Pengikut

Senin, 13 April 2015

MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN
DALAM MENGHADAPI KEMAJUAN IPTEKS
Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tagas Mata Kuliah Manajemen Pendidikan
Yang diampu Oleh  :  Dr. Hj. Nur Uhbiyati, M.Pd
Disusun Oleh :
Kristanto
1400018025

PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI  WALISONGO
SEMARANG
2015


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan Islam di Indonesia sangat membantu mencerdasakan generasi bangsa.[1] Karena Pendidikan Islam merupakan sarana untuk mendidik, memelihara,membina, dan mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya manusia agar manusia menjadi manusia yang seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan ajaran Islam.[2] Pendidikan Islam yang saat ini berkembang begitu pesatnya tidak bisa terlepas dari dunia pesanteren. Karena pesantren merupakan sistem pendidikan tertua yang khas di Negara Indonesia. Pendidikan pesantren yang awal mulanya hanyalah mendalami  Islam secara terbatas, akan tetapi setelah memilki tempat menginap bagi para santri maka ilmu pengetahuan yang dipelajari menjadi lebih luas dan  tempat yang merupakan asrama untuk mengaji  tersebut disebut dengan pesantren. [3]
Seiring berkembannya zaman, pesantren dijadikan tempat sebuah harapan yang menjadikan santri memilki keilmuan luas, dam memilki akhlak yang baik. Akan tetapi  problem-problem yang saat ini mulai hangat adalah pada umumnya mayoritas pesantren hanya terpusat kepada materi ilmu-ilmu agama (tradisional) seperti ilmu Al-Qur’an, tafsir, hadis, fikih, tauhid (teologi), akhlak, tasawuf yang semua itu dalam bentuk teks berbahasa Arab.[4]
Memasuki era globalisasi menjadi satu tantangan tersendiri bagi pengelola pendidikan Islam khususnya dunia pesantren untuk menyesuaikan kurikulum dan sarana pendidikan dengan berbagai teknologi canggih agar menghasilkan output yang mampu bersaing. Selain itu juga dibutuhkan manajemen yang baik dan rapi. Pendidikan Islam yang harus mengikuti perkembangan zaman, maka pendidikan Islam harus selalu berusaha untuk mewujudkan pembaruan  melalui  pendidikan yang inovatif.  Karena pendidikan yang diselenggarakan oleh negara Indonesia harus terencana terarah, dan berkesinambungan.[5]
Pendidikan merupakan salah satu harapan besar bagi negeri ini agar bisa bangkit dari keterpurukan dalam semua aspek kehidupan. Bangsa ini memerlukan kader-kader muda yang memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi modern dan berakhlak yang mulia. Kelahiran pemuda ini tidak cukup hanya dinanti, ditunggu dan dibayangkan. Tetapi harus direncanakan, diupayakan, dimunculkan, dan diperjuangkan dengan usaha maksimal, sistematis dan terstruktur.[6] Maka sangat unik jika kita mengkaji lebih dalam dunia pesantrean  yang menjadi sistem pendidikan yang tertua di Indonesia yang sekarang masih tetap eksis dalam bidang pendidikan. Dan itu layak  untuk dikaji secara mendalam. Pesantren yang dulunya hanya menekuni ilmu-ilmu agama, mampukah menghadapi zaman yang serba modern dan canggih dengan dunia elektronik dan dgital yang telah mendunia.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah sejarah lahirnya pesantren ?
2.      Bagaimana manajemen pesantren pesantrean di era seperti saat ini ?
3.      Mampukah dunia pesantren dengan manajemennya menghadapi perkebanan IPTEKS (ilmu pengetahuan teknoogi dan seni ) ?


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sejarah berdirinya  pesantren di Indonesia
Berbicara dengan pesantren sebenarnya sebenarnya membicarakan tentang mau dibawah ke mana arah dan tujuan negara Indonesia pasca perang.[7] Pesantren merupaka lembaga pendidikan di Indonesia pada saat zaman Kolonial belanda ada tiga yaitu surau, pesantren  dan dayah. Akan tetapi pendidikan pesantrenlah  yang saat ini masih semerbak. Tiga diantaranya yang saat ini masih eksis di kalangan masyarakat adalah  sekolah, madrasah, dan pesantren.[8]Pesantren merupakan institusi pendidikan Islam yang memberikan sumbangsih yang besar baigi negara. Kehadirannya  dipandang  memilki akar paling tua. Orang yang pertama kali mendirikan pesantren bisa dilacak secara jelas walaupun terjadi khilafiyah dalam sejarah. Pendapat yang masyhur mengatakan bahwa orang yang pertama kali mendirikan pesantren adalah Syaikh Maulana Malik Ibrahim yang dikenal dari Syaikh Maghribi yang datang dari India sebagai pendiri pondok pesantren di Tanah Jawa. sedangkan Sunan Ampel (Raden Rahmat) adalah pendiri pondok pesantren  pertama di Surabaya, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa yang mendirikan pondok pesantren pertama adalah sunan Gunung Jati di Cirebon ketika sedang berkhalwatkepada Allah SWT[9]
Ada yang berpendapat bahwa dunia pesantren yang dikenal dengan  pendidikan tertua di Indonesia lahir pada masa walisongo pada abad ke 15-16 di tanah Jawa.[10] Walisongo merupakan ulama yang mampu menyampaikan ajaran-ajaran Islam dengan bahasa masyarakat di Jawa dengan bahasa yang santun, lembut, dan mudah untuk dipahami dan mudah diterima oleh masyarakat di Jawa pada saat itu. Keberadaan walisongo di Jawa memang membawa perubahan yang luar biasa.[1] Bahkan Dr. H. Abdurrahman Mas’ud mengatakan walisongo mampu memadukan antara aspek-aspek sekuler dengan spiritual. Selain itu walisongo juga memiliki jiwa sufi yang luar biasa. Sehingga walisongo juga dikenal sebagai orang yang mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit atas ijin Allah tentunya. Jika kita analisis secara mendalam metode yang digunakan oleh walisongo terkesan lamban akan tetapi pasti sesuai dengan pepatah jawa “alon-alon weton kelakon“. Keberadaan walisongo tidak hanya dinikmati ketika masih hidup akan teptapi sampai meninggalpun tetap dinikmati keberdaannya. Bisa kita lihat makamnya sampai sekarang masih tetap dikunjungi dan tidak pernah sepi dari pengunjung.
Pesantren sudah dikenal sebagai tempat untuk mencetak agar manusia bisa hidup dalam ruang lingkup sosial yang memilki budi pekerti yang luhur, tempat mencetak kader ulama’ dan da’i. [11]Pendidikan pesantren sebenarnya adalah tempat meluapkan ketidakpuasan atas kebijakan pemerintah kolonial Belanda yang memberikan balas jasa berupa pendidikan akan tetapi balas jasa yang diberikan jauh dari harapan hanya golongan-golongan tertentu saja yang boleh mengenyam dunia pendidikan hal ini bisa dari sebuah catatan antara tahun 1900 sampai 1928 anak-anak usia 6-8 tahun yang sekolah hanya mencapai 1,3 juta jiwa. Padahal jumlah penduduk di pulau Jawa saja hingga tahun 1930 mencapai 41,7 juta jiwa. Hal ini bisa kita lihat persentasi warga pribumi yang mendapatkan pendidikan jauh dari harapan sehingga banyak warga yang buta huruf.[12]
Hal inilah yang sebenarnya membuat Para Ulama dan Kiai merasa  prihatin dengan keadaan bangsa Indonesia yang sangat tertekan dengan penjajahan dan konsep pendidikan Belanda. Sehingga mengakibatkan kebekuan pemikiran keagamaan, dan rendahnya mutu pendidikan.[13] Pendidikan Belanda  memisahkan antara pendidikan agama dan pendidikan umum. Lembaga –lembaga pendidikan pada masa penjajahan Belanda terbagi menjadi dua jalur yaitu pendidikan pesantren dan pendidikan sekolah.    
Pendidikan pesantren pada masa dahulu hanya  mengajarkan ilmu keagamaan saja, tidak mengajarkan ilmu umum. Metode yang digunakan dalam pembelajaran adalah metode ceramah dan metode sorogan yaitu santri menyodorkan kitabnya kemudian membaca dan menjelaskan. Metode sorogan adalah metode yang dilakukan oleh santri bersama kiai dan santrinya, juga santri terhadap santri yang lain. Santri diajak untuk memahami kandungan kitab secara perlahan-lahan secara detail dengan mengikuti pikiran atau konsep-konsep yang termuat dalam kitab kata-perkata.[14]Sistem pendidikan ini  sudah berlangsung sangat lama, dan merupakan satu-satunya sistem pendidikan yang ada pada waktu itu.
Sedangkan pendidikan sekolahhanya mengajarkan ilmu pengetahuan umum, tanpa memasukkan pendidikan Agama, metode dan sarana prasarana yang digunakan cukup lengkap pada masa itu, akan tetapi masih terdapat kekurangan yaitu nilai dari pendidikan. Ketiadaan pendidikan agama membuat lemahnya pendidikan moral yang didalam pendidikan Islam disebut dengan akhlak. Sistem pendidikan ini dijalankan oleh pemerintah Belanda.[15]Pada masa penjajahan Belanda umat Islam di Indonesia tertinggal dalam bidang ekonomi,sektor–sektor atau perusahaan- perusahaan kaum muslim tertinggal jauh,maka umat Islam berada dalam kemiskinan.Sistem pendidikan Islam pada masa itu tidak mampu lagi untuk memenuhi tuntutan kemajuan zaman.[16] Maka sebenarnya pesantren adalah wahana awal yang memberikan sumbangsih terahadap kecerdasan putra bangsa.

B.     Unsur-unsur dalam Dunia Pesantren
Pesantren merupakan hasil usaha mandiri Kiai yang dibantu oleh santri dan masyarakat.[17] pembangunan pesantren tidak bisa berdiri sendiri harus memilki unsur-unsur yang ikut berperan di dalamnya. Karena pembangunan pesantren tidak bias lepas dari kebutuhan masyarakat, adanya sosok guru yang memilki keilmuan yang luas sehingga para santi yang belajar akan mendapatkan ilmu yang luas pula. Jika seorang guru memiliki keluasan ilmu maka orang yang jauh  bahkan yang berasal luar dari daerah akan rela untuk belajar di pesantren tersebut. Maka selayaknya kita mengetahui unsur-unsur pokok dari sebuah pesantren sehingga kita bias mengetahui secara mandalam.
1.      Pondok
Pondok merupakan tempat Kiai dan santri tinggal biasanya pada zaman dulu Kiai dan santri bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Hal ini tentunya berbeda dengan tempat belajar yang lain. Akan tetapi seiring berjalannya waktu para santri dikenakan biaya sewa atau iuran bersama untuk pemenuhan kebutuha yang ada dalam pondok tersebut.[18]
2.      Masjid
Masjid dalm dunia pesntren digunakan sebagai pusat kegiatan dan ibadah. Bisanya digunaka sebagai tempat untuk melaksanakan kegiatan shalat lima waktu secara berjama’ah, digunakan sebagai tempat mengaji, latihan-latihan zikir, maupun sebagai tempat ‘itikaf.[19]


3.      Kiai
Kiai dalam sebuah pesantren merupakan tokoh sentral, sosok pemimpin, bahkan ada yang memaknai sosok Kiai adalah   yang memiliki umur tua, sakral, keramat, dan sakti. Kiai dipandang sebagai memiliki kharismatik oleh masyarakat , dalam pertaanan pesantren pendapat yang diucapkan biasanya tidak boleh digugat, memiliki pancaran dam kecakapan yang kuat. Seorang Kiai juga memiliki potensi untuk menggerakan umat yang bersimpati dan mengikuti kehidupannya yang mampu memimpin memberikan arahan di kehidupan masyarakat. [20] Jika kita lihat dalam seorang Kiai memang memilki jiwa social yang luar biasa dalam dirinya keikhlasan dalam mendidik santrinya menjadikan berkah tersendiri bagi santrinya. Seorangn Kiai bahkan rela meninggalkan kehidupan dunia dan lebih memilih untuk mendidik santrinya agar memiliki keilmuan yang luar biasa. Ada pula yang memahami makna Kiai adalah orang yang  memiliki figure sentral, karisma, otoritatif, dan pusat seluruh kebijakan dan perubahan.[21]Gelar Kiai diberikan kepada sesorang yang memilki kelimuan agama Islam yang luas selain itu biasanya juga diberikan kepada seseorang yang memilki atau mengajar di pesantren. Materi yang dieberikan biasanya adalah kajian Al-Qur’an dan kitab-kitab klasik.
Gelar Kiai didapatkan tidak dengan mengenyam pendidikan formal seperti sarjana, akan tetapi gelar Kiai diberikan oleh masyarakat secara non formal oleh masyarakat. Kiai disebut orang yang alim benar-benar memahami ilmu yang sangat luas dan mengamkannya. Sehingga kehadiran seorang kiai dijadikan sebagai teladan dalam kehidupan masyarakat
4.      Santri
Santriatau peserta didik adalah orang yang mencari ilmu dalam pesntren. Santri juga dibagi menjadi dua  yaitu santri mukim dan santri kalong. Santri mukkim adalah santri yang berasal dari daerah jauh dan menetap dalam pesantren. Sedangkan santri kalong adalah santri yang tinggal di daerah tersebut tidak menetap dalam pesantren, mereka hanya mengikuti kajian ilmu setelah itu mereka kembali ke rumah mereka masing-masing.
5.      Kitab-kitab klasik
      Kitab-kitab klasik merupakan unsur yang membedakan atgara pesantren dengan lembaga pendiidkan yang lain. Kitab-kitab klasik merupakan kitab yang dikarang oleh ulama terdahulu yang membahas tentang ilmu pengetahuan agama Islam dengan berbahasa Arab yang dimulai dari materi yang paling rendah menenengah dan materi yang tinggi kajiannya.

C.    Tujuan Pendidikan pesantren
Tujuan pendidikan dalam pesantren tidak semata-semata hanya berpusat kepada keilmuan kognitif saja dengan memperkaya ilmu pemikiran dengan penjelasan-penjelasan. Akan tetapi eksistensi dari tujuan pendidikan islam di pesantren adalah untuk meninggikan moral, melatih dan mempertinggi semangat, menghargai nilai-nilai spiritual, dan tentunya peduli kemanusia dalam bidang social. Moral dan sikap disiapkan dalam kehidupan. Hati yang bersih dengan tidak memilki penyakit hati yang ada pada dirinya. Bukan bertujuan untuk kekuasaan dan kekayaan materi di dunia. Melainkan hanya sebagai bentuk manifest pengabdian kepada Allah SWT yang dalam bentuk Ibadah.[22]
Tujuan umum pesantren adalah membina warga Negara agar berkepribadian muslim sesuai dengan ajaran-ajaran Islam dan menanamkan rasa keagamaan tersebut pada sema aspek kehidupan sehingga berguna dalam pribadi, agama, sosial dan bernegara. Akan tetapi sebenarnya pesantren memilki tujuan khusus antara lain :
1.      Mendidik siswa untuk menjadi seorang muslim yang bertakwa kepada Allah SW, berakhlak, memilki kecerdasan, keterampilan, sehat lahir dan batin sebagai warga Negara yang berpancasila. Selain itu juga sebagai kader ulama dan mubaligh yang berjiwa Ikhlas, tabah, tangguh
2.      Mendidik santri untuk memilki kepribadian yang baik dan bisa bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara
3.      Mendidik santri agara menjadi tenaga-tenaga yang cakap khususnya dalam hal pembangunan mental.
Rumusan tujuan ini adalah sering kandas karena tidak ditulis secara rinci, bias dikatakan bahwa tujuan pesantren biasanya masih dalam bentuk asumsi (perkiraan) akan tetapi tetap berjalan dengan baik.  walaupun hasilnya tidak jauh atau mendekati dari tujuan. Budaya yang terjadi dalam pesantren lebih condong menjadi bagian listening-speaking society(masyarakat yang suka mendengar dan berbicara) dari pada berupaya writing society (masyarakat yang gemar membaca dan menulis) sebagai karakter masyarakat yang ingin maju.[23]

D.    Pembaruan Manajemen Pondok  Pesa ntren
Kehadiran Pondok pesantren merupakan produk  budaya masyarakat yang secara tidak sadar merupakan tempat untuk menyebarkan agama Islam sekaligus mencerdaskan generasi bangsa.  Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam masyarakat Indonesia yang berdiri secara mandiri memberikan pendidikan kepada golongan pribumi yang pada masa awal kemerdekaan dilarang sulit untuk bersekolah, bahkan dilarang.  Seiring berkembangnya zaman pondok pesantren menjadi tempat yang khas untuk melatih kemandirian ( الإعتماد على النفسي )sehingga sekarang menjadi kultur pesantren yang kental. Menurut Nur Kholis Majid   Kemandirian yang dibangun dalam dunia pesantren secara perlahan menjadikan sumbangsih yang besar yaitu menyelamtkan pengangguran.[24]Hal yang terpenting yang harus kita ketahui adalah pendidikan  pesntren adalah menjadikan akhlak yang mulia. Hal ini menjadi sebuah harapan bahwa out put yang dihasilkan dalam dunia pesantren adalah manusia yang memiliki moral dan karakter yang baik. Sehingga generasi ke depan yang memimpin negara Indonesia adalah orang –orang yang memilki moral dan karakter  yang baik. Hal inilah yang diharapkan oleh masyarakat dan bangsa yaitu pemimpin yang berkarakter, mandiri, dan berakhlak mulia. 
Peran pesantren dalam dunia pendidikan tidak diragukan lagi kehadirannya membawa perubahan dalam perkembangan sumber daya manusia. Akan tetapi seiring dengan perkembangan imu pengetahuan dan teknologi terdengar beberapa isu bahwa dunia poesntren dinilai tidak kurang mampu memberikan pembelajara secara optimal. Potensi yang ada dalam dunia pesantren tidak berjalan secara maksimal sehingga out put yang dihasilkan tidak sesuai dengan harapan. Padahal dalam dunia pesntren memilki dua potensi yang sangat besar yaitu potensi pendidikan dan potensi perkembangan masyarakat.[25]
Perkembangan pendidikan yang cakap dengan tekhnologi pada saat ini harus diikuti sehingga pesantren tidak stagnan pada metode pembelajarn yang tradisional. Khusus dalam bidang pendidikan pesantren yang dipandang tertinggal dengan pendidikan yang menawarkan model pendidikan yang memiliki kompetitif. Pesantren seharusnya mampu bersaing dan mampu melahirkan out put santri yang memiliki kompetensi dalam penguasaan ilmu sekaligus memiliki skill sehingga ketika hidup dalam dunia masyarakat memiliki bekal untuk terjun dalam kehidupan sosial.[26] Jika pesantren tetap berada tertinggal dilandasan tidak siap landas maka  pesntran yang awalnya sebagai berfungsi sebagai tempat agents of social change akan mengalami perubahan dan tidak mampu mendukung proses transformasi social suatu bangsa. Maka pesantren harus mampu bersaing dengan globalisasi, modernisasi dan tentunya tidak boleh menghilangkan ciri khas pesantren yang sudah mendapatkan kepercayaan yang kuat dari masyarakat.Pesantren dalam kehidupan bermasyarakat diharapkan dapat berperan secara aktif memberikan sumbangsih dalam kehidupan social yang meliputi kultural, edukatif, maupun dimendsi sosial.
Maka dari beberapa uraian penjelasan di atas pondok pesantren dibagi menjadi dua bagian yaitu pondok pesantren salafi dan pesantren khalafi. Pesantren salafi tetap mengajarkan pengajaran kitab-kitab klasik sebagai inti pendidikannya. Penerapan sistem madrasah untuk mempermudah sistem sorogan yang dipakai dalamlembaga-lembaga pengajian, tanpa mengenalkan pengajaran pengetahuan umum. Sedangkan pesantren yang khalafi telah memasuka pelajaran-pelajaran umum dalam madrasah-madrasah atau mendirikan sekolah-sekolah umum dalam ruang lingkup pesantren. Ada juga pesantren yang hanya memiliki asrama sedangkan satntrinya tetap sekolah atau kuliah diperrguruan tinggi , pengasuh berfungsi untuk mengawasi dan membina mental santrinya.
Jenis-jenis pesntren memang memilki jenis sistem dan keimuan masing-masing misalnya ada yang pesntren Al-Qur’an di Krapyak, pesntren ilmu alat (gramatika bahasa Arab) di Lirboyo, pesantren ilmu fikih di Tebu Ireng kediri, pesntren ilmu bahasa asing di Gontor. Bahkan ada juga yang mengkategorkan pesntren sesuai dengan organisasi masyaraka Islam seperti pesantren NU, Pesantren Muhammadiyah, pesntren PERSIS.Akan tetapi jenis pesantren yang bisa dilihat dari manajemennya adalah  pesntren didasarkan atas kelembagaannya sebagai berikut :
1.      Pesntren yang menyelenggarakan pendidikan formal dengan menerapkan kurikulum nasional baik yang hanya memiliki sekolah keagamaan maupun yang memiliki sekolah umum.
2.      Pesantren yang menyelenggarakan keagmaan dalam bentuk madrasah dan mengajarkan ilmu umum meski tidak menerapkan kurikulum nasioanal.
3.      Pesntren yang hanya mengajarkan ilmu agama dalam bentuk madrasah diniyah.
4.      Pesantren yang hanya menjadi tempat pengajian.
5.      Pesantren untuk asrama anak-anak belajar sekolah umum dan mahasiswa.[27]
Dari beberapa jenis pesantren tentu saja manajemennya berbeda. Akan tetapi juga bisa diketahui pesantren yang bagaimana yang bisa akan dimanajemen untuk menghadapi IPTEKS. Yaitu pesntren yang tetap mempertahankan ciri khas pesantren akan tetapi juga memilki lembaga pendidikan yang mengantarkan peserta didik untuk memilki ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
E.     Manajemen pesantren untuk menghadapi perkembangan IPTEKS
Pesantren mengalami perubahan yang sangat banyak pada tahun 2006. Hal ini disebabkan karena pemerintah Indonesia dalam kementerian Agama menambah direktorat baru pada direktorat pendiidkan Islam yaitu direktorat pendiidkan Diniyah dan Pondok Pesantren yang bertugas mengkoordinir pengelolaan pendidikan Diniyah dan pondok pesantren di seluruh Indonesia. Yang menjadikan pembaruan pesantren adalah Departemen Agama (DEPAG) sekarang kementerian Agama (KEMENAG)  memperoleh dana anggaran pendidikan pada tahun 2007. Padahal sebelum mendapatkan dana lembaga  pendidikan  yang dikelola oleh DEPAG sudah berjalan. Maka dengan adanya anggaran tersebut akan memperlancar pertumbuhan pendidikan Islam di pesantren. [28] selain itu sebenarnya jika kita amati dunia pesanten sudah mendapatkan kepercayaan dari masyarakat, pesntren sudah melewati perjalanan yang panjang dalam dunia pendidikan, selain itu banyak para ilmuan yang besar terlahhir dari dunia pesantren. Jadi sudah seharusnya jika orang yang besar tadi memberikan sumbangsih terhadap kemajuan pendidikan di dunia pesantren.
Pendidikan yang bermutu memilki pengetahuan yang luas  kecakapan, skill yang berkompetitif dan memiliki karakter dan budi pekerti yang luhur adalah sebuah harapan dari dunia pendidikan pesantren. Hal inilah yang menjadikan problem-problem ini harus diselesaikan oleh dunia pesantren sehingga manejemen dunia pesantren harus diaur sedemikian rupa agar impian dan harapan dapat terwujud maka harapan tersebut harus direncanakan dan dimanajemen dengan rapi. Ciri dari manajemen pesantren bercorak kultural adalah bentuk pendidikan pesantren yang bercorak tradisionalisme yang memilki beberapa pola antara lain:
1.      Adanya hubungan akrab antara Kiai dan santri.
2.      Tradisi ketundukan dan kepatuhan seorang santri kepada Kiaie.
3.       Pola hidup sederhana (zuhud)
4.      Kemandirian atau independedsi
5.      Disiplin ketat
6.      Berani menderita untuk mencapai tujuan
7.      Kehidupan dengan tingkat religiulitas tinggi.
8.      Kehidupan dengan tingkat religiulitas.
Manajemen pondok pesantren yang dikembangkan saat ini tentu tidak sama dengan model manajemen organisasi modern. Karena dunia pesantren dituntut tetap mempertahankan nilai-nilai yang sebagai dasar pengembangan oraganisasi di setiap perubahan zaman. Ada beberapa dimensi yang harus tetap eksis dalama dunia pesantren diantaranya adalah intelektual, emosioanal, sosial, dan spiritual dalam melaksanakan fungsi dan tugas menegakan agama Islam.Pendidikan pesntren harus melakukan rekontruksi pemahaman ajaran Islam selain itu juga harus mampu memperpadukan antara akar tradisi tradisional dengan modernitas. Dalam memperpadukan tidak boleh meninggalkan tradisi yang baik dan sudah mengakar. Maka dalam hal ini kita teringat dengan  al-muhafadzah ‘ala al-qodimi al-shalih wa al-akhadzu bil  al-jadidi al-ashlah. Jadi bisa kita simpulkan bahwa pesantren diharapkan sebagai seguah harapan untuk mewujudkan masyarakat yang madani.[29]
Tantangan dunia pesentrenan adalah profesionalisme manajemen pendidikan di tengah dahsyatnya arus industrialisasi dan perkembangan tekhnologi modern. Tanggun jawab pesantren sebagaiamana sejarah yang menjadi lembaga pendidikan juga menjadi hubungan yang berhungan erat dengan masyarakat. Bahkan pesantren adalah agen untuk membimbing masyarakat. Jadi pesantren harus berkontribusi terhadap perubahan yang ada dalam masyarakat.[30] Tetapi tidak semua pesantren bersedia untuk memperpadukan antra tradisionalisme pesantren dongan modernitas. Ketika zaman sudah berkembang begitu dahsyatnya ada pesantren yang lunak begittu juga sebaliknya ada pesantren yang tertutup hal itu sudah hal yang biasa dalam sebuah kehidupan tentunya merke memilki alasan-alasan tersendiri. Mereka yag tertutup karena mereka berpandangan bahwa jika mengikuti arus modern takut akan terbawa arus sehingga ciri khas pesantren pudar. Mereka yang terbuka tentu harus siap memanajamen agar semua bisa tercapai dengan baik. Ada beberapa yang harus dilakukan dalam manajemen sebuah pesantren antara lain sebagai berikut :
1.      Perencanaan
Pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang bisa menghasilkan SDM yang baik, dan  cerdas.[31], selain itu diharapkan juga memiliiki niali keunggulan komparatif. Maka dari itu untuk mencapai keberhasila maka semua kegiatan harus direncanakan dengan baik. Agar semua tujuan bisa tercapai.
Perencanaan atau planing merupakan sesuatu yang harus djalankan dalam proses manajemen. Perencanaan bisa diartikan sebagai langkah pertama dari keseluruhan kegiatan. Inti dari sebuah perancanaan adalah upaya pendefinisian kemana sebuah lembaga pendidikan khususnya pesantren akan menuju kepada suatu tujuan dan bisa sampai ke tujuan tersebut. Dalam sebuah pesantren perencanan erat kaitannya dengan kebijakan-kebijakan pembuat keputusan.[32]
2.      Pengorganisasian
Untuk mencapai hasil yang baik dalam sebuah pendidikan pesantren. Maka pesantren harus membuat struktur organisasi kepengurusan  untuk mencapai tujuannya. Sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh pesantren itu sendiri. Hal ini biasanya selalu berubah sesuai dengan perkembangan dan kemajuan pesantren itu sendiri. [33] hal ini bertujuan agar semua yang diharapkan oleh pengasuh bisa terwujud dengan baik. Tentunya sesuai dengan keahlian yang dimiliki oleh setiap personalia. Maka dari itu penyusunan personalia sesuai dengan bidang yang dimiliki sangat;ah penting untuk disusun.
3.      Penggerakan
Dalam mencapai hasil dalam pesantern harus diketahui orang-orang yang bergerak dalam dunia pesantren yang akan berusaha untuk mencapai tujuan pendidikan yang sduah direnacanakan. Tokh yang bisa mengerakan adalah seoang kia sebagai pemimpin karena figur kiai adalah seorang pendidik, pembimbing dan pengayom umat.[34] Maka kiailah sebenarnya sebagai penggerak agar kegiatan bisa berjalan dengan baik seorang santri pasti akan patu dengan kiainya. Hal ini santri yang sudah senior yang memiliki keilmuan yang luas bisa dimanfaatkan sebagai alat untuk digerakkan agar tujuan pesantren tercapai
4.      Pembentukan Struktur Kurikulum Pesantren
Istilah kurikulum sudah terbiasa didengarkan dalam lembaga pendidikan sekolaj, akan tetapi jika kurikulum dalam ruang lingkup pesantren terdengar asing.  Padhal jika kita ketahui kurikulm dalam pendidikan pesntren itu hiden curiculum . kiai adalah seorang  pelaku kurikulum yang selalu membuat rencana, dan dilaksnakan dan dievaluasi oleh kiai itu sendiri. Kurikulum dalam pesantren meliputi kegiatan-kegiatan intra-kurikuler, dam ektra-kurikuler yang biasanya dilaksanaka oleh santri dan kiai . begitu jug dengan kegiatan kegiatan yang dilaksanak di pondok pesantren.[35] Kurikulum pesantren biasanya adalah materi dasar keimanan seperti tauhid, nahwu shorof, ilmu fikih, tafsir. Abdrur Rahman wahid menyampaiakan sPada awalnya kurikulum  pesantren dilaksanakan secara fleksibal sesuai kehendak kiai dengan santrinya. Seiring berkembangnya zaman muatan kurikulum pesantren ditambah antara lain Al-Qur’an, tajwid dan tafsirnya. Ilmu kalam, fikih, ushul fikih, qawaidul fikih, hadits, mustholah hadis bahsa Arab, bayan, ma’ani, badi’, ‘arudh, tarikh, mantiq, tasawuf, akhlak dan falak.[36]
Pada tahun 1919 madrasah mulai mengalami perubahan memasukan ilmu umum seperi bahaasa Indonesia Melayu, matematika dan ilmu bumi. Pesntren Tebu Ireng adalah pesantren yang terkenal telah mempelopori pembaruan tersebut.[37] Kemudian pembaruan itu berlanjut dengan adanya sekolahdalam lingkungan pesantren. Sehingga dengan demikian munculah nama pondok pesntren modern yang kurikulum di dalamnya mengajarkan ilmum secara ekstra maupun intra. Seperti Matematika, fisika, kimia, bahasa asing tekhnik pertanian, perkebunan, perikanan dan sebagainya pelajaran semacam ini bisa dilihat di pondok pesangtren Pabelan.[38]
KH. Hasyim Asy’ari sendiri juga mengawali dengan mendirikan badan syirkat al-Inan limurabbathat al-tujar semacam  koperasi pada tahun 1918 sebnarnya juga untuk menjawab masalah sosial ekonomi masyarakat. Bahkan untuk saat ini ada beberapa pesantren yang menjalin hubungan dengan memilki jaringan bisnis dala skala internasional seperti kopontren mathl’ul Anwar mengekspor bambu ke Hongkong dan Jepang. , tarbiyatul Islamiyah  di Cilendak Ciberum mampu mengekspor baju ke Panama.[39]
Dalam bidang kesenia pesantren juga mengembangkan seni hanya saja seni yang dikembangkan tentunya adalah sei yang sudah terfilter antara lain seni kaligrafi, seni baca Al-Qur’an, lagu-lagu qasidah, seni bela diri yang dahulunya adalah bekal yang digunakan untuk melwan Belanda. Untuk kegiatan olahraga juga dikembangkan antara lain bulu tangkis, tenis meja, juga terdapat dipesantren tebu Ireng dan Gontor. Walaupun belum menunjukan prestasi kendati demikian olahraga hanya sekedar hiburan dan pelebngkap kegiatan di pesantren.[40] Untuk memenuhi keberhasilan santri kurikulum dalam pesnatren juga harus memenuhi 3 kriteria yaitu dengan membuat perencanaa, pelaksanaan dan evaluasi. Sehingga hasil yang ingin dituju bisa diketahui .
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran juga harus disusun secara rapi sesuai dengan tenaga pendidiknya Inovasi pendidikan pesntren juga harus dikembangkan agar suasana dalam belajar tidak jenuh dan menjadi daya tarik yang baru bagi seorag sanhtri
5.      Anggaran Dana atau Pembiayaan pesantren
Salah satu bagian terpenting dalam manajemen pesantren adalah berkaitan dengan pengelolaan keuangan. Lembaga pesantren dalam pengelolaan keuangan sering menimbbulkan permasalahan yang serius apabila pengelolaannya kurang baik.pengelolaan keuangan yang baik akan membawa kegiatan juga berjalan dengan baik dan yang terpenting akan menjaga personil pengelola pesantern seperti kiai, ustadz dan yang lainnya. Dalam pembelanjaan tentunya juga harus dipilih secara selektif kebutuhan. Selain itu sumber pemasukan seharusnya juga dipilah mana yang bersumber dari individu dan yang bersumber dari pihak-pihak lain. Hal ini bertujuan agar kekurangan-kekurangan itu bisa diketahui secara terbuka.[41]Pengelolaan keuangan bisa dikatakan pembukuan atau pertanggung jawaban suatu lembaga terhadap penyandnag dana baik itu dari individual maupun lembaga.yang ada prinsip-prinsip dalam manajemen keuanganpesantren antara lain hemat, terarah dan terkendali, terbuka dan transparan, dan jika memungkinkan menggunaka produk yang dibuat oleh negara sendiri.
Maka untuk pengelelolaan keuangn dalam dunia pesantren harus merencanakan hal-hal sebagai berikut :
a.       Rencana sumber pendapatan dalam satu tahun.
b.      Rencana penggunaan selama satu tahun.
c.       Laporan keuangan setiap akhir tahun anggaran
d.      Laporan keuangan harus dilampiri bukti pengeluaran seperti kwitransi
e.       Neraca keuangan . Selain itu harus juga memiliki beberapa buku antara lain buku kas umum, buku uang muka, daftar potongan-poyongan, daftra gaji, buku tabungan, buku iuran, dan buku catatan-catatan lain.
6.      Pengawasan
Pesantren mepunyai aturan-aturan tentang kewajiban seorang yang harus dipatuhi oleh seorang santri seperti melaksanakan sholat fardhu secara berjama’ah, selain itu juga membuat program amalan-amalan sunah seperti shalat malam, sholat dhuha dan lain sebagainya termasuk kegiatan yang dilaksanakan dalam kegiatan minggguan seperti khitobah, maulid barzanji, istighosah yang menjadi kegiatan rutindalam pesantren.[42] Selain itu juga dijjelaskan bagi orang yang melanggar peraturan akan mendapatkan sanksi yang jelas. Hal ini dapat menjadikan semua kegiatan yang ada dalam dunia pesantren menjadi lebih rapi dan kondusif.



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari beberapa rumusan maslah dan penjelasan tadi dapat disimpulkan bahwa. :
1.      Pesantren  pertama kali didirikan oleh Syaikh Maulana Malik Ibrahim yang dikenal dari Syaikh Maghribi yang datang dari India sebagai pendiri pondok pesantren di Tanah Jawa kemudian dilanjutkan oleh walisongo dan kemudian menjadi ciri khas pendidikan  di Indonesia dan tetap eksis sampai sekarang
2.      Manajemen Pesantrendi Indonesia sudah berjalan dengan baik. Hanya saja ada  pesnatren yang membuka diri dan menutup dir dari perkembangan IPTEKS. Kurikulum yang berjalan juga sudah memaskkan ilmu pngetahuan dan tekhnologi. Hanya saja dalam bagian seni yang dikembangkan adalah seni yang sudah di filter oleh pesantren
3.      Jika dilihat dari manajemen yang sudah berjalan. Pesantren harapan besar mampu untuk menghadapi perkembangan IPTEKS hanya saja harus lapi dalam hal manajemen dari perencanaan, pelaskanaan dan evaluasi.
B.     Kritik dan saran
Demikian makalah yang membahas tentang  “Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren Dalam Menghadapi Kemajuan Ipteks ” semoga kita bisa mengambil pelajaran pendidikan pesnatren sangat membantu mencerdaskan kehidupan bangsa memiliki ci khas yang unik tentunya itu harus dikembangkan sesuai dengan perkembangan zaman agar bisa menghafapai perkembangan IPTEKS dengan tetap mempertahankan ciri khas  pesntren.  Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna dan banyak kalimat-kalimat yang salah atau mungkin tidak bisa dipahami. Untuk itu kritik dan saran selalu kami nantikan guna kesempurnaan tugas selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Anshory Ch HM. Nasrudin, Matahari Pembaruan Rekam Jejak KH. Ahmad Dahlan, Jogjakarta : Bangkit Publisher, 2010
Anwar, Ali Dr. M.Ag. Pembaharuan Pendidikan di Pesantren Lirboyo Kediri. Yogyakarta. Pustaka belajarar, 2011.
Baso,Ahmad Pesantren Studies 2a Buku II Kosmopolitanisme peradaban kaum santri di masa kolonial. Jakarta :Pustaka Afid, 2013.
Haedari Amin dkk, Masa Depan Pesantren dalam tantangan Modernitas dan tantangan Komplesitas Global. Jakarta : IRD Press, 2004.
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan: (Umum & Agama Islam), Jakarta : PT RajaGrafindo Persada. 2005
Husni Rahim, Dr. Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta : PT. Logos wacana Ilmu, 2001.
Jamal Ma’mur Asmani. Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif dan Inovatif,, Jogjakarta : Diva Press.2011
Kuntowijoyo, et.all, Intelektualisme Muhammadiyah Menyongsong Era Baru, Bandung, Mizan Anggota IKAPI, 1995.
Mas’ud, Abdurrahman Dr. H.  MA. Dkk, Dinamika Pesantren dan Madrasah, Yogyakarta :  Fakultas Tarbiyah  IAIN Walisongo Semarang denga Pustaka Pelajar (Anggota IKAPI), 2002.
Masyhud Sulthon, Drs. H.M. M.Pd dkk . Manajemen Pondok Pesantren, Diva Jakarta : Pustaka, 2005
Munir, Abdullah, CatatanCintaSeorang Guru.Yogyakarta: Pedagogia, , 2010.
Qomar, Mujamil Prof. Dr.   M.Ag.  Pesantren dari Transformasi Meotodologi Menuju Demokratisasi Institusi.Jakarta. Penerbit Erlangga, 2002[1]
Ridho , Kholis dan Ahmad Sofyan. Panduan Integrasi Kultur kepesantrenan ke dalam manajemen sekolah. Direkterat Pendidikan diniyah dan pondok pesntren ditjen pendidikan Islam Kementerian Agama RI. Jakarta
Ridho , Kholis dan Ahmad Sofyan. Panduan Integrasi Kultur kepesantrenan ke dalam manajemen sekolah. Direkterat Pendidikan diniyah dan pondok pesntren ditjen pendidikan Islam Kementerian Agama RI. Jakarta.
 Rukiati , Enung K, Dra. H Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Bandung :CV Pustaka Setia.2006
Sudrajat, Ajat et.all. Din al-Islam Pendidikan Islam di Perguruan Tinggi Umum, Uny Press, Yogyakarta, 2008.
Sutrisno, Prof. Dr.  M.Ag. Pembaharuan dan Pengembangan Pendidikan Islam Membentuk Insan Kamil yang Sukses dan Berkualitas, Fadilatama, Yogyakarta.
Umar, Bukhari Drs. M.Ag, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Amzah,2010.
Wahdi sayut dan Fauzan. Panduan Integrasi Kultur kepesantrenan ke dalam mata pelajaran. Kerja sama direktorat pendidikan dinyah dan pondok pesantren dengan ditjen pendidikan dasar dan uin syarif Hidayatullah. Jakarta





[1]Abdullah Munir, CatatanCintaSeorang Guru, Pedagogia, Yogyakarta, 2010, hlm. 8
[2] Ajat Sudrajat, et.all. Din al-Islam Pendidikan Islam di Perguruan Tinggi Umum, Uny Press, Yogyakarta, 2008, hlm.  130
[3] Drs. H.M. Sulthon Masyhud, M.Pd dkk . Manajemen Pondok Pesantren, Diva PustakA, Jakarta, 2005, hlm. 1
[4] Prof. Dr. Sutrisno, M.Ag. Pembaharuan dan Pengembangan Pendidikan Islam Membentuk Insan Kamil yang Sukses dan Berkualitas, Fadilatama, Yogyakarta. 58
[5] Drs. Bukhari Umar, M.Ag, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, Amzah,2010, hlm. 222
[6]Jamal Ma’mur Asmani. Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif dan Inovatif, 2011, Jogjakarta, Diva Press, hlm. 5
[7]Ahmad Baso, Pesantren Studies 2a Buku II Kosmopolitanisme peradaban kaum santri di masa kolonial. Jakarta. Pustaka Afid, 2013, hlm.16
[8] Drs. H.M. Sulthon Masyhud, M.Pd dkk. op.cit. hlm. 1
[9] Prof. Dr. Mujamil Qomar,  M.Ag.  Pesantren dari TransformasiMeotodologi Menuju Demokratisasi Institusi.Jakarta. Penerbit Erlangga, 2002. hlm. 8
[10] Dr. H. Abdurrahman Mas’ud, MA. Dkk, Dinamika Pesantren dan Madrasah, Yogyakarta, Fakultas Tarbiyah  IAIN Walisongo Semarang denga Pustaka Pelajar (Anggota IKAPI), 2002, hlm. 3-4
[11] Dra. H Enung K. Rukiati, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Bandung, CV Pustaka Setia, 2006, hlm. 103
[12] Drs. H.M. Sulthon Masyhud, M.Pd. op.cit. hlm. 2
[13] Kuntowijoyo, et.all, Intelektualisme Muhammadiyah Menyongsong Era Baru, Bandung, Mizan Anggota IKAPI, 1995, hlm. 7
[14] Dr. Husni Rahim, Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta, PT. Logos wacana Ilmu, 2001,  hlm 151
[15] HM. Nasrudin Anshory Ch, Matahari Pembaruan Rekam Jejak KH. Ahmad Dahlan, Jogjakarta,  Bangkit Publisher, 2010,  hlm. 82
[16] Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan: (Umum & Agama Islam), Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2005, hlm. 270
[17] Prof. Dr. Mujamil Qomar,  M.Ag. op.cit, hlm. 18
[18]Dra. H.  Enung K. Rukiati.Op.cit, hlm. 104
[19]Ibid.  hlm. 105
[20] Dr. Ali Anwar,M.Ag. Pembaharuan Pendidikan di Pesantren Lirboyo Kediri. Yogyakarta. Pustaka belajarar, 2011, hlm. 32
[21] Drs. H.M. Sulthon Masyhud, M.Pd. op.cit. 14
[22] Dr. H. Abdurrahman Mas’ud, MA. Dkk.op.cit.hlm. 55
[23]Prof. Dr. Mujamil Qomar, op.cit. hlm. 7
[24]Kholis Ridho dan Ahmad Sofyan. Panduan Integrasi Kultur kepesantrenan ke dalam manajemen sekolah. Direkterat Pendidikan diniyah dan pondok pesntren ditjen pendidikan Islam Kementerian Agama RI. Jakarta.  Hal. 7
[25] Drs. H.M. Sulthon Masyhud, M.Pd dkk. Op.cit. hlm. 17
[26]Ibid, hlm. 18
[27] Prof. Dr. Mujamil Qomar,  M.Ag.op.cit. hlm. 17-18
[28] Prof. Dr. Sutrisno, M.Ag, op.cit. hlm.55
[29] Prof. Dr. Mujamil Qomar,  M.Ag.op.cit. hlm. 74
[30]Amin Haedari dkk, Masa Depan Pesantren dalam tantangan Modernitas dan tantangan Komplesitas Global. Jakarta, IRD Press, 2004. Hlm. 76
[31]Wahdi sayut DAN Fauzan. Panduan Integrasi Kultur kepesantrenan ke dalam mata pelajaran. Kerja sama direktorat pendidikan dinyah dan pondok pesantren dengan ditjen pendidikan dasar dan uin syarif Hidayatullah. Jakarta hlm. 11
[32]Kholis Ridho dan Ahmad Sofyan. Op,cit. Hlm.46
[33]Ibid. hlm.13
[34]Ibid. Hlm. 21
[35] Prof. Dr. Mujamil Qomar,  M.Ag.op.cit. hlm. 108
[36]Ibid. hlm. 112
[37]Ibid. 132
[38]Ibid. 135
[39]Ibid. Hlm. 136
[40]Ibid. Hlm. 138
[41][41] Drs. H.M. Sulthon Masyhud, M.Pd dkk. Op.cit. hlm. 186
[42]Kholis Ridho dan Ahmad Sofyan. Op.cit. hlm. 19

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan beri masukan komentar anda