebagai tempat mengaji, latihan-latihan zikir, maupun sebagai tempat
‘itikaf.[19]
3. Kiai
Kiai
dalam sebuah pesantren merupakan tokoh
sentral, sosok pemimpin, bahkan ada yang memaknai sosok Kiai
adalah yang memiliki umur tua, sakral,
keramat, dan sakti. Kiai dipandang sebagai memiliki kharismatik oleh masyarakat
, dalam pertaanan pesantren pendapat yang diucapkan biasanya tidak boleh
digugat, memiliki pancaran dam kecakapan yang kuat. Seorang Kiai juga memiliki
potensi untuk menggerakan umat yang bersimpati dan mengikuti kehidupannya yang
mampu memimpin memberikan arahan di kehidupan masyarakat. [20]
Jika kita lihat dalam seorang Kiai memang memilki jiwa social yang luar biasa
dalam dirinya keikhlasan dalam mendidik santrinya menjadikan berkah tersendiri
bagi santrinya. Seorangn Kiai bahkan rela meninggalkan kehidupan dunia dan
lebih memilih untuk mendidik santrinya agar memiliki keilmuan yang luar biasa.
Ada pula yang memahami makna Kiai adalah orang yang memiliki figure sentral, karisma, otoritatif,
dan pusat seluruh kebijakan dan perubahan.[21]Gelar Kiai diberikan kepada sesorang yang memilki
kelimuan agama Islam yang luas selain itu biasanya juga diberikan kepada
seseorang yang memilki atau mengajar di pesantren. Materi yang dieberikan
biasanya adalah kajian Al-Qur’an dan kitab-kitab klasik.
Gelar
Kiai didapatkan tidak dengan mengenyam pendidikan formal seperti sarjana, akan
tetapi gelar Kiai diberikan oleh masyarakat secara non formal oleh masyarakat.
Kiai disebut orang yang alim benar-benar memahami ilmu yang sangat luas dan
mengamkannya. Sehingga kehadiran seorang kiai dijadikan sebagai teladan dalam
kehidupan masyarakat
4. Santri
Santriatau peserta didik adalah orang yang mencari ilmu dalam
pesntren. Santri juga dibagi menjadi dua
yaitu santri mukim dan santri kalong. Santri mukkim adalah
santri yang berasal dari daerah jauh dan menetap dalam pesantren. Sedangkan
santri kalong adalah santri yang tinggal di daerah tersebut tidak menetap dalam
pesantren, mereka hanya mengikuti kajian ilmu setelah itu mereka kembali ke
rumah mereka masing-masing.
5.
Kitab-kitab klasik
Kitab-kitab klasik merupakan unsur yang membedakan atgara
pesantren dengan lembaga pendiidkan yang lain. Kitab-kitab klasik merupakan
kitab yang dikarang oleh ulama terdahulu yang membahas tentang ilmu pengetahuan
agama Islam dengan berbahasa Arab yang dimulai dari materi yang paling rendah
menenengah dan materi yang tinggi kajiannya.
C. Tujuan Pendidikan pesantren
Tujuan
pendidikan dalam pesantren tidak semata-semata hanya berpusat kepada keilmuan
kognitif saja dengan memperkaya ilmu pemikiran dengan penjelasan-penjelasan.
Akan tetapi eksistensi dari tujuan pendidikan islam di pesantren adalah untuk
meninggikan moral, melatih dan mempertinggi semangat, menghargai nilai-nilai
spiritual, dan tentunya peduli kemanusia dalam bidang social. Moral dan sikap
disiapkan dalam kehidupan. Hati yang bersih dengan tidak memilki penyakit hati
yang ada pada dirinya. Bukan bertujuan untuk kekuasaan dan kekayaan materi di
dunia. Melainkan hanya sebagai bentuk manifest pengabdian kepada Allah SWT yang
dalam bentuk Ibadah.[22]
Tujuan
umum pesantren adalah membina warga Negara agar berkepribadian muslim sesuai
dengan ajaran-ajaran Islam dan menanamkan rasa keagamaan tersebut pada sema
aspek kehidupan sehingga berguna dalam pribadi, agama, sosial dan bernegara.
Akan tetapi sebenarnya pesantren memilki tujuan khusus antara lain :
1.
Mendidik siswa
untuk menjadi seorang muslim yang bertakwa kepada Allah SW, berakhlak, memilki
kecerdasan, keterampilan, sehat lahir dan batin sebagai warga Negara yang
berpancasila. Selain itu juga
sebagai kader ulama dan mubaligh yang berjiwa Ikhlas, tabah, tangguh
2.
Mendidik santri untuk memilki kepribadian yang baik dan
bisa bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa
dan negara
3.
Mendidik santri agara menjadi tenaga-tenaga yang cakap
khususnya dalam hal pembangunan mental.
Rumusan tujuan ini
adalah sering kandas karena tidak ditulis secara rinci,
bias dikatakan bahwa tujuan pesantren biasanya masih dalam bentuk asumsi (perkiraan)
akan tetapi tetap berjalan dengan baik. walaupun hasilnya tidak jauh atau
mendekati dari tujuan. Budaya yang terjadi dalam pesantren lebih condong
menjadi bagian listening-speaking society(masyarakat yang suka mendengar
dan berbicara) dari pada berupaya writing society (masyarakat yang gemar
membaca dan menulis) sebagai karakter masyarakat yang ingin maju.[23]
D.
Pembaruan
Manajemen Pondok Pesa ntren
Kehadiran Pondok pesantren merupakan produk budaya masyarakat yang secara tidak sadar
merupakan tempat untuk menyebarkan agama Islam sekaligus mencerdaskan generasi
bangsa. Pesantren merupakan lembaga
pendidikan Islam masyarakat Indonesia yang berdiri secara mandiri memberikan
pendidikan kepada golongan pribumi yang pada masa awal kemerdekaan dilarang
sulit untuk bersekolah,
bahkan dilarang. Seiring berkembangnya
zaman pondok pesantren menjadi tempat yang khas untuk melatih kemandirian ( الإعتماد على النفسي )sehingga
sekarang menjadi kultur pesantren
yang kental. Menurut Nur Kholis Majid
Kemandirian yang dibangun dalam dunia pesantren secara perlahan
menjadikan sumbangsih yang besar yaitu menyelamtkan pengangguran.[24]Hal
yang terpenting yang harus kita ketahui adalah pendidikan pesntren adalah menjadikan akhlak yang mulia.
Hal ini menjadi sebuah harapan bahwa out put yang dihasilkan dalam dunia
pesantren adalah manusia yang memiliki moral dan karakter yang baik. Sehingga
generasi ke depan yang memimpin negara Indonesia adalah orang –orang yang
memilki moral dan karakter yang baik.
Hal inilah yang diharapkan oleh masyarakat dan bangsa yaitu pemimpin yang
berkarakter, mandiri, dan berakhlak mulia.
Peran pesantren dalam dunia pendidikan tidak
diragukan lagi kehadirannya membawa perubahan dalam perkembangan sumber daya
manusia. Akan tetapi seiring dengan perkembangan imu pengetahuan dan teknologi
terdengar beberapa isu bahwa dunia poesntren dinilai tidak kurang mampu
memberikan pembelajara secara optimal. Potensi yang ada dalam dunia pesantren
tidak berjalan secara maksimal sehingga out put yang dihasilkan tidak sesuai dengan
harapan. Padahal dalam dunia pesntren memilki dua potensi yang sangat besar
yaitu potensi pendidikan dan potensi perkembangan masyarakat.[25]
Perkembangan pendidikan yang cakap dengan tekhnologi
pada saat ini harus diikuti sehingga pesantren tidak stagnan pada metode
pembelajarn yang tradisional. Khusus dalam bidang pendidikan pesantren yang
dipandang tertinggal dengan pendidikan yang menawarkan model pendidikan yang
memiliki kompetitif. Pesantren seharusnya mampu bersaing dan mampu melahirkan out
put santri yang memiliki kompetensi dalam penguasaan ilmu sekaligus
memiliki skill sehingga ketika hidup dalam dunia masyarakat memiliki
bekal untuk terjun dalam kehidupan sosial.[26]
Jika pesantren tetap berada tertinggal dilandasan tidak siap landas maka pesntran yang awalnya sebagai berfungsi
sebagai tempat agents of social change akan mengalami perubahan dan
tidak mampu mendukung proses transformasi social suatu bangsa. Maka pesantren
harus mampu bersaing dengan globalisasi, modernisasi dan tentunya tidak boleh menghilangkan
ciri khas pesantren yang sudah mendapatkan kepercayaan yang kuat dari
masyarakat.Pesantren dalam kehidupan bermasyarakat diharapkan dapat berperan
secara aktif memberikan sumbangsih dalam kehidupan social yang meliputi
kultural, edukatif, maupun dimendsi sosial.
Maka dari beberapa uraian penjelasan di atas pondok
pesantren dibagi menjadi dua bagian yaitu pondok pesantren salafi dan
pesantren khalafi. Pesantren salafi tetap mengajarkan pengajaran
kitab-kitab klasik sebagai inti pendidikannya. Penerapan sistem madrasah untuk
mempermudah sistem sorogan yang dipakai dalamlembaga-lembaga pengajian, tanpa
mengenalkan pengajaran pengetahuan umum. Sedangkan pesantren yang khalafi telah
memasuka pelajaran-pelajaran umum dalam madrasah-madrasah atau mendirikan
sekolah-sekolah umum dalam ruang lingkup pesantren. Ada juga pesantren yang
hanya memiliki asrama sedangkan satntrinya tetap sekolah atau kuliah
diperrguruan tinggi , pengasuh berfungsi untuk mengawasi dan membina mental
santrinya.
Jenis-jenis pesntren
memang memilki jenis sistem dan keimuan masing-masing misalnya ada yang
pesntren Al-Qur’an di Krapyak, pesntren ilmu alat (gramatika bahasa Arab) di
Lirboyo, pesantren ilmu fikih di Tebu Ireng kediri, pesntren ilmu bahasa asing
di Gontor. Bahkan ada juga yang mengkategorkan pesntren sesuai dengan
organisasi masyaraka Islam seperti pesantren NU, Pesantren Muhammadiyah,
pesntren PERSIS.Akan tetapi jenis pesantren yang bisa dilihat dari manajemennya
adalah pesntren didasarkan atas
kelembagaannya sebagai berikut :
1.
Pesntren yang menyelenggarakan pendidikan formal dengan
menerapkan kurikulum nasional baik yang hanya memiliki sekolah keagamaan maupun
yang memiliki sekolah umum.
2.
Pesantren yang menyelenggarakan keagmaan dalam bentuk
madrasah dan mengajarkan ilmu umum meski tidak menerapkan kurikulum nasioanal.
3.
Pesntren yang hanya mengajarkan ilmu agama dalam bentuk
madrasah diniyah.
4.
Pesantren yang hanya menjadi tempat pengajian.
Dari beberapa
jenis pesantren tentu saja manajemennya berbeda. Akan tetapi juga bisa
diketahui pesantren yang bagaimana yang bisa akan dimanajemen untuk menghadapi
IPTEKS. Yaitu pesntren yang tetap mempertahankan ciri khas pesantren akan
tetapi juga memilki lembaga pendidikan yang mengantarkan peserta didik untuk
memilki ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
E. Manajemen pesantren untuk menghadapi perkembangan
IPTEKS
Pesantren mengalami perubahan yang sangat banyak
pada tahun 2006. Hal ini disebabkan karena pemerintah Indonesia dalam
kementerian Agama menambah direktorat baru pada direktorat pendiidkan Islam
yaitu direktorat pendiidkan Diniyah dan Pondok Pesantren yang bertugas
mengkoordinir pengelolaan pendidikan Diniyah dan pondok pesantren di seluruh
Indonesia. Yang menjadikan pembaruan pesantren adalah Departemen Agama (DEPAG)
sekarang kementerian Agama (KEMENAG)
memperoleh dana anggaran pendidikan pada tahun 2007. Padahal sebelum
mendapatkan dana lembaga pendidikan yang dikelola oleh DEPAG sudah berjalan. Maka
dengan adanya anggaran tersebut akan memperlancar pertumbuhan pendidikan Islam
di pesantren. [28]
selain itu sebenarnya jika kita amati dunia pesanten sudah mendapatkan
kepercayaan dari masyarakat, pesntren sudah melewati perjalanan yang panjang
dalam dunia pendidikan, selain itu banyak para ilmuan yang besar terlahhir dari
dunia pesantren. Jadi sudah seharusnya jika orang yang besar tadi memberikan
sumbangsih terhadap kemajuan pendidikan di dunia pesantren.
Pendidikan yang bermutu memilki pengetahuan yang
luas kecakapan, skill yang berkompetitif
dan memiliki karakter dan budi pekerti yang luhur adalah sebuah harapan dari
dunia pendidikan pesantren. Hal inilah yang menjadikan problem-problem ini
harus diselesaikan oleh dunia pesantren
sehingga manejemen dunia pesantren harus diaur sedemikian rupa agar impian dan
harapan dapat terwujud maka harapan tersebut harus direncanakan dan dimanajemen
dengan rapi. Ciri dari manajemen
pesantren bercorak kultural adalah bentuk pendidikan pesantren yang bercorak
tradisionalisme yang memilki beberapa pola antara lain:
1. Adanya hubungan
akrab antara Kiai dan santri.
2. Tradisi ketundukan
dan kepatuhan seorang santri kepada Kiaie.
3. Pola hidup sederhana (zuhud)
4. Kemandirian atau
independedsi
5. Disiplin ketat
6. Berani menderita
untuk mencapai tujuan
7. Kehidupan dengan
tingkat religiulitas tinggi.
8. Kehidupan dengan
tingkat religiulitas.
Manajemen pondok pesantren yang dikembangkan saat
ini tentu tidak sama dengan model manajemen organisasi modern. Karena dunia
pesantren dituntut tetap mempertahankan nilai-nilai yang sebagai dasar
pengembangan oraganisasi di setiap perubahan zaman. Ada beberapa dimensi yang
harus tetap eksis dalama dunia pesantren diantaranya adalah intelektual,
emosioanal, sosial, dan spiritual dalam melaksanakan fungsi dan tugas menegakan
agama Islam.Pendidikan pesntren
harus melakukan rekontruksi pemahaman ajaran Islam selain itu juga harus mampu
memperpadukan antara akar tradisi tradisional dengan modernitas. Dalam
memperpadukan tidak boleh meninggalkan tradisi yang baik dan sudah mengakar.
Maka dalam hal ini kita teringat dengan al-muhafadzah
‘ala al-qodimi al-shalih wa al-akhadzu bil
al-jadidi al-ashlah. Jadi bisa kita simpulkan bahwa pesantren
diharapkan sebagai seguah harapan untuk mewujudkan masyarakat yang madani.[29]
Tantangan dunia
pesentrenan adalah profesionalisme manajemen pendidikan di tengah dahsyatnya
arus industrialisasi dan perkembangan tekhnologi modern. Tanggun jawab
pesantren sebagaiamana sejarah yang menjadi lembaga pendidikan juga menjadi
hubungan yang berhungan erat dengan masyarakat. Bahkan pesantren adalah agen
untuk membimbing masyarakat. Jadi pesantren harus berkontribusi terhadap
perubahan yang ada dalam masyarakat.[30]
Tetapi tidak semua pesantren bersedia untuk memperpadukan antra tradisionalisme
pesantren dongan modernitas. Ketika zaman sudah berkembang begitu dahsyatnya
ada pesantren yang lunak begittu juga sebaliknya ada pesantren yang tertutup
hal itu sudah hal yang biasa dalam sebuah kehidupan tentunya merke memilki
alasan-alasan tersendiri. Mereka yag tertutup karena mereka berpandangan bahwa
jika mengikuti arus modern takut akan terbawa arus sehingga ciri khas pesantren
pudar. Mereka yang terbuka tentu harus siap memanajamen agar semua bisa
tercapai dengan baik. Ada beberapa yang harus dilakukan dalam manajemen sebuah
pesantren antara lain sebagai berikut :
1. Perencanaan
Pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang bisa
menghasilkan SDM yang baik, dan cerdas.[31],
selain itu diharapkan juga memiliiki niali keunggulan komparatif. Maka dari itu
untuk mencapai keberhasila maka semua kegiatan harus direncanakan dengan baik.
Agar semua tujuan bisa tercapai.
Perencanaan atau planing merupakan sesuatu yang
harus djalankan dalam proses manajemen. Perencanaan bisa diartikan sebagai
langkah pertama dari keseluruhan kegiatan. Inti dari sebuah perancanaan adalah
upaya pendefinisian kemana sebuah lembaga pendidikan khususnya pesantren akan
menuju kepada suatu tujuan dan bisa sampai ke tujuan tersebut. Dalam sebuah
pesantren perencanan erat kaitannya dengan kebijakan-kebijakan pembuat
keputusan.[32]
2. Pengorganisasian
Untuk mencapai hasil yang baik
dalam sebuah pendidikan pesantren. Maka pesantren harus membuat struktur
organisasi kepengurusan untuk mencapai
tujuannya. Sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh pesantren itu sendiri. Hal
ini biasanya selalu berubah sesuai dengan perkembangan dan kemajuan pesantren
itu sendiri. [33]
hal ini bertujuan agar semua yang diharapkan oleh pengasuh bisa terwujud dengan
baik. Tentunya sesuai dengan keahlian yang dimiliki oleh setiap personalia.
Maka dari itu penyusunan personalia sesuai dengan bidang yang dimiliki
sangat;ah penting untuk disusun.
3. Penggerakan
Dalam
mencapai hasil dalam pesantern harus diketahui orang-orang yang bergerak dalam
dunia pesantren yang akan berusaha untuk mencapai tujuan pendidikan yang sduah
direnacanakan. Tokh yang bisa
mengerakan adalah seoang kia sebagai pemimpin karena figur kiai adalah seorang
pendidik, pembimbing dan pengayom umat.[34]
Maka kiailah sebenarnya sebagai penggerak agar kegiatan bisa berjalan dengan
baik seorang santri pasti akan patu dengan kiainya. Hal ini santri yang sudah
senior yang memiliki keilmuan yang luas bisa dimanfaatkan sebagai alat untuk
digerakkan agar tujuan pesantren tercapai
4. Pembentukan Struktur
Kurikulum Pesantren
Istilah kurikulum sudah terbiasa didengarkan dalam
lembaga pendidikan sekolaj, akan tetapi jika kurikulum dalam ruang lingkup
pesantren terdengar asing. Padhal jika
kita ketahui kurikulm dalam pendidikan pesntren itu hiden curiculum .
kiai adalah seorang pelaku kurikulum
yang selalu membuat rencana, dan dilaksnakan dan dievaluasi oleh kiai itu
sendiri. Kurikulum dalam pesantren meliputi kegiatan-kegiatan intra-kurikuler,
dam ektra-kurikuler yang biasanya dilaksanaka oleh santri dan kiai . begitu jug
dengan kegiatan kegiatan yang dilaksanak di pondok pesantren.[35]
Kurikulum pesantren biasanya adalah materi dasar keimanan seperti tauhid, nahwu
shorof, ilmu fikih, tafsir. Abdrur Rahman wahid menyampaiakan sPada awalnya
kurikulum pesantren dilaksanakan secara
fleksibal sesuai kehendak kiai dengan santrinya. Seiring berkembangnya zaman
muatan kurikulum pesantren ditambah antara lain Al-Qur’an, tajwid dan
tafsirnya. Ilmu kalam, fikih, ushul fikih, qawaidul fikih, hadits, mustholah
hadis bahsa Arab, bayan, ma’ani, badi’, ‘arudh, tarikh, mantiq, tasawuf, akhlak
dan falak.[36]
Pada tahun 1919 madrasah mulai mengalami perubahan
memasukan ilmu umum seperi bahaasa Indonesia Melayu, matematika dan ilmu bumi.
Pesntren Tebu Ireng adalah pesantren yang terkenal telah mempelopori pembaruan
tersebut.[37]
Kemudian pembaruan itu berlanjut dengan adanya sekolahdalam lingkungan
pesantren. Sehingga dengan demikian munculah nama pondok pesntren modern yang
kurikulum di dalamnya mengajarkan ilmum secara ekstra maupun intra. Seperti
Matematika, fisika, kimia, bahasa asing tekhnik pertanian, perkebunan,
perikanan dan sebagainya pelajaran semacam ini bisa dilihat di pondok
pesangtren Pabelan.[38]
KH. Hasyim Asy’ari sendiri juga mengawali dengan
mendirikan badan syirkat al-Inan limurabbathat al-tujar semacam koperasi pada tahun 1918 sebnarnya juga untuk
menjawab masalah sosial ekonomi masyarakat. Bahkan untuk saat ini ada beberapa
pesantren yang menjalin hubungan dengan memilki jaringan bisnis dala skala
internasional seperti kopontren mathl’ul Anwar mengekspor bambu ke Hongkong dan
Jepang. , tarbiyatul Islamiyah di
Cilendak Ciberum mampu mengekspor baju ke Panama.[39]
Dalam bidang kesenia pesantren juga mengembangkan seni
hanya saja seni yang dikembangkan tentunya adalah sei yang sudah terfilter
antara lain seni kaligrafi, seni baca Al-Qur’an, lagu-lagu qasidah, seni bela
diri yang dahulunya adalah bekal yang digunakan untuk melwan Belanda. Untuk
kegiatan olahraga juga dikembangkan antara lain bulu tangkis, tenis meja, juga
terdapat dipesantren tebu Ireng dan Gontor. Walaupun belum menunjukan prestasi
kendati demikian olahraga hanya sekedar hiburan dan pelebngkap kegiatan di
pesantren.[40]
Untuk memenuhi keberhasilan santri kurikulum dalam pesnatren juga harus
memenuhi 3 kriteria yaitu dengan membuat perencanaa, pelaksanaan dan evaluasi.
Sehingga hasil yang ingin dituju bisa diketahui .
Pelaksanaan
kegiatan pembelajaran juga harus disusun secara rapi sesuai dengan tenaga
pendidiknya Inovasi pendidikan pesntren juga harus dikembangkan agar suasana
dalam belajar tidak jenuh dan menjadi daya tarik yang baru bagi seorag sanhtri
5. Anggaran
Dana atau Pembiayaan pesantren
Salah satu bagian terpenting dalam manajemen pesantren
adalah berkaitan dengan pengelolaan keuangan. Lembaga pesantren dalam
pengelolaan keuangan sering menimbbulkan permasalahan yang serius apabila
pengelolaannya kurang baik.pengelolaan keuangan yang baik akan membawa kegiatan
juga berjalan dengan baik dan yang terpenting akan menjaga personil pengelola
pesantern seperti kiai, ustadz dan yang lainnya. Dalam pembelanjaan tentunya
juga harus dipilih secara selektif kebutuhan. Selain itu sumber pemasukan
seharusnya juga dipilah mana yang bersumber dari individu dan yang bersumber
dari pihak-pihak lain. Hal ini bertujuan agar kekurangan-kekurangan itu bisa
diketahui secara terbuka.[41]Pengelolaan keuangan bisa dikatakan pembukuan atau
pertanggung jawaban suatu lembaga terhadap penyandnag dana baik itu dari
individual maupun lembaga.yang ada prinsip-prinsip dalam manajemen keuanganpesantren
antara lain hemat, terarah dan terkendali, terbuka dan transparan, dan jika
memungkinkan menggunaka produk yang dibuat oleh negara sendiri.
Maka untuk pengelelolaan keuangn dalam dunia pesantren
harus merencanakan hal-hal sebagai berikut :
a.
Rencana sumber pendapatan dalam satu tahun.
b.
Rencana penggunaan selama satu tahun.
c.
Laporan keuangan setiap akhir tahun anggaran
d.
Laporan keuangan harus dilampiri bukti pengeluaran
seperti kwitransi
e.
Neraca keuangan . Selain itu harus juga memiliki beberapa
buku antara lain buku kas umum, buku uang muka, daftar potongan-poyongan,
daftra gaji, buku tabungan, buku iuran, dan buku catatan-catatan lain.
6. Pengawasan
Pesantren mepunyai aturan-aturan tentang kewajiban
seorang yang harus dipatuhi oleh seorang santri seperti melaksanakan sholat
fardhu secara berjama’ah, selain itu juga membuat program amalan-amalan sunah
seperti shalat malam, sholat dhuha dan lain sebagainya
termasuk kegiatan yang dilaksanakan dalam kegiatan minggguan seperti khitobah, maulid
barzanji, istighosah yang menjadi kegiatan rutindalam pesantren.[42]
Selain itu juga dijjelaskan bagi orang yang melanggar peraturan akan
mendapatkan sanksi yang jelas. Hal ini dapat menjadikan semua kegiatan yang ada
dalam dunia pesantren menjadi lebih rapi dan kondusif.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari beberapa
rumusan maslah dan penjelasan tadi dapat disimpulkan bahwa. :
1.
Pesantren pertama
kali didirikan oleh Syaikh Maulana Malik Ibrahim yang dikenal dari Syaikh
Maghribi yang datang dari India sebagai pendiri pondok pesantren di Tanah Jawa
kemudian dilanjutkan oleh walisongo dan kemudian menjadi ciri khas
pendidikan di Indonesia dan tetap eksis
sampai sekarang
2.
Manajemen Pesantrendi Indonesia sudah berjalan dengan
baik. Hanya saja ada pesnatren yang
membuka diri dan menutup dir dari perkembangan IPTEKS. Kurikulum yang berjalan
juga sudah memaskkan ilmu pngetahuan dan tekhnologi. Hanya saja dalam bagian
seni yang dikembangkan adalah seni yang sudah di filter oleh pesantren
3.
Jika dilihat dari manajemen yang sudah berjalan.
Pesantren harapan besar mampu untuk menghadapi perkembangan IPTEKS hanya saja
harus lapi dalam hal manajemen dari perencanaan, pelaskanaan dan evaluasi.
B.
Kritik dan saran
Demikian makalah yang membahas
tentang “Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren Dalam Menghadapi
Kemajuan Ipteks ” semoga kita bisa mengambil pelajaran pendidikan pesnatren sangat
membantu mencerdaskan kehidupan bangsa memiliki ci khas yang unik tentunya itu
harus dikembangkan sesuai dengan perkembangan zaman agar bisa menghafapai perkembangan
IPTEKS dengan tetap mempertahankan ciri khas
pesntren. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini jauh dari sempurna dan banyak kalimat-kalimat yang salah atau
mungkin tidak bisa dipahami. Untuk itu kritik dan saran selalu kami nantikan
guna kesempurnaan tugas selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anshory Ch HM. Nasrudin, Matahari
Pembaruan Rekam Jejak KH. Ahmad Dahlan, Jogjakarta : Bangkit Publisher, 2010
Anwar, Ali Dr. M.Ag. Pembaharuan Pendidikan di Pesantren Lirboyo Kediri.
Yogyakarta. Pustaka belajarar, 2011.
Baso,Ahmad Pesantren Studies 2a Buku II
Kosmopolitanisme peradaban kaum santri di masa kolonial. Jakarta :Pustaka Afid, 2013.
Haedari Amin dkk, Masa Depan Pesantren dalam tantangan Modernitas dan
tantangan Komplesitas Global. Jakarta : IRD Press, 2004.
Hasbullah, Dasar-dasar
Ilmu Pendidikan: (Umum & Agama Islam), Jakarta : PT RajaGrafindo Persada. 2005
Husni Rahim, Dr. Arah
Baru Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta : PT. Logos wacana Ilmu, 2001.
Jamal Ma’mur Asmani. Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif dan Inovatif,, Jogjakarta : Diva Press.2011
Kuntowijoyo, et.all, Intelektualisme
Muhammadiyah Menyongsong Era Baru, Bandung, Mizan Anggota IKAPI, 1995.
Mas’ud, Abdurrahman Dr. H. MA. Dkk, Dinamika
Pesantren dan Madrasah, Yogyakarta :
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang denga Pustaka Pelajar (Anggota IKAPI), 2002.
Masyhud Sulthon, Drs. H.M. M.Pd dkk
. Manajemen Pondok Pesantren, Diva
Jakarta : Pustaka, 2005
Munir,
Abdullah, CatatanCintaSeorang Guru.Yogyakarta:
Pedagogia, , 2010.
Qomar, Mujamil Prof. Dr. M.Ag. Pesantren
dari Transformasi Meotodologi
Menuju Demokratisasi Institusi.Jakarta. Penerbit Erlangga, 2002[1]
Ridho , Kholis dan Ahmad Sofyan. Panduan Integrasi
Kultur kepesantrenan ke dalam manajemen sekolah. Direkterat Pendidikan
diniyah dan pondok pesntren ditjen pendidikan Islam Kementerian Agama RI.
Jakarta
Ridho , Kholis dan Ahmad Sofyan. Panduan Integrasi
Kultur kepesantrenan ke dalam manajemen sekolah. Direkterat Pendidikan
diniyah dan pondok pesntren ditjen pendidikan Islam Kementerian Agama RI.
Jakarta.
Rukiati , Enung K, Dra. H Sejarah
Pendidikan Islam di Indonesia, Bandung :CV Pustaka Setia.2006
Sudrajat, Ajat et.all. Din al-Islam Pendidikan Islam di Perguruan Tinggi
Umum, Uny Press, Yogyakarta, 2008.
Sutrisno, Prof. Dr. M.Ag. Pembaharuan dan Pengembangan Pendidikan
Islam Membentuk Insan Kamil yang Sukses dan Berkualitas, Fadilatama,
Yogyakarta.
Umar, Bukhari Drs. M.Ag, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Amzah,2010.
Wahdi sayut dan Fauzan. Panduan Integrasi
Kultur kepesantrenan ke dalam mata pelajaran. Kerja sama direktorat
pendidikan dinyah dan pondok pesantren dengan ditjen pendidikan dasar dan uin
syarif Hidayatullah. Jakarta
[2] Ajat Sudrajat, et.all. Din al-Islam Pendidikan Islam di Perguruan
Tinggi Umum, Uny Press, Yogyakarta, 2008, hlm. 130
[3] Drs. H.M.
Sulthon Masyhud, M.Pd dkk . Manajemen
Pondok Pesantren, Diva PustakA, Jakarta, 2005, hlm. 1
[4] Prof. Dr.
Sutrisno, M.Ag. Pembaharuan dan Pengembangan Pendidikan Islam Membentuk Insan
Kamil yang Sukses dan Berkualitas, Fadilatama, Yogyakarta. 58
[6]Jamal Ma’mur Asmani. Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif dan Inovatif, 2011, Jogjakarta, Diva Press, hlm. 5
[7]Ahmad Baso, Pesantren Studies 2a Buku II Kosmopolitanisme peradaban
kaum santri di masa kolonial. Jakarta. Pustaka Afid, 2013, hlm.16
[8] Drs. H.M. Sulthon Masyhud, M.Pd dkk. op.cit.
hlm. 1
[9] Prof. Dr.
Mujamil Qomar, M.Ag. Pesantren dari TransformasiMeotodologi
Menuju Demokratisasi Institusi.Jakarta. Penerbit Erlangga, 2002. hlm. 8
[10] Dr. H.
Abdurrahman Mas’ud, MA. Dkk, Dinamika
Pesantren dan Madrasah, Yogyakarta, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang denga Pustaka Pelajar
(Anggota IKAPI), 2002, hlm. 3-4
[11] Dra. H Enung
K. Rukiati, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Bandung, CV Pustaka
Setia, 2006, hlm. 103
[13] Kuntowijoyo, et.all, Intelektualisme Muhammadiyah Menyongsong Era Baru,
Bandung, Mizan Anggota IKAPI, 1995, hlm. 7
[14] Dr. Husni Rahim, Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta,
PT. Logos wacana Ilmu, 2001, hlm 151
[15] HM. Nasrudin Anshory Ch, Matahari Pembaruan Rekam Jejak KH. Ahmad
Dahlan, Jogjakarta, Bangkit
Publisher, 2010, hlm. 82
[16] Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan: (Umum & Agama Islam),
Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2005, hlm. 270
[20] Dr. Ali Anwar,M.Ag. Pembaharuan Pendidikan di Pesantren Lirboyo Kediri.
Yogyakarta. Pustaka belajarar, 2011, hlm. 32
[22] Dr. H.
Abdurrahman Mas’ud, MA. Dkk.op.cit.hlm. 55
[23]Prof. Dr. Mujamil Qomar, op.cit. hlm. 7
[24]Kholis Ridho dan Ahmad Sofyan. Panduan Integrasi Kultur kepesantrenan ke
dalam manajemen sekolah. Direkterat Pendidikan diniyah dan pondok pesntren
ditjen pendidikan Islam Kementerian Agama RI. Jakarta. Hal. 7
[25] Drs. H.M.
Sulthon Masyhud, M.Pd dkk. Op.cit. hlm. 17
[28] Prof. Dr.
Sutrisno, M.Ag, op.cit. hlm.55
[30]Amin Haedari dkk, Masa Depan Pesantren dalam tantangan Modernitas dan
tantangan Komplesitas Global. Jakarta, IRD Press, 2004. Hlm. 76
[31]Wahdi sayut DAN Fauzan. Panduan Integrasi Kultur kepesantrenan ke dalam
mata pelajaran. Kerja sama direktorat pendidikan dinyah dan pondok
pesantren dengan ditjen pendidikan dasar dan uin syarif Hidayatullah. Jakarta
hlm. 11
[32]Kholis Ridho dan Ahmad Sofyan. Op,cit. Hlm.46
[34]Ibid. Hlm. 21
[37]Ibid. 132
[42]Kholis Ridho dan Ahmad Sofyan. Op.cit. hlm. 19
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan beri masukan komentar anda