Pengikut

Senin, 13 April 2015

PENDEKATAN ANTROPOLOGIS
Sekilas Sejarah, Pijakan Paradigmatik-Teoritis, Langkah-langkah
Praktis-Metodis, Tokoh Penting dan Contoh Karya

Makalah
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendekatan Studi Keislaman
Pengampu :Dr. Abu Rokhmad, M. Ag dan Dr. M. Mukhsin Jamil, M. Ag

                                                                                                     













Disusun Oleh :
Muhammad Ichwan Anshori
NIM 1400028013
                                                            Kelas NR B   

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG
Islam sejak awal sudah diturunkan kepada masyarakat Arab dalam rangka memberi solusi terhadap problem sosial yang dihadapi masyarakat Arab tersebut. Penurunan wahyu Al-Quran secara bertahap (tadarruj) menjadi bukti bahwa Al-Quran mencoba berinteraksi dengan lingkungan masyarakat. Bahkan tidak jarang, wahyu Al-Quran turun disebabkan adanya pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan sahabat mengenai suatu persoalan yang mereka tidak ketahui jawabannya.
Dalam hal ini ada dua realitas yang bisa kita tangkap. Pertama, wahyu Al-Quran menjadi sumber rujukan utama para sahabat saat itu untuk menyelesaikan problem sosial yang mereka hadapi. Para sahabat tidak mengalami kesulitan untuk menjadikan Al-Quran sebagai referensi mengingat bahasa yang digunakan Al-Quran adalah bahasa Arab. Kedua, ketika tidak ditemukan solusi yang ada dalam Al-Quran atau tidak memahami isi kandungan Al-Quran, mereka langsung bertanya kepada Nabi Muhammad Saw. Dari sinilah institusi hadits muncul sebagai sumber primer kedua setelah Al-Quran.[1]
Dengan kata lain, pada masa Nabi Muhammad Saw masih hidup, para sahabat tidak mengalami persoalan dalam memahami isi kandungan Al-Quran. Persoalan baru muncul ketika Islam berkembang ke luar wilayah-wilayah Arab yang memiliki perbedaan bahasa dan faktor sosial-budaya yang berbeda dengan masyarakat Arab. Sejak saat itu, muncul problem metodologi pemahaman Al-Quran dan hadits dalam konteks keragaman sosial-budaya masyarakat Islam dan saat itu pula diperkenalkan metode ijtihad atau penalaran dengan ra’yu (rasio).
Dengan ijtihad tersebut, umat Islam berusaha memahami wahyu Al-Quran dan hadits Nabi dalam kaitannya dengan dinamika sosial umat Islam. Bagaimana ajaran-ajaran Al-Quran yang bersifat normatif mampu memberi jawaban terhadap permasalahan sosial yang terus berkembang. Kemudian terjadilah tarik-menarik atau dialektika antara dimensi normativitas Islam dengan dimensi historisitas Islam. Dialektika inilah yang kemudian melahirkan keragaman pemahaman Islam, baik dalam aspek teologi, fiqh, tasawuf maupun aspek sosial yang lain.
Dalam makalah ini, penulis memilih dan mencoba menguraikan mengenai metode pemahaman Islam melalui pendekatan antropologi, pijakan paradigmatik-teoritik serta langkah-langkah metodis-praktis berikut nama tokoh dan hasil karya.
B.  RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana sejarah munculnya ilmu-ilmu keislaman dengan pendekatan antropologis?
2.      Bagaimana pijakan paradigmatis-teoritis ilmu-ilmu keislaman dengan pendekatan antropologis?
3.      Bagaimana langkah-langkah yang ditempuh ilmu-ilmu keislaman dengan pendekatan antropologis?
4.      Siapa tokoh yang berperan dalam epistemologi Islam pendekatan antropologis dan contoh karya dari tokoh tersebut?












BAB II
PEMBAHASAN

A.      PENGERTIAN DAN SEJARAH PENDEKATAN ANTROPOLOGI
1.    Pengertian Antropologi dan Pendekatan Antropologi
PendekatanAntropologi tidakdapatdipisahkandaridisiplinIlmu Antropologi karenapendekatanbanyakmengadopsidaridisiplinilmu tersebut.Antropologi sendirisecaraetimologisberasaldariBahasa Yunani,yaitukataanthropos yangberarti"manusia" atau"orang", dan logosyang berarti"wacana" (dalampengertian"bernalar","berakal"). Antropologi mempelajarimanusiasebagaimakhlukbiologissekaligus makhluksosial.[2]
Secara keseluruhandefinisiantropologi adalahilmuyangmengkaji manusiadanbudayanya. Tujuannyaadalahmemperolehsuatu pemahamantotalitasmanusiasebagaimakhluk, baikdimasalampau maupunsekarang,baik  sebagaiorganismebiologismaupunsebagai makhlukberbudaya. Darihasilkajianini,makasifat-sifatfisikmanusia serta sifat khas budaya yang dimilikinya bisadiketahui.[3]
Koentjaraningrat mendefinisikan,antropologiadalahilmu tentangmanusia,khususnyatentangasalusul,anekawarna,bentuk fisik,adatistiadatdankebudayaanyang dihasilkan.[4]
Dari definisi-definisi tersebut, dapat disusun pengertian sederhana antropologi,yaitusebuahilmuyang mempelajaritentang segalaaspek darimanusia,yang terdiridariaspekfisikdannonfisik berupa warnakulit,bentukrambut,bentukmata,kebudayaan, dan berbagai pengetahuan tentang corak kehidupanlainnya yang bermanfaat.Sedangkanpengertianpendekatanantropologi dapat diartikan sebagaisalahsatuupayamemahamiagamadengan caramelihatwujud praktikkeagamaanyangtumbuhdanberkembang dalammasyarakat.[5]
2.    Sejarah Pendekatan Antropologi
Sepertidiketahuidanapayang telahterlihatdewasa ini,Islam berkembang sedemikianpesatnyakeberbagaipenjurudunia,seiring dengankemajuanilmupengetahuandanteknologi. Walaupunkajian IslamsecaraumumdisandarkanpadaAl-QurandanHadis,perbedaan- perbedaan tetapsajaterjadi,selaindiakibatkan olehberagamnya pemahamanyangditafsirkan olehparailmuwanIslam,jugadipicuoleh kondisiwilayahtempatberkembangnyaagamaIslam.
Maka untuk memahami perbedaan pemahaman di kalangan umatterhadapIslam,sudahseharusnya kajian-kajian keislamanyang salahsatunyamenyangkut kajiantatanankemasyarakatan terus dilakukan dandikembangkan. Sebagaimana telahdijelaskanbahwa, Timbulnyasikapkeberagamanyangdemikianitu juga(padadasarnya) bisadilacakdarikekeliruanumatdalammemahamiIslam.Islam yangmuatanajarannya banyakberkaitandenganmasalah-masalah sosial, ternyatabelumdapatdiangkatkepermukaandisebabkan metodedan pendekatanyang kurang komprehensif”.
Sehingga dengan pendekatan antropologi dalam studi Islam dapat  memahami agama Islam tidak hanya sebagai doktrin yang bersifatmonolitik, tetapisekaligusjugadapat memahamiIslamyang bersifatpluralistik.Disampingitu penelitian agama juga dapat dilakukan dalam upayamenggaliajaran-ajaranagamayang terdapatdalamkitab suci tersebutsertakemungkinan aplikasinya sesuai dengan perkembangan zaman.
Begitujugapendekatanantropologi terhadapagamadiperlukan untukmemberiwawasankeilmuanyanglebihkomprehensif tentang entitas(normativitasdanhistorisitas) agamadansubstansiagamayang dianggapsangatpentinguntukmembimbing kehidupanumatmanusia baikuntukkehidupan pribadi,komunitas,sosialpolitikmaupunbudaya parapenganutnya.Melaluipendekatanantropologis sebagaimana tersebutdiatas terlihatdenganjelashubungan agamadenganberbagaimasalah kehidupan manusia,dandenganitupulaagamaterlihatakrabdan fungsionaldenganberbagaifenomenakehidupanmanusia.
Pendekatanantropologis sepertiitusangatdiperlukan, sebab banyakhalyangdibicarakanagamahanyabisadijelaskandengantuntas melalui pendekatanantropologis.Dalam Al-Qur’an,sebagai  sumber utamaajaranIslammisalnya,kitamemperoleh informasi tentangkapal NabiNuhdigunungArafat,kisahAshabulKahfiyangdapatbertahanhidup dalamgualebihdaritigaratustahun lamanya.Dimanakira-kira bangkai kapalitu;dimanakira-kiragua itu;danbagaimanapulabisa terjadi  hayanmenakjubkan   itu;  ataukah  hayang  demikian merupakan  kisah fiktif. Tentu masih banyak lagi contoh  lain yang hanyadapatdijelaskandengan bantuanahligeografi danarkeologi.[6]
Dengan demikian, pendekataantropologisangat dibutuhkan dalammemahamiajaranagama,karena dalamajaran agamatersebut terdapaturaiandaninformasiyang dapatdijelaskanlewatbantuanilmu antropologi.




B.       PIJAKAN PARADIGMATIK-TEORITIS DALAM PENDEKATAN ANTROPOLOGI
Pendekatan antropologis dalam memahami agama dapat diartikan sebagai salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Melalui pendekatan ini agama nampak akrab dan dekat dengan masalah-masalah yang dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan memberikan jawabannya. Dengan demikian pendekatan antropologi dalam mengkaji agama berarti menggunakan cara-cara yang digunakan oleh disiplin ilmu antropologi dalam melihat suatu masalah dalam upaya memahami agama.[7]
Melalui pendekatan antropologi sosok agama yang berada pada dataran empirik akan dapat dilihat serat-seratnya dan latar belakang mengapa ajaran agama tersebut muncul dan dirumuskan. Antropologi berupaya melihat hubungan antara agama dengan berbagai pranata sosial yang terjadi di masyarakat. Dalam berbagai penelitian antropologi agama dapat ditemukan adanya hubungan yang positif antara kepercayaan agama dengan kondisi ekonomi dan politik.
Contoh yang mencerminkan bahwa studi agama dapat dilakukan melalui pendekatan antropologi ialah sebagaimana kisah salah seorang dari walisongo atau dikenal juga dengan sebutan Sembilan wali, yaitu Sunan Kalijaga yang dalam berdakwah, ia punya pola yang sama dengan Sunan Bonang. Paham keagamaannya cenderung “sufistik berbasis salaf” bukan sufi panteistik (pemujaan semata). Ia juga memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah, sangat toleran pada budaya lokal dan berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka mereka harus didekati secara bertahap, mengikuti sambil mempengaruhi. Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama akan hilang. Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah.[8]
Dengan menggunakan pendekatan dan perspektif antropologi tersebut di atas dapat diketahui bahwa doktrin-doktrin dan fenomena-fenomena keagamaan, ternyata tidak berdiri sendiri, dan tidak pernah terlepas dari jaringan institusi atau kelembagaan sosial kemasyarakatan yang mendukung keberadaannya. Inilah makna dari penelitian antropologi dalam memahami gejala-gejala keagamaan. Agama sebagai fenomena kehidupan yang merefleksikan diri dalam sistem sosial budaya dan dalam bentuk prilaku berpola dapat dikaji dan diteliti melalui pendekatan antropologi dengan menggunakan partisipant observation (pengamatan terlibat).[9] Pendekatan ini sangat ditekuni para ahli antropologi untuk memahami perilaku yang tak dapat diukir secara kuantitatif, karena dapat digunakan untuk memahami berbagai aspek perilaku manusia beragama secara kualitatif, sebagaimana halnya keimanan, keikhlasan, keakraban, dan lain-lain konsep yang dibangun dalam kehidupan manusia beragama dapat lebih dipahami sebagai realitas sosial.
C.      LANGKAH-LANGKAH PRAKTIS-METODIS PENDEKATAN ANTROPOLOGI
Langkah dan tahapan pendekatan antropologi  dalam studi Islamoleh Amin Abdullah[10]memiliki empat ciri fundamental meliputi:
1.    Deskriptif:Pendekatanantropologis bermuladandiawalidarikerja lapangan (fieldwork), berhubungandenganorang danatau masyarakat(kelompok) setempatyangdiamatidalamjangkawaktu yanglama. Inilayangbiasadisebutdenganthickdescription(pengamatandanobserasidilapanganyang dilakukan secaraserius, terstruktur, mendalam  danberkesinambungan), bisa dilakukan dengancaralivingin.
2.    LokalPraktis:Pendekatanantropologis disertaipraktikkonkritdan nyatadilapangan. Praktikhidupyang dilakukansehari-hari, agenda mingguan, bulananatautahunan, lebih-lebihketikamelewati peristiwa-peristiwapentingdalammenjalanikehidupan.
3.    Keterkaitanantardomainkehidupan secaralebihutuh(connections acrosssocial  domains): Pendekatanantropologismencari keterkaitan antaradomain-domain kehidupansosial secaralebih utuh.Yakni, hubunganantarawilayahekonomi,sosial,agama, budayadanpolitik. Halinidikarenakan hampirtidakadasatupun domainwilayahkehidupanyang dapatberdirisendiridanterlepas tanpaterkaitdenganwilayahdomainkehidupan yanglainnya.
4.    Komparatif (Perbandingan):Pendekataantropologis perlu melakukanperbandingan denganberbagaitradisi,sosial,budayadan agama-agama.Sepertiyang dilakukanCliffortGeertzpernah membandingkankehidupanIslamdiIndonesiadengandiMaroko.
Keempatciridiatasadalahsesuaiyang dijelaskanDawam Raharjo,bahwadalamkaitaninipendekatanantropologi lebih mengutamakanpengamatanlangsung, bahkansifatnyapartisipatif. Dimanadarinyatimbulkesimpulan-kesimpulan yangsifatnyainduktif yangmengimbangipendekatandeduktif sebagaimanadigunakandalam pengamatansosiologis.[11]
Pendekatanantropologis yanginduktif dan grounded, yaituturun kelapangantanpaberpijakpada,atausetidak-tidaknyadenganupayamembebaskandiridarikungkunganteori-teoriformalyang padadasarnyasangatabstraksebagaimanayang dilakukan dibidang sosiologidanlebih-lebihekonomiyangmempergunakan model-modelmatematis,banyakjugamemberisumbangan kepada penelitianhistoris.[12]
Oleh karenanya,keterkaitandanketerhubungan antara localpractices, religiousideas,emosi individudankelompokmaupunkepentingan sosial poilitik tidak dapat dihindari. Semuanya membentuk satu tindakanyangutuh.
D.      TOKOH PENTING DAN CONTOH KARYA PENDEKATAN ANTROPOLOGI
Sebagai contoh penelitian kajian agama melalui pendekatan antropologi seperti yang telah diuraikan di atas, berikut tokoh antropologi dunia dan hasilkaryanya,antaralain:
1.    Clifford Geertz
Karya Clifford Geertz ”The Religion of Java” menggambarkan implementasi ajaran agama pada masyarakat Islam Indonesia khususnya Jawa. Geertz mengungkapkan adanya trikotomi abangan-santri-priyayi dalam masyarakat Jawa.[13]
2.    Emile Durkheim
Emile Durkheim dalam bukunya The Elementary Forms of the Religious Life berusaha melihat bentuk agama dari yang paling sederhana yang diimani suku Aborigin di Australia sampai agama yang well-structured dan well-organized seperti yang dicerminkan dalam agama monoteis. Durkheim menemukan bahwa aspek terpenting dalam pengertian agama adalah adanya distingsi antara yang sacred dan yang profan. Namun ia tidak setuju dengan pendapat yang menyatakan bahwa yang sacred itu selalu bersifat spiritual. Dalam agama sederhana suku Aborigin Australia ditemukan bahwa penyembahan kepada yang sacred ternyata diberikan kepada hal-hal yang bersifat profan, seperti Kanguru.[14]
3.    Koentjaraningrat
Koentjaraningrat lahir di Yogyakarta tahun 1923. Beliau lulus Sarjana Sastra Bahasa Indonesia Universitas Indonesia pada tahun 1952. mendapat gelar MA dalam antropologi dari Yale University (Amerika Serikat) tahun 1956, dan gelar Doktor Antropologi dari Universitas Indonesia pada tahun 1958. Sebelum menjalani pensiun tahun 1988, ia menjadi gurubesar Antropologi pada Universitas Indonesia. Beliau pernah pula menjadi gurubesar luar biasa pada Universitas Gajah Mada, Akademi Hukum Militer, Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian, dan pernah diundang sebagai gurubesar tamu di Universitas Utrecht (Belanda), Universitas Columbia, Universitas Illinors, Universitas Ohio, Universitas Wisconsin, Universitas Malaya, Ecole des Hautes Etudes en Sciences Sociales di Paris, dan Center for South East Asian Studies, Universitas Kyoto. Penghargaan ilmiah yang diterimanya adalah gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Utrecht (1976) dan Fukuoka Asian Cultural Price (1995).
Menurut beliau, dalam menentukan dasar-dasar dari antropologi Indonesia, kita belum terikat oleh suatu tradisi sehingga kita masih dapat memilih serta mengkombinasikan berbagai unsur dari aliran yang paling sesuai yang telah berkembang di negara-negara lain, dan diselaraskan dengan masalah kemasyarakatan di Indonesia. Karya-karyanya yang telah diterbitkan antara lain Atlas Etnografi Sedunia, Pengantar Antropologi, dan Keseragaman dan Aneka Warna Masyarakat Irian Barat.[15]





BAB III
PENUTUP

A.      SIMPULAN
Metode-metode yang digunakan untuk memahami Islam suatu saat nanti mungkin dipandang tidak cukup lagi, sehingga diperlukan adanya pendekatan baru yang harus terus digali oleh para pembaharu. Dalam konteks penelitian, pendekatan-pendekatan (approaches) ini tentu saja mengandung arti satuan dari teori, metode, dan teknik penelitian. Terdapat banyak pendekatan yang digunakan dalam memahami agama. Diantaranya adalah pendekatan teologis normative, antropologis, sosiologis, psikologis, historis, kebudayaan, dan pendekatan filosofis.
Pendekatan manusia dalam memahami agama yang dimaksud adalah cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam memahami agama tersebut. Dalam memahami agama melalui pendekatan antropologi, maka dapat dilaksanakan dengan cara participan observation, yaitu berperan serta ke dalam masyarakat yang akan di teliti, guna melihat lebih dalam wujud praktek keagamaan dalam masyarakat tersebut
B.       SARAN
Demikian yang bisa sampaikan, penulis mengharapkan adanya kritik, masukan dan saran yang membangun guna perbaikan di masa yang akan datang.






DAFTAR PUSTAKA

Abdullah,  M. Amin. 1996.Studi Agama: Normativitas atau Historisitas. Yogyakarta:PustakaPelajar
Abdullah, Taufik dan Karim, M. Rusli. 1989.Metodologi Penelitian Agama. Yogyakarta : Tiara Wacana
Ali, A. Mukti, Metodologi Ilmu Agama Islam, dalam Taufik Abdullah dan Rusli Karim (Ed.) dalam Metodologi Penelitian Agama Sebuah Pengantar, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1990
Al Ghazali, Adeng Muchtar. 2011. Antropologi Agama. Bandung: Alfabeta
Ihromi, T.O. 2006. Pokok-pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Obor
Koentjaraningrat. 1996.Pengantar Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta
Nata, Abuddin. 2002. Metodologi Studi Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Pimay, Awaludin. 2008. Pendekatan Studi Islam. Semarang: Gunungjati
Tim Penyusun Ensiklopedi. 2004.Ensiklopedi Nasional Indonesia. Jakarta: PT. DeltaPamungkas
Tim Penyusun Kamus. 1999.Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa IndonesiaEdisi Kedua. Jakarta : Balai Pustaka, Cetakan Kesepuluh
Tim Penyusun Kamus. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Edisi Keempat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
http://aminabd.wordpress.com/2011/01/14/urgensi-pendekatan-antropologi-untuk-studi-agama-dan-studi-islam/
http://bloggersumut.net/2009/sejarah-budaya-sejarah-sembilan-wali




[1]Awaludin Pimay, Pendekatan Studi Islam. (Semarang: Gunungjati, 2008), hal. i
[2]Ihromi.Pokok-pokok Antropologi Budaya. (Jakarta: Obor, 2006) hal. ix
[3]Ghazali. Antropologi Agama (Bandung: Alfabeta, 2011) hal. 1-2
[4] (http://id.wikipedia.org/wiki/Antropologi)
[5] Abudin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: Grafindo, 2013) hal. 35
[6] Mukti Ali, Metodologi Ilmu Agama Islam (dalam Taufik dan Rusli, Metodologi Penelitian Agama) Yogyakarta: Tiara Wacana, 1990.
[7]Abdullah Taufik dan M. Rusli. Metodologi Penelitian Agama. (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1990) hal. 19
[8] http://bloggersumut.net/ 2009/sejarah budaya-sejarah-sembilan-wali
[9]Abdullah Taufik dan M. Rusli. Metodologi Penelitian Agama. (Yogyakarta: Tiara Wacana)
[10]http://aminabd.wordpress.com/2011/01/14/urgensi-pendekatan-antropologi-untuk-studi-agama-dan-studi-islam/
[11] M. Dawam Rahardjo, “Pendekatan Ilmiah terhadap Fenomena Keagamaan”. (dalam Taufik dan Rusli Karim, Metodologi Penelitian Agama, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1990) hal. 19
[12]Ibid, hal. 19
[13] Clifford Geertz, The Religion of Java (Chicago: University of Chicago Press, 1960)
[14] Awaludin Pimay, Pendekatan Studi Islam (Semarang: Gunungjati, 2008) hal. 99
[15] Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi (Bandung: Rineka Cipta, 1996)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan beri masukan komentar anda