PENYEBARAN PERADABAN ISLAM
DI PERSIA
TIMUR TENGAH DAN
NEGARA- NEGARA ARAB
MAKALAH
Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam
Dosen
Pengampu: Prof. Dr. Yusuf suyono, MA
Disusun Oleh:
Nama : Mashadi
NIM : 1400018029
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS
AGAMA ISLAM NEGRI WALISONGO
SEMARANG
2014
1
|
DAFTAR
ISI
Halaman Judul……………………………………………………………………..i
Daftar Isi…………………………………………………………………………..ii
BAB I Pendahuluan…...........................................................................................
A.LatarBelakang.............................................................................
B. RumusanMasalah ……………………………………...............
BAB II Pembahasan
A. Islam di Persia …….………………………………………….
B. Peradaban Islam di Persia……………………………………
C. Kemajuan- kemajuan yang dicapai ……………………….....
D.
Kemunduran
Islam di Persia…………………………………
E.
Peradaban
Islam di Timur tengah…………………………….
F.
Peradaban
Islam di Negara- negara Arab…………………….
BAB III Penutup
A. Kesimpulan................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Berbicara
tentang Peradaban Islam tentunya kita akan menilik terhadap perkembangan Islam mulai
dari zaman Rosulullah Saw, khulafa’
ar-Rosyiddin , sampai masa Dinasti Umayyah,
Abasiyyah dan lainya, karena dari situlah kita memulai mengenal tentang peradaban ,pemikiran dan kejayaan kerajaan –kerajaan Islam.
Jika disinggung
tentang kemajuan Islam barang kali kita sepakat bahwa kerajaan safawi merupakan
salah satu kerajaan yang mewarnai gemilangnya Islam di masa lampau kedigjayaan
Syafawi tidak diragukan, menghasilkan
banyak kontribusi dalam berbagai aspek, namun jika diajak untuk sepakat mengatakan
sepemikiran terhadap mazhab yang dianut oleh orang-orang Syafawi waktu itu, maka banyaklah yang mengatakan
kami bukan orang syi’ah. Untung saja pembahasan kali ini mengajak kita
menyingkap yang tersirat baik dari ketidaktahuan atau keterlupaan kita terhadap
sejarah kerajaan Syafawi, sehingga Pemahaman agama hanyalah sebahagian dari
hal-hal yang akan diungkapkan.
Sebenarnya
ada dua Dinasti
dalam pengkajian Sejarah dan Peradaban Islam yang sangat berperan dan paling
dominan dalam menghidupkan dan menyebarkan paham Syiah di Persia, yaitu Dinasti
Buwaihi dan Dinasti Safawi[1]. Dinasti Buwahi berada
pada periode klasik Islam dibawah kepemimpinan Al-Muthi ( 334 H – 363 H ),
Al-Tha'i ( 363 H- 381 H ), Al-Qodir ( 381 H- 422 H ), Al-Qosim ( 422 H- 1031 H
). Sedangkan Dinasti Safawi ( 1252 – 1334 M ) hidup pada periode pertengahan Islam.
Dalam
pertemuan kali ini kita akan membahas makalah tentang peradaban Islam di Persia atau yang dikenal
dengan Dinasti Buwaihi dan Dinasti Safawi di Persia ,dan pemakalah berusaha memaparkan sedikit banyak mengenai eksistensi
kedua Dinasti tersebut, baik dari segi proses cultural maupun structural secara
singkat dan Negara-negara Islam atau Arab yang berada di Timur Tengah.
Dan
untuk lebih detailnya tentang perkembangan Peradaban Islam yang ada di Persia, Timur
Tengah
dan Negara – negara Arab, maka penulis akan menguraikan lebih lanjut dalam
subab pembahasan.
B. Rumusan Masalah
Dari rumusan masalah ini, ada beberapa point yang harus
penulis uraikan diantaranya :
a. Islam di Persia.
b. Peradaban Islam di Persia
c. Kemajuan- kemajuan yang dicapai
d. Kemunduran Islam di
Persia
e. Peradaban Islam di Timur tengah
f. Peradaban Islam di Negara- negara Arab.
2
|
BAB II
PEMBAHASAN
2
|
1.
kultur Dinasti Buwaihi
Terdapat kontroversi dikalangan sejarawan tentang
asal-usul Dinasti Buwaihi. Pertama, ada yang berpendapat bahwa nenek moyang
Buwaihi adalah Bahram Jur, salah seorang raja dari Dinasti Sasan. Dinasti
tersebut dikenal orang sebagai dinasti yang anggotanya dikenal sebagai orang
cerdik[2]. kedua mengatakan bahwa Buwaihi adalah keturunan Dinasti Dibbat,
suatu dinasti di Arab. Ketiga, Buwaihi adalah keturunan raja Persi. Dan
keempat, Buwaihi berasal dari nama seorang laki-laki miskin yang bernama Abu
Syuja’ yang hidup di negeri Dailam[3]. Negeri yang terletak di Barat Daya Laut Kaspia dan telah tunduk
pada kekuasaan Islam sejak masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab.
Nampaknya pendapat keempatlah yang dianggap mendekati.
Dinasti Buwaihi memperoleh
peluang kekuasaan pada saat anak-anak al-Mutawakil, yakni Al-Mustanshir,
Al-Mu’taz dan Al-Muayyad saling bererut kursi kekhalifahan Abbasiyah.Menurut
penunjukan Al-mutawakil, yang harus menduduki kursi kholifah adalah Al-Mu’taz
karena ia paling cakap, kemudian baru Al-Muayyad.
Peluang yang kedua ialah munculnya Dinasti Awaliyah di Tabaristan( 864 M
) yang didahului oleh suatu perlawanan gigih yang dipimpin Al-Hasan Al-Alawi untuk melawan Dinasti Tahiriah yang
menjadi kepercayaan khalifah. Syiah yang dibantu Dailam akhirnya memperoleh
kemenangan.
2. kemunculan Dinasti Buwaihi
Pada mulanyaa hubungan antara khalifah Al-Mustakfi dengan Muiz Al-daulah
baik-baik saja. Akan tetapi, ketika ada rencana khalifah untuk membunuh Muiz
Al-Daulah , Muiz Al-Daulah sebagai amir al-umara terpaksa mengambil tindakan
tegas dengan memakzulkan Al-Mustakfi dari kedudukanya sebagai khalifah( 946 M
). Sejak itulah tugas beban amir al-umara menjadi bertambah karena tatanan
khalifah harus berubah dan menjadi tanggung jawabnya
Langkah berikutnya yang
dilakukan Muizz Al-Daulah ialah menentukan sikap terhadap khalifah Al-Muthi
pengganti Al-Mustakfi. Dalam perundingan tercapai kesepakatan untuk saling
membantu dan menjaga serta tidak saling mendzalimi. Dengan demikian tercapailah
situasi hidup berdampingan secara damai.
3. Silsilah Dinasti Buwaihi
Selama
periode Buwaihi, tercatat beberapa Amirul Umara yang memerintah di Baghdad,
yaitu:
1. Mu’iz ad-Daulah tahun 945 M
2. ‘Izz ad-Daulah Bakhtiyar tahun 967 M
3. Adud ad-Daulah tahun 978 M
4. Samsan Ad-Daulah tahun 983 M
5. Sharaf Ad-Daulah tahun 987 M
6. Baha ad-Daulah tahun 989 M
7. Sulthan ad-Daulah tahun 1012 M
8. Musharif ad-Daulah tahun 1020 M
9. Jajal Ad-Daulah tahun 1025 M
10. Imaduddin Abu Kalijar tahun 1044 M
11. Al-Malik ar-Rahim tahun 1045-1055 M
4. Kemajuan –kemajuan
yang dicapai
Sebagaimana
pembahasan sebelumnya disebutkan, bahwa perkembangan Peradaban Islam baru
bekembang di Persia sejak dinasti Abbasyiah di Baghdad mengalami kemunduran namun demikian,
perkembangan Peradaban Islam kala itu masih sebatas permulaan sejatinya perkembangan Peradaban
Islam di Persia dimulai sejak berdirinya kerajaan Safawi yang dipelopori oleh
Safi al-Din yang hidup sejak tahun 1252 hingga
1334 M[4]
, kerajaan Safawi berdiri disaat kerajaan
Ustmani diturqi mencapai puncak kejayaanya. Kerajaan Safawi ini berasal
dari gerakan tariqat di ardabil sebuah kota di Azerbaijan (Wilayah Rusia) yang
berdiri hampir bersamaan dengan berdirinya kerajaan Ustmani diturki[5].
Persia selama kurang lebih delapan abad
lamanya berada dibawah kekuasaan Arab dan Mongol, pada awal abad ke -16 (1501)
orang Persia dapat mendirikan sebuah kerajaan yang beraliran Syi'ah dibawah pimpinan
Syeh Ismail. Bangsa Syafawiyah –sebut safawiah adalah penganut sekte Syi'ah
yang taat dari keturunan imam ke tujuh yaitu imam Musa al-Qosim, pada masa
kekuasaan Timur lang ini terdapat ulama' karismatik yang dikunjunginya yaitu
Syeh Safiudin Ishak sehingga Timur elang membebaskan tawanan perang dianggora
dari tujuh suku karena permintaan Syaifudin ,ketujuh suku bermukim di
Dier-e-Bakr, yaitu Asia kecil. Yang kesemuanya akhirnya masuk Islam, membantu
dan mendukung kekuasaan Safawi[6].
5.
Dinasti Safawi
Peradaban Islam di
Persia berkembang cukup cepat hal ini ditandai dengan mulai meluasnya daerah
kekuasaan pada masa kepemerintahan Abbas I yang menjadi raja kelima dari
dinasti Safawi. Meskipun pada masa pemerintahannya sering terjadi perebutan
daerah kekuasaan dengan kerajaan Turki Usmani yang notabenya sebagai sesama
kerajaan Islam, namun pada masa pemerintahannya inilah, perkembangan peradaban
Islam mulai berkembang pesat.
Ahmad
al-Santanawi mengungkapkan bahwa perkembangan peradaban Islam di Persia diawali
dengan penunjukkan kota Isfahan sebagai Ibu kota kerajaan Safawi pada saat
Abbas I menjadi penguasa kerajaan Safawi. Kota ini merupakan gabungan dari dua
kota sebelumnya, yakni Jayy dan Yahudiyyah yang didirikan oleh Buchtanashshar
atau Yazdajir I atas anjuran istrinya yang beragama Yahudi[7].
7
|
Dengan
demikian, peradaban Islam di Persia mulai berkembang pesat setelah kota Isfahan
berhasil ditaklukkan oleh bala tentara Dinasti Abbasiyyah untuk yang kedua kalinya.
Berangkat dari fakta ini dapat disimpulkan bahwa proses perkembangan peradaban
Islam di Persia dilakukan dalam rangka perluasan daerah kekuasaan.
C. Kemajuan - kemajuan yang dicapai
Masa kekuasaan Abbas 1 merupakan puncak kejayaan kerjaan
Safawi. Ia berhasil mengatasi gejolak politik dalam negeri yang menggangu
stabilitas Negara, dan sekaligus ia berhasil merebut kembali beberapa wilayah
kekuasaan yang sebelumnya lepas tersebut oleh Kerajaan Utsmani[9].
1. Bidang politik
Pengertian kemajuan dalam bidang
politik di sini adalah terwujudnya integritas wilayah Negara yang luas yang
dikawal oleh suatu angkatan bersenjata yang tangguh dan disutur oleh suatu
pemerintah yang kuat, serta mampu memainkan peranan dalam peraturan politik
internasional[10].
2. Bidang ekonomi
Bukti nyata perkembangan
perekonomian Safawi adalah dikuasainya Kepulauan Hurmuz dan pelabuhan gumrun
diubah menjadi Bandar Abbas pada masa Abbas 1. Maka salah satu jalur dagang
yang menghubungkan antara Timur dan Barat sepenuhnya menjadi milik Kerajaan
Safawi. Di samping sector perdagangan Kerajaan Safawi juga mengalami kemajuan
disektor pertanian terutama di daerah Bulan Sabit Subur (fortille crescent)[11].
3. Bidang ilmu pengetahuan
Bangsa Persia dalam sejarah islam
dianggap berjasa besar dalam ilmu pengetahuan. Maka tidaklah mengherankan
apabila kondisi tersebut terus berlanjut, sehingga muncul ilmuan Baha
al-Din asy –Syaerozi, Sadar al-Din asy –Syaerozi , Muhammad al-Baqir al-Din ibn
Muhammad Damad, masing-masing ilmuan dibidang filsafat ,sejarah, teolog, dan
ilmu umum[12].
4. Bidang seni
Kemajuan
seni arsitektur ditandai dengan berdirinya sejumlah bangunan megah yang
memperindah ibukota kerjaan ini, sejumlah masjid, sekolah, rumah sakit,
jembatan yang memanjang diatas ZendeRud dan istana chihilsutun. Kota Isfahan
turut diperindah dengan kebun wisata[13].
D.
Kemunduran Islam di Persia disebabkan antara lain:
1. Ketidakcakapan para penguasanya untuk mengendalikan sistem[14] pemerintahan terutama setelah Syah Abbas I.
2. Adanya
konflik berkepanjangan dengan Kerajaan Utsmani karena dengan berdirinya
Kerajaan Safawi beraliran Syiah itu tidak ada perdamaian lagi antara dua
kerajaan Islam.
3. Dekadensi
moral para pemimpin Kerajaan Safawi.
4. Pasukan Ghulam (budak–budak)
yang dibentuk Abbas I tidak memiliki semangat
jiwa patriotik karena kurang terlatih[15].
E. Peradaban Islam di Timur Tengah
Peradaban Islam di Timur Tengah
tersebar di beberapa wilayah di antaranya Turki ,Persia, Mesir, Irak dan Yaman
,oleh karena itu pada kesempatan kali ini pemakalah akan mengambil
,mendiskusikan salah satu di antara Negara-negara tersebut,yaitu Negara Irak (Peradaban
Islam yang ada di Baghdad).
a. Perkembangan
Masa kejayaan kota Baghdad/ Irak
Pada masa pemerintahan Bani
Abbasiyah, Baghdad menjadi pusat kegiatan intelektual, Musik, Puisi, kesastraan dan filsafat mulai
berkembang. Sinar ilmu pengetahuan tambah bercahaya yang demikian karena
negara-negara bagian dari kerajaan Islamraya berlomba-lomba dalam
memberi kedudukan terhormat kepada para ulama dan para pujangga.
Adapun zaman keemasan khusus dalam
bidang ilmu pengetahuan adalah periode yang sedang kita bicarakan, demikian
Jarji Zaldan melukiskan masa daulat Abbasiyah IV, karena dalam masa tersebut
berbagai ilmu pengetahuan telah matang, pertumbuhannya telah sempurna dan
berbagai kitab yang bermutu telah cukup banyak dikarang terutama ilmu bahasa,
sejarah, geografi, adab, dan filsafat.
10
|
Baghdad yang merupakan ibukota
Irak menjadi tempat pilihan Khalifah
al-Mansur. Baghdad yang memiliki wilayah strategis, cukup menjadi syarat
sebagai ibukota yang diperlukan oleh Khalifah al-Mansur.
Khalifah al-Mansur ini telah
mengadakan penyelidikan terkait keistimewaan pada tempat yang telah dipilih
untuk menjadi ibu kota kerajaannya, dan telah melibatkan diri didalam membuat
segala persiapan dan pelaksanaannya[17].
Dalam membangun kota ini, Khalifah
mempekerjakan ahli bangunan terdiri dari arsitektur-arsitektur, tukang batu,
tukang kayu, ahli lukis, ahli pahat, dan lain-lain. Mereka didatangkan dari
Syiria, Mosul, Basrah, dan Kufah yang berjumlah sekitar 100.000 orang[18].
Sejak awal berdirinya, kota ini
sudah menjadi pusat peradaban dan kebangkitan ilmu pengetahuan dalam Islam.
Setelah masa al-Manshur, kota Baghdad menjadi lebih termasyur lagi karena
perannya sebagai pusat perkembangan peradaban dan kebudayaan Islam. Masa
keemasan kota Baghdad terjadi pada zaman pemerintahan Khalifah Harun al-Rasyid
(786-809 M) dan anaknya al-Ma’mun (813-833).
Banyak para ilmuan dari berbagai
daerah datang ke kota ini untuk mendalami ilmu pengetahuan yang dituntutnya.
Dari kota inilah memancar sinar kebudayaan dan peradapan Islam keseluruh dunia. Prestise, Supremasi ekonomi, dan aktivis
intelektual merupakan tiga keistimewaan kota ini. Kebesarannya tidak terbatas
pada negeri Arab, tetapi meliputi seluruh negeri Islam. Baghdad ketika itu menjadi
pusat peradapan dan kebudayaan yang tertinggi di dunia, ilmu pengetahuan dan
sastra berkembang pesat, banyak buku filsafat yang sebelumnya dipandang sudah
‘mati’ dihidupkan kembali dengan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Khalifah
al-Makmum memiliki perpustakaan yang dipenuhui dengan beribu-ribu buku ilmu
pengetahuan dan perpustakaan itu bernama Bait al-Hikmah[19].
12
|
b. Kemunduran Baghdad
Semua kemegahan, keindahan, dan
kehebatan kota Baghdad yang dibangun pertama kali oleh khalifah al-Manshur itu
hanyalah tinggal kenangan. Semuanya seolah-olah hanyut dibawah oleh sungai
Tigris, setelah kota ini dibumihanguskan oleh tentara Mongol dibawah pimpinan
Hulagu Khan tahun 1258 M.
Diluar daerah kekuasaan Mongol
berkuasa daulah keturunan Turki. Mereka barkuasa dari perbatasan Siria di
sebelah Timur sampai keperbatasan Mesir di sebelah Barat, terdiri Daulah Mamluk di Mesir dan Daulah
Ustmani di Asia Kecil. Sedangkan keturunan Arab berkuasa di Yaman dan Maghribi.
15
|
14
|
Selain itu, penguasaan Mongol atas Daulah Islam hampir memusnahkan unsur Arab dan
bahasanya, juga agama Islam. dengan tindakan pemusnahan, pembakaran, dan pembunuhan selama
peperangan maka ratalah kota daerah yang dikuasai. mereka membunuh penduduknya, mereka rampas
hartanya, mereka runtuhkan gedung-gedungnya, mereka bakar kutubul khanahnya,
maka musnahlah perbendaharaan kebudayaannya. namun suatu hal yang luar biasa bahwa
Jenghis Khan yang meruntuhkan semua itu, diantara keturunannya ada yang bangun
menjadi pemelihara dan membangun kembali agama dan kebudayaan Islam[21].
F. Peradaban Islam di Negara- negara Arab.
Menurut Nourouzzaman Shiddiqi dalam bukunya sejarah
modern,Mesir, Syiria, Afrika Utara dan Arabia, sejarah umatIslamdapat dibagi
dalam tiga babakan[22]. Babakan pertama adalah
periode klasik yang dimulai sejak lahirnyaIslamsampai runtuhnya dinasti
Abbasiyah pada tahun 1258. Ciri periode ini adalah seluruh wilayah Negara
diperintah oleh seorang khalifah baik yang mempunyai wewenang dan kedudukan
maupun yang hanya simbol saja. Kedua adalah periode pertengahan yang dimulai
dari runtuhnya Dinasti Abbasiyah hingga penghujung abad XVIII. Periode ketiga
adalah periode modern, periode ini diwarnai oleh kebangkitan nasionalisme dan
cengkraman kuku penjajahan Barat yang berakhir sampai perang dunia kedua.[23]
Secara berturut-turut dan dengan
data yang sangat terbatas, tulisan ini akan membahas Negara-negara Arab pada
periode modern meliputi Mesir dan syiria.[24]
a. Pusat peradaban Islam di Mesir (kairo)
Bangsa Mesir termasuk bangsa yang paling tua dalam
sejarah. Negara Mesir telah didiami oleh bangsa Mesir semenjak beribu tahun
yang lewat, bangsa ini telah maju dalam
segala macam corak kehidupan berilmu pengetahuan yang luas dan berkebudayaan
yang tinggi, mereka dalam ilmu pengetahuan dan kebudayaan itu telah mendahului
bangsa- bangsa yang lain beribu tahun lamanya.
Bekas-bekas peninggalan mereka yang berupa
bangunan-bangunan, piramida-piramida, candi-candi, tugu-tugu ( obelisk ) serta
arca-arca besar dan kecil masih berdiri dengan megah sampai sekarang. Arca-arca dan obelisk
itu sekarang ada yang masih berdiri di Mesir ditempat semula didirikan dan ada
yang telah dipindahkan di museum Mesir, bahkan ada yang berada diluar negeri.
Pada saat itu,
penggalian-penggalian masih dilakukan sampai sekarang di bumi lembah Nil itu
dan masih diketemukan peninggalan-peninggalan bangsa Mesir purba yang amat
berharga.
16
|
18
|
b.
Perkembangan Mesir
Perkembangan
Islam di Mesir yang ditandai adanya salah satu kekhalifahan yang berjaya saat
itu, yaitu adanya kelahiran dinasti Fatimiyah. Dinasti Fatimiyah adalah
satu-satunya Dinasti
Syiah dalam Islam. Dinasti yang didirikan pada tahun 909 M di Tunisia ini
sebagai tandingan bagi penguasa dunia Muslim saat itu yang terpusat di Baghdad,
yaitu Bani Abbasiyah[27].
Wilayah
dinasti Fatimiyyah meliputi Afrika Utara, Sicilia, dan Syiria. Setelah
pembangunan kota Kairo selesai lengkap dengan istananya, Jauhar As-Siqili
mendirikan masjid Al Azhar pada 17 Ramadhan 359 H (970 M). Masjid Al Azhar
dalam perkembanganya menjadi universitas besar.
Kota
Kairo mengalami puncak kejayaan pada masa dinasti Fatimiyyah, yaitu pada masa
pemerintahan Salahuddin Al Ayyubi, pemerintahan Baybars, dan pemerintahan An
Nasir pada masa dinasti Mamalik. Periode Fatimiyyah dimulai dengan Al Muis dan
mencapai puncak kejayaan ketika dipimpin Abu Manshur Nizar al-Aziz pada tahun
975-996 M. Dibawah kekuasaannya, kekhalifahannya telah mampu mengalahkan
penguasa-penguasa Baghdad. Sehingga ia berhasil menempatkan kekhalifahan
Fatimiyyah sebagai negara Islam terbesar di kawasan Mediterania Timur.
Dinasti
Fatimiyyah dapat ditumbangkan oleh dinasti Ayyubiyah yang didirikan oleh
Salahuddin al Ayyubi, seorang pahlawan dalam perang Salib. Salahuddin tetap
mempertahankan lembaga-lembaga ilmiah yang didirikan oleh dinasti Fatimiyyah
tetapi mengubah orientasi keagamaan dari Syiah menjadi Ahlussunnah.
18
|
c. Dinasti Mamluk
Kekuasan
dinasti Ayyubiyah di Mesir diteruskan oleh dinasti Mamalik. Kaum Mamluk
menguasai Mesir dan Siria tahun 648-922/ 1250-1517. Mamluk atau Mamalik
(jamak), secara harfiah berarti budak-budak yang dimiliki mereka adalah
orang-orang Turki yang direkruit dari dua kelompok, yakni Mamluk Bakhri dan
Mamluk Buruj. Yang pertama adalah karena tempat tinggal mereka di pulau
Ar-Raudah yang terletak seakan di laut (Arab, Bahr), yang ada di sungai Nil,
dan yang ke dua adalah karena mereka menempati benteng (Arab, Burj) di Kairo.
Kaum Bakhri berasal dari Qipchaq, Rusia Selatan, yang merupakan percampuran
antara Mongol dan Kurdi, sedangkan Burj adalah orang-orang Circassia dan
Caucasus.
Dinasti
ini mampu mempertahankan pusat kekuasaanya dari serangan bangsa Mongol dan
bahkan dapat mengalahkan tentara Mongol Ain Jalut dibawah pimpiman Baybars yang
berkuasa dari 1260- 1277 M. Baybars juga dikenal sebagai perang Salib. Pada
waktu itu, Kairo menjadi satu-satunya pusat peradaban Islam yang selamat dari
serangan Mongol. Kairo ketika itu menjadi pusat peradaban Islam yang terpenting.
Dinasti
Mamluk berjaya dalam menghadapi ekspansi Mongol ke arah barat. Pasukan dari
Timur yang telah membumihanguskan Baghdad itu dipukul oleh Mamluk dibawah
pimpinannya, Qutus dan Baybars di Ain Jalut tahun 658/1260. Mamluk juga
dihormati oleh dunia Islam saat itu karena berhasil menghalau tentara Salib
dari pantai Syro-Palestina, untuk kemudian mengembangkan kekuasaannya ke Barat
hingga Cyrenaica, ke utara gunung Taurus, Mubia dan Massawa, dan ke selatan
melindungi kota-kota suci di Arabia.
21
|
Pada tahun 1575 M,
dinasti Mamalik dapat dikalahkan oleh dinasti Ustmani di Turki dan sejak itu
Kairo hanya dijadikan sebagai Ibukota provinsi Ustmani[29].
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan penyebaran peradaban
Islam diatas, baik Islam di Persia atau Islam di Negara –negara Timur tengah
maupun Negara- Negara Arab dapat kita
ambil kesimpulan ,bahwa penyebaran Peradaban Islam di Persia begitu cepat
berkembang sehingga dapat mewujudkan berbagai bidang diantaranya yaitu bidang
politik ,bidang ekonomi , bidang ilmu pengetahuan dan ilmu pembangunan fisik
dan seni.
Selain itu
juga kawasan
baghdad, banyak para ilmuan dari berbagai daerah datang ke kota ini untuk
mendalami ilmu pengetahuan yang dituntutnya. Dari kota inilah memancar sinar
kebudayaan dan peradapan Islam keseluruh dunia. Prestise, supremasi ekonomi,
dan aktivis intelektual merupakan tiga keistimewaan kota ini.
22
|
B. Kritik
dan Saran
Demikian
makalah ini kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca. Kami
menyadari, bahwa masih banyak kekurangan dari makalah yang kami buat. Untuk
itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan.
DAFTRA
PUSTAKA
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di kawasan dunia
Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
Fatah Syukur NC,M.Ag, Sejarah
Peradaban Islam .Semarang ,PT.Pustaka
Riski Putra. 2010.
Badri
Yatim, Sejarah Peradaban Islam; Dirasah Islamiyah II, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, Cet. XVI, 2004.
M.Abdul Karim, Sejarah pemikiran dan peradaban islam,yogyakarta:
Pustaka Book Publiser, 2007
Ahmad al-Santanawi, Dairat al-Ma’arif
al-Islamiyyah, Jilid II
A. Syalabi, Sejarahdan
Kebudayaan Islam 3, (Jakarta Selatan: PT. Al Husna Zikra, 1997)
Musyrifah
Sunanto, Sejarah Islam Klasik, (Jakarta Timur: Prenada Media, 2003)
Nourouzzaman Shiddiqi, sejarah
modern,Mesir, Syiria, Afrika Utara dan Arabia (Yogjakarta: Matahari Masa,1980)
Dudung Abdurrahman, sejarah Peradaban Islam dari
Masa klasik Hingga Modern (Yogjakarta: LESFI, 2003, 2004), hlm.
Mochtar Yahya, Perpindahan- Perpindahan Kekuasaan di
Timur Tengah, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1985),
Ahmad
al-Khusaery, Sejarah Islam, (Jakarta: Akbar Media Eka sarana, 2003),
cet. 1,
Philip K. Hitti, History of the Arabs, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2005),
Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab,
(Jakarta: Logos, 1997),
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam,
(Jakarta : AMZAH, 2009 )
27
|
[1] . Ajid Thohir, Perkembangan
Peradaban di kawasan dunia Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, hlm.
158
[4] . Badri
Yatim, Sejarah Peradaban Islam; Dirasah Islamiyah II, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, Cet. XVI, 2004, hlm. 138.
[6] .M.Abdul
Karim, Sejarah pemikiran dan peradaban islam,yogyakarta: Pustaka Book
Publiser, 2007, hlm,305.
[14] . maksud
pemakalah para raja yang memimpin kerajaan safawi tidak menunjukan grafik naik
dan berkembang tetapi justru memperliahatkan kemunduran karena lemahnya mereka dalam memimpin
[15]. Badri Yatim, Sejarah
Peradaban Islam; Dirasah Islamiyah II, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cet.
XVI, 2004,
hlm.156-157
[17] . A. Syalabi, Sejarahdan Kebudayaan Islam 3, (Jakarta Selatan: PT.
Al Husna Zikra, 1997), hlm. 177
[18] . Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Jakarta:
PT. Grafindo Persada, 2001), hlm. 277-278
[21]. Musyrifah Sunanto, Ibid, hlm. 197
[22]. Nourouzzaman Shiddiqi, sejarah modern,Mesir, Syiria, Afrika Utara
dan Arabia (Yogjakarta: Matahari Masa,1980) , h.1
[23]. Dudung Abdurrahman, sejarah Peradaban Islam dari
Masa klasik Hingga Modern (Yogjakarta: LESFI, 2003, 2004 ) ,hlm. 297
[26] . Ahmad al-Khusaery, Sejarah Islam, Penerj: Samson Rahman,
(Jakarta: Akbar Media Eka sarana, 2003), cet. 1, hlm. 416
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan beri masukan komentar anda