Pendekatan Antropologis
(Sekilas sejarah, pijakan paradigmatik-teoretis, langkah-langkah praktis-metodis, tokoh penting dan karya )
MAKALAH
Disusun Guna
Memenuhi Tugas
Mata Kuliah
Pendekatan Ilmu-ilmu Keislaman
Dosen Pengampu
: Dr. Mukhsin Jamil, M.Ag
Dr.
Abu Rokhmad, M.Ag
Disusun
Oleh :
Laila Dwi
Setyawati
PROGRAM
PASCASARJANA
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2015
I.
PENDAHULUAN
Dewasa
ini kehadiran agama semakin dituntut agar ikut serta secara aktif didalam
Memecahkan berbagai masalah yang
dihadapi umat manusia. Agama tidak boleh hanya sekedar menjadi lambang
kesalehan atau berhenti sekedar disampaikan dalam khotbah atau ceramah-ceramah
pengajian, melainkan secara konsepsional menunjukkan cara-cara yang paling
efektif dalam memecahkan masalah. Tuntutan terhadap agama yang
demikian tersebut dapat dijawab manakala dalam memahami dan mengkaji agama
menggunakan berbagai pendekatan. Karena dengan pendekatan itu kehadiran agama
secara fungsional dapat dirasakan oleh penganutnya. Sebaliknya tanpa mengetahui
berbagai pendekatan tersebut, tidak mustahil agama menjadi sulit dipahami oleh
masyarakat, dan akhirnya masyarakat mencari pemecahan masalah kepada selain
agama.[1]
Berbagai pendekatan tersebut meliputi pendekatan teologis Normatif
antropologis, sosiologis, historis,
kebudayaan, dan filofofis.[2]
Dalam makalah ini penulis akan
berusaha memaparkan salah satu pendekatan yang digunakan dalam memahami agama
islam, yaitu pendekatan antropologis.
II.
Rumusan Masalah
A.
Apakah
antropologi itu dan apakah pendekatan antropologi itu ?
B.
Apakah pijakan
dan paradigma teori dalam pendekatan antropologi ?
C.
Bagaimana
langkah-langkah penting praktis metodis pendekatan antropologi ?
D.
tokoh-tokoh pendekatan antropologi dan
karyanya
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
antropologi dan pendekatan antropologi
1.
Pengertian
antropologi
Antropologi
berasal dari bahasa Yunani, yaitu antropos yang berarti manusia dan logos
yang berarti wacana, bernalar atau
berakal. Secara etimologi antropologi berarti ilmu yang mempelajai tentang
manusia.[3]
Menurut koentjaraningrat antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat
manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat
serta kebudayaan yang dihasilkan.[4]Antropologi
menurut David Hanter adalah ilmu yang
lahir dari keinginan yang tidak terbatas tentang umat manusia.[5]
Dari definisi-definisi tersebut
dapat disimpulkan antropologi adalah ilmu yang mempelajari tentang segala aspek
manusia yang terdiri dari aspek fisik maupun non fisik, serta kebudayaan dan pengetahuan yang dihasilkan.
2.
Pengertian
Pendekatan antropologi
Dalam dunia
ilmu pengetahuan mkna dari istilah pendekatan sama dengan metodologi, yaitu
sudut pandang atau cara melihat dan memperlakukan sesuatu yang menjadi
perhatian atau masalah yang dikaji. Bersamaan dengan itu, makna metodologi juga
mencakup berbagai tehnik yang digunakan untuk melakukan penelitian atau
pengumpulan data sesuai dengan cara melihat dan memperlakukan masalah yang
dikaji. Jadi pengertian pendekatan atau metodologi bukan hanya diartikan
sebagai sudut pandang atau cara melihat sesuatu permasalahan yang menjadi
perhatian tetapi juga mencakup pengertian metode-metode ata teknik-teknik yang
sesuai dengan pendekatan tersebut.[6] Menurut Prof. Abudin Nata pendekatan adalah
cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam suatu bidang ilmuyang selanjutnya
digunakan dalam memahami agama. Dia mengutip pendapat Jalaludin Rahmat bahwa agama dapat diteliti dengan
menggunakan berbagai paradigma. Realitas keagamaan yang diungkapkan
mempunyai nilai
kebenaran sesuai dengan kerangka
paradigmanya. Karena itu tidak ada persoalan apakah penelitian agama itu
penelitian ilmu sosial, penelitian legalistik atau penelitian filosofis.[7]
Pendekatan
antropologi disini yang dimaksud adalah memahami agama dengan cara melihat
wujud praktek keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Karena itu
antropologi lebih mengutamakan pengamatan langsung dan bersifat bersifat
partisipasif.7 Pendekatan ini
bersifat induktif dan grounded, yaitu turun ke lapangan tanpa berpijak
pada, atau setidak-tidaknya dengan upaya membebaskan diri dari kungkungan
teori-teori formal yang pada dasarnya abstrak.[8]
B.
Apakah pijakan
dan paradigma teori dalam pendekatan antropologi
Dalam sudut
pandang antropologi agama dikategorikan dalam empat kerangka teori, yaitu :[9]
1.
Teori Intelectualist,
teori ini mencoba melihat agama dn perkembangannya dalam satu masyarakat. B.
Taylor mendifinisikan agama sebagai kepercayaan terhadap adanya kekuatan
supranatural. Definisi ini cenderung melakukan generalisasi tealitas agama dari
animisme sampai kepada monoteisme. Jadi tradisi intelektualisme ini berusaha
meneliti perkembangan agama dari yang animesme manuju monoteisme. Menurut
Mircea eliade, dilihaat dari sudut perkembangan agama, agama berkembang dari
kecenderungan animisme menuju monoteisme dan akan kembali ke animisme. Sedang
menurut Max Muller bahwa agama bermula dari monoteisme kemudian berkembang
menjadi agama-agama yang banyak.
2.
Teori Strukturalis,
teori ini lahir dari Emile Durkheim, bahwa masyarakat dikonseptualisasikan
sebagai sebuah totalitas yang diikat oleh hubungan sosial, srtuktur ikatan
sosial itu dikuatkan dengan konsesnsus moral. Menurut Claude Levis Strauss agama dalam bentuk mitos atau megic adalah
model bagi kerangka bertindak individu dalam masyarakat.
3.
Teori Fungfsionalis,
Menurut Durkheim, masyarakat selalu dalam keadaan equilibrium dan saling
terikat satu dengan yang lain. Fungsi psikologi agama, sebagai penguat dari
ikatan moral masyarakat dan fungsi sosial agama sebagai penguat solidaritas
manusia menjadi dasar dari perkembangan teori ini.. Branislaw Malinowski
mengatakan bahwa fungsi agama dalam masyarakat adalahmemberikan jawaban-jawaban
terhadap permasalahan-permasalahan yang tidak dapat diselesaikan dengan
rasionalitas dan kemampuan menggunakan teknologi.
4.
Teori
Simbolisme, Menurut Durkheim, makna dan fungsi ritual dalam masyarakat sebagai simbol agama. Salah satu yang
menerapkan pandangan ritual sebagai simbol adalah Viktor Turner, yaitu ketika
dia mengadakan kajian tentang upacara keagamaan di Masyarakat Ndebu di Afrika,
dia menyimpulkan bahwa ritual sebagai medium utuk menegaskan kembali
nilai-nilai masyarakat, ia melihat ritual tidak hanya sebagai kewajiban saja,
melainkan juga sebagai simbol dari apa yang sebenarnya terjadi.
C.
Langkah-langkah
penting praktis metodis pendekatan antropologi
Menurut Prof.
M. Amin Abdullah, setidaknya ada empat ciri fundamenatal cara kerja pendekatan
antropologi terhadap agama yaitu:[10]
1.
Bercorak dicriptive,
bukanya normatif. Pendekatan antropologi bermula dan diawali dari kerja
lapangan, berhubungan dengan orang, masyarakat, kelompok setempat yang diamati
dan diobservasi dalam jangka yang lama dan mendalam. Inilah yang disebt dengan
thick description ( pengamatan dan observasi di lapangan yang dilakukan secara
serius, terstruktur, mendalam dan berkesinambungan ). Thic description
dilakukan dengan cara antara lin living in, yaitu hidup bersama
masyarakat yang diteliti, mengikuti ritme dan pola hidup sehari-hari mereka
dalam waktu yang cukup lama.
Bisa berhari-hari, berbulan-bulan
bahkan bertahun-tahun, jika ingin memperoleh hasil yang akurat dan
dipertanggunjawabkan secara akademik . Misalnya Jhon R. Bowen melakukan
penelitian antropologi masyarakat muslim Gayo di Sumatra, selama
bertahun-tahun. Begitu juga yang dilakukan Clifford Geertz.
2.
Local Practices yaitu praktek
konkret dan nyata dilapangan , praktek hidup yang dilakukan sehari-hari, agenda mingguan, bulanan dan tahunan lebih-lebih ketika
manusia melewati hari-hari atau peristiwa-peristiwa penting dalam menjalani
kehidupan. Ritus-ritus atau amalan-amalan apa saja yang dilakukan untuk
melewati peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan. Peristiwa kelahiran ,
Perkawinan, kematian dan penguburan. Apa yang dilakukan manusia ketika
menghadapi dan menjalani ritme kehidupan yang sangat penting tersebut.
3.
Connections
across Social yaitu mencari keterhubungan dan keterkaitan antar berbagai domain
kehidupan secara lebih utuh. Bagaimana hubungan antara wilayah ekonomi, sosial,
agama, budaya dan politik. Kehdupan tidak dapat dipisah-pisahkan, keutuhan dan
kesaling keterkiatan antar berbagai domain mabusia hampir-hampir tidak ada satu
domain wilayah kehidupan yang dapat berdiri sendiri , terlepas dan tanpa
terkait dan terhubung dengan lainnya.
4.
Comparative, Study dan
pendekatan antropologi memerluka perbandingandari berbagai tradisi, sosial,
budaya dan agama-agama. Seperti yang dilakukan Cliffort Geertz pernah memberi
contoh bagaimana dia membandingkan kehidupan islam di Indonesia dan Maroko. Bukan sekedar untuk mencari kesamaan dan perbedaan,
tetapi yang terpokok adalah untuk memperkaya perspektif dan memperdalam bobot
kajian.
Dengan demikian pendekatan
antropologi dalam studi islam sangatlah diperlukan. Islam dimaksud disini
adalah islam yang telah dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, islam yang telah
Melembaga dalam kehidupan suku,
kelompok atau bangsa tertentu, Islam yang telah terinstitusionalisasi dalam
kehidupan organisasi sosial, budaya, politik dan agama. Islam yang terlembaga
dalam kehidupan masyarakat yang menganut madzhab-madzhab, pengikut berbagai
sekte, partai-partai atau kelompok-kelompok kepentingan tertentu. Hasil kajian
antropologi terhadap realitas kehidupan kongrit dilapangan akan dapat membantu
tumbuhnya saling pemahaman antar berbagai paham dan penghayatan keberagaman
yang sangat bermacam-macam dalam kehidupan riil mayarakat Islam, baik pada
tingkat lokal, regional, nasional maupun. Internasional.[11]
Amin
Abdullah menjelaskan lebih lanjut, bahwa penelitian dan studi antropologi agama
akan sangat membantu memahami akar-akar kepelbagian dalam baerbagai hal:
kepelbagian dalam menginterpretasikan teks, perbedaaan ritul peribadatan,
model-model kepemimpinan, perjalanan kesejarahan, perkembangan kelembagaan
agama, bagaimana pengetahuan dan ide-ide ( gender, hak asasi, manusia,
kemiskinanm lingkunga ) didistribusikan dan disebarluaskan dalam masyarakat
luas lewat organisasi sosial-keagamaan dan lembaga-embaga pendidikan. Bagaimana
keadilan dan kesejahteraan diperbincangkan.Akan dapat dijelaskan dan
direkosntruksi kembali bagaimana praktik keagamaan pada tingkat lokal dalam
keterkaitannya dengan pelbagai macam penafsiran oleh para tokoh ( da’i, dosen,
pemangku adat, tokoh agama, guru, dosen ) dan pemangku kepentingan lainnya
serta akibatnya dalam perbedaan kehidupan sosial. Dengan bantuan pendekatan antropologi, semua
kepercayaan agama terbuka untuk diperdebatkan dan ditransformaiskan kearah yang
lebih baik-humanis.11
D.
Tokoh penting
Pendekatan Antropoligi dan karyanya
1.
Ibnu khaldun
2.
Emile Durkheim
karyanya Elementary Forms of the religions Life
3.
Robert N.
Bellah Tokugawa Religian
IV. Penutup.
1.
Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah diuraikan
di atas, dapat disimpulkan bahwa :
a.
Pendekatan
antropologi agama adalah memahami agama dengan cara melihat wujud praktek
keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Karena itu antropologi
lebih mengutamakan pengamatan langsung dan bersifat partisipasif.
b.
Ada 4 teori
kerangka antropologi agama yaitu:
1.
Teori Intelectualist,
teori ini mencoba melihat agama dan perkembangannya dalam satu masyarakat.
2.
Teori Strukturalis,
teori ini lahir dari Emile Durkheim, bahwa masyarakat dikonseptualisasikan
sebagai sebuah totalitas yang diikat oleh hubungan sosial, srtuktur ikatan
sosial itu dikuatkan dengan konsesnsus moral.
3.
Teori Fungfsionalis,
Menurut Durkheim, masyarakat selalu dalam keadaan equilibrium dan saling
terikat satu dengan yang lain.
4.
Teori Simbolisme,
Menurut Durkheim, makna dan fungsi ritual dalam masyarakat sebagai simbol agama.
c.
Empat ciri fundamenatal
cara kerja pendekatan antropologi terhadap agama:
1.
Bercorak discriptive
2.
Local Practices yaitu praktek
konkret dan nyata dilapangan
3.
Connections
across Social yaitu mencari keterhubungan dan keterkaitan antar berbagai domain
kehidupan secara lebih utuh.
4.
Comparative
d.
Penutup
Demikian makalah yang dapat
disampaikan, tentunya banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, maka pada
kesempatan ini kami mohon masukan dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. H. Awaludin Pimay dan Dr. Ilyas Supena, Pendekatan
Studi Islam dari Normatif-Teologis
hingga Fenomenologis: Gunungjati Semarang, 2008
Prof. Dr. Koentjaraningrat, Sejarah
Teori Antropologi: UI-PRESS, Jakarta, 1987
Prof. Dr. H. Abudin Nata,
M.A., Metodologi Studi Islam,PT Raja Grafinda Persada, Jakarta, 2013
Prof.DR. Rosihan Anwar, M.Ag
dkk.; Pengantar Studi Islam: CV. Pustaka Setia, Bandung, 2009
http//aminandullah.word.com//2011/01/14
[1] Nata Abudin, Metodologi Studi Islam, Jakarta : Raja Grafindo
Persada, 2013, hlm. 27
[2] Ibid, hlm. 28
[4]Koentjaraningrat,
Sejarah teori antropologi, (Jakarta: UI-Press, 1987), hlm. 2
[5] Op.Cit
[6]Abudin Nata, Op.cit.,
hlm. 28
[7]Pimay Awaludin
dan Supena Ilyas, Pendekatan Studi Islam dari Normatif-Teologis
hingga Fenomologis, Semarang : Gunungjati, 2008, hlm.
[8]Abudin Nata, Op.cit,
hlm. 35
[9]Pimay Awaludin
dan Supena Ilyas, Op.cit., hlm. 98-101
[10]http//aminabdullah.word.com//2011/01/14
[11]Ibid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan beri masukan komentar anda