PENDEKATAN
ANTROPOLOGIS
Sekilas Sejarah, Pijakan Paradigmatik-Teoritis,
Langkah-langkah
Praktis-Metodis, Tokoh Penting
dan Contoh Karya
Makalah
Disusun
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendekatan
Studi Keislaman
Pengampu
:Dr. Abu Rokhmad, M. Ag dan Dr. M.
Mukhsin Jamil, M. Ag
Disusun Oleh :
Muhammad Ichwan Anshori
NIM 1400028013
Kelas
NR B
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2015
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Islam sejak awal sudah diturunkan kepada
masyarakat Arab dalam rangka memberi solusi terhadap problem sosial yang
dihadapi masyarakat Arab tersebut. Penurunan wahyu Al-Quran secara bertahap (tadarruj) menjadi bukti bahwa Al-Quran
mencoba berinteraksi dengan lingkungan masyarakat. Bahkan tidak jarang, wahyu
Al-Quran turun disebabkan adanya pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan sahabat
mengenai suatu persoalan yang mereka tidak ketahui jawabannya.
Dalam hal ini ada dua realitas yang
bisa kita tangkap. Pertama, wahyu
Al-Quran menjadi sumber rujukan utama para sahabat saat itu untuk menyelesaikan
problem sosial yang mereka hadapi. Para sahabat tidak mengalami kesulitan untuk
menjadikan Al-Quran sebagai referensi mengingat bahasa yang digunakan Al-Quran
adalah bahasa Arab. Kedua, ketika
tidak ditemukan solusi yang ada dalam Al-Quran atau tidak memahami isi
kandungan Al-Quran, mereka langsung bertanya kepada Nabi Muhammad Saw. Dari
sinilah institusi hadits muncul sebagai sumber primer kedua setelah Al-Quran.[1]
Dengan kata lain, pada masa Nabi
Muhammad Saw masih hidup, para sahabat tidak mengalami persoalan dalam memahami
isi kandungan Al-Quran. Persoalan baru muncul ketika Islam berkembang ke luar
wilayah-wilayah Arab yang memiliki perbedaan bahasa dan faktor sosial-budaya
yang berbeda dengan masyarakat Arab. Sejak saat itu, muncul problem metodologi
pemahaman Al-Quran dan hadits dalam konteks keragaman sosial-budaya masyarakat
Islam dan saat itu pula diperkenalkan metode ijtihad atau penalaran dengan
ra’yu (rasio).
Dengan ijtihad tersebut, umat Islam
berusaha memahami wahyu Al-Quran dan hadits Nabi dalam kaitannya dengan
dinamika sosial umat Islam. Bagaimana ajaran-ajaran Al-Quran yang bersifat
normatif mampu memberi jawaban terhadap permasalahan sosial yang terus berkembang.
Kemudian terjadilah tarik-menarik atau dialektika antara dimensi normativitas
Islam dengan dimensi historisitas Islam. Dialektika inilah yang kemudian
melahirkan keragaman pemahaman Islam, baik dalam aspek teologi, fiqh, tasawuf
maupun aspek sosial yang lain.
Dalam
makalah ini, penulis memilih dan mencoba menguraikan mengenai metode pemahaman
Islam melalui pendekatan antropologi, pijakan paradigmatik-teoritik serta
langkah-langkah metodis-praktis berikut nama tokoh dan hasil karya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah
munculnya ilmu-ilmu keislaman dengan pendekatan antropologis?
2. Bagaimana pijakan
paradigmatis-teoritis ilmu-ilmu keislaman dengan pendekatan antropologis?
3. Bagaimana
langkah-langkah yang ditempuh ilmu-ilmu keislaman dengan pendekatan antropologis?
4. Siapa tokoh yang
berperan dalam epistemologi Islam pendekatan antropologis dan contoh karya dari
tokoh tersebut?
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN DAN
SEJARAH PENDEKATAN ANTROPOLOGI
1.
Pengertian
Antropologi dan Pendekatan Antropologi
PendekatanAntropologi tidakdapatdipisahkandaridisiplinIlmu Antropologi karenapendekatanbanyakmengadopsidaridisiplinilmu tersebut.Antropologi sendirisecaraetimologisberasaldariBahasa Yunani,yaitukataanthropos yangberarti"manusia"
atau"orang", dan
logosyang berarti"wacana" (dalampengertian"bernalar","berakal").
Antropologi
mempelajarimanusiasebagaimakhlukbiologissekaligus makhluksosial.[2]
Secara keseluruhandefinisiantropologi adalahilmuyangmengkaji manusiadanbudayanya. Tujuannyaadalahmemperolehsuatu pemahamantotalitasmanusiasebagaimakhluk,
baikdimasalampau
maupunsekarang,baik sebagaiorganismebiologismaupunsebagai
makhlukberbudaya. Darihasilkajianini,makasifat-sifatfisikmanusia serta sifat khas
budaya
yang dimilikinya bisadiketahui.[3]
Koentjaraningrat mendefinisikan,antropologiadalahilmu
tentangmanusia,khususnyatentangasalusul,anekawarna,bentuk fisik,adatistiadatdankebudayaanyang dihasilkan.[4]
Dari
definisi-definisi tersebut, dapat disusun
pengertian
sederhana
antropologi,yaitusebuahilmuyang mempelajaritentang
segalaaspek darimanusia,yang terdiridariaspekfisikdannonfisik
berupa warnakulit,bentukrambut,bentukmata,kebudayaan,
dan berbagai
pengetahuan
tentang corak kehidupanlainnya yang
bermanfaat.Sedangkanpengertianpendekatanantropologi
dapat diartikan sebagaisalahsatuupayamemahamiagamadengan
caramelihatwujud praktikkeagamaanyangtumbuhdanberkembang
dalammasyarakat.[5]
2. Sejarah
Pendekatan Antropologi
Sepertidiketahuidanapayang telahterlihatdewasa ini,Islam
berkembang
sedemikianpesatnyakeberbagaipenjurudunia,seiring dengankemajuanilmupengetahuandanteknologi. Walaupunkajian
IslamsecaraumumdisandarkanpadaAl-Qur’andanHadis,perbedaan- perbedaan tetapsajaterjadi,selaindiakibatkan
olehberagamnya pemahamanyangditafsirkan
olehparailmuwanIslam,jugadipicuoleh
kondisiwilayahtempatberkembangnyaagamaIslam.
Maka untuk
memahami
perbedaan pemahaman di kalangan
umatterhadapIslam,sudahseharusnya
kajian-kajian
keislamanyang salahsatunyamenyangkut kajiantatanankemasyarakatan terus
dilakukan dandikembangkan.
Sebagaimana
telahdijelaskanbahwa,
“Timbulnyasikapkeberagamanyangdemikianitu juga(padadasarnya)
bisadilacakdarikekeliruanumatdalammemahamiIslam.Islam
yangmuatanajarannya
banyakberkaitandenganmasalah-masalah sosial,
ternyatabelumdapatdiangkatkepermukaandisebabkan
metodedan
pendekatanyang
kurang komprehensif”.
Sehingga dengan
pendekatan
antropologi
dalam studi
Islam dapat memahami agama
Islam tidak hanya
sebagai
doktrin yang
bersifatmonolitik,
tetapisekaligusjugadapat
memahamiIslamyang
bersifatpluralistik.Disampingitu penelitian agama
juga dapat dilakukan
dalam upayamenggaliajaran-ajaranagamayang
terdapatdalamkitab
suci tersebutsertakemungkinan aplikasinya sesuai
dengan perkembangan
zaman.
Begitujugapendekatanantropologi
terhadapagamadiperlukan
untukmemberiwawasankeilmuanyanglebihkomprehensif
tentang entitas(normativitasdanhistorisitas)
agamadansubstansiagamayang
dianggapsangatpentinguntukmembimbing
kehidupanumatmanusia baikuntukkehidupan pribadi,komunitas,sosialpolitikmaupunbudaya
parapenganutnya.Melaluipendekatanantropologis sebagaimana tersebutdiatas terlihatdenganjelashubungan agamadenganberbagaimasalah
kehidupan manusia,dandenganitupulaagamaterlihatakrabdan fungsionaldenganberbagaifenomenakehidupanmanusia.
Pendekatanantropologis
sepertiitusangatdiperlukan,
sebab
banyakhalyangdibicarakanagamahanyabisadijelaskandengantuntas melalui
pendekatanantropologis.Dalam Al-Qur’an,sebagai sumber utamaajaranIslammisalnya,kitamemperoleh informasi tentangkapal
NabiNuhdigunungArafat,kisahAshabulKahfiyangdapatbertahanhidup
dalamgualebihdaritigaratustahun lamanya.Dimanakira-kira
bangkai
kapalitu;dimanakira-kiragua itu;danbagaimanapulabisa terjadi
hal yang menakjubkan
itu; ataukah
hal yang demikian
merupakan kisah fiktif. Tentu masih
banyak
lagi contoh lain yang
hanyadapatdijelaskandengan
bantuanahligeografi danarkeologi.[6]
Dengan
demikian,
pendekatan antropologisangat
dibutuhkan dalammemahamiajaranagama,karena
dalamajaran agamatersebut terdapaturaiandaninformasiyang
dapatdijelaskanlewatbantuanilmu
antropologi.
B. PIJAKAN PARADIGMATIK-TEORITIS
DALAM PENDEKATAN ANTROPOLOGI
Pendekatan
antropologis dalam
memahami agama dapat diartikan sebagai salah satu upaya memahami agama dengan
cara melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat. Melalui pendekatan ini agama nampak akrab dan dekat dengan
masalah-masalah yang dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan memberikan
jawabannya. Dengan demikian pendekatan antropologi dalam mengkaji agama berarti
menggunakan cara-cara yang digunakan oleh disiplin ilmu antropologi dalam
melihat suatu masalah dalam upaya memahami agama.[7]
Melalui pendekatan
antropologi sosok agama yang berada pada dataran empirik akan dapat dilihat
serat-seratnya dan latar belakang mengapa ajaran agama tersebut muncul dan
dirumuskan. Antropologi berupaya melihat hubungan antara agama dengan berbagai
pranata sosial yang terjadi di masyarakat.
Dalam berbagai penelitian antropologi agama dapat ditemukan adanya hubungan
yang positif antara kepercayaan agama dengan kondisi ekonomi dan politik.
Contoh yang
mencerminkan bahwa studi agama dapat dilakukan melalui pendekatan antropologi
ialah sebagaimana kisah salah seorang dari walisongo atau dikenal juga dengan
sebutan Sembilan wali, yaitu Sunan Kalijaga yang dalam berdakwah, ia punya
pola yang sama dengan Sunan Bonang. Paham keagamaannya cenderung “sufistik
berbasis salaf” bukan sufi panteistik (pemujaan semata). Ia juga memilih
kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah, sangat toleran pada
budaya lokal dan berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang
pendiriannya. Maka mereka harus didekati secara bertahap, mengikuti sambil
mempengaruhi. Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, dengan
sendirinya kebiasaan lama akan hilang. Ia menggunakan seni ukir, wayang,
gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah.[8]
Dengan menggunakan pendekatan dan perspektif antropologi tersebut
di atas dapat diketahui bahwa doktrin-doktrin dan fenomena-fenomena keagamaan,
ternyata tidak berdiri sendiri, dan tidak pernah terlepas dari jaringan
institusi atau kelembagaan sosial kemasyarakatan yang mendukung keberadaannya.
Inilah makna dari penelitian antropologi dalam memahami gejala-gejala
keagamaan. Agama sebagai fenomena kehidupan yang merefleksikan diri dalam
sistem sosial budaya dan dalam bentuk prilaku berpola dapat dikaji dan diteliti
melalui pendekatan antropologi dengan menggunakan partisipant observation
(pengamatan terlibat).[9]
Pendekatan ini sangat ditekuni para ahli antropologi untuk memahami perilaku
yang tak dapat diukir secara kuantitatif, karena dapat digunakan untuk memahami
berbagai aspek perilaku manusia beragama secara kualitatif, sebagaimana halnya
keimanan, keikhlasan, keakraban, dan lain-lain konsep yang dibangun dalam
kehidupan manusia beragama dapat lebih dipahami sebagai realitas sosial.
C. LANGKAH-LANGKAH
PRAKTIS-METODIS PENDEKATAN ANTROPOLOGI
Langkah dan tahapan pendekatan
antropologi dalam studi
Islamoleh Amin Abdullah[10]memiliki empat ciri fundamental
meliputi:
1. Deskriptif:Pendekatanantropologis bermuladandiawalidarikerja
lapangan
(fieldwork),
berhubungandenganorang
danatau
masyarakat(kelompok)
setempatyangdiamatidalamjangkawaktu yanglama. Inilah yangbiasadisebutdenganthickdescription(pengamatandanobserasidilapanganyang dilakukan secaraserius,
terstruktur,
mendalam danberkesinambungan),
bisa dilakukan dengancaralivingin.
2.
LokalPraktis:Pendekatanantropologis disertaipraktikkonkritdan
nyatadilapangan. Praktikhidupyang dilakukansehari-hari, agenda
mingguan, bulananatautahunan, lebih-lebihketikamelewati
peristiwa-peristiwapentingdalammenjalanikehidupan.
3.
Keterkaitanantardomainkehidupan
secaralebihutuh(connections acrosssocial
domains): Pendekatanantropologismencari keterkaitan antaradomain-domain
kehidupansosial secaralebih utuh.Yakni,
hubunganantarawilayahekonomi,sosial,agama,
budayadanpolitik.
Halinidikarenakan
hampirtidakadasatupun
domainwilayahkehidupanyang dapatberdirisendiridanterlepas
tanpaterkaitdenganwilayahdomainkehidupan yanglainnya.
4.
Komparatif (Perbandingan):Pendekatan antropologis
perlu melakukanperbandingan denganberbagaitradisi,sosial,budayadan agama-agama.Sepertiyang dilakukanCliffortGeertzpernah membandingkankehidupanIslamdiIndonesiadengandiMaroko.
Keempatciridiatasadalahsesuaiyang
dijelaskanDawam Raharjo,bahwadalamkaitaninipendekatanantropologi lebih
mengutamakanpengamatanlangsung, bahkansifatnyapartisipatif.
Dimanadarinyatimbulkesimpulan-kesimpulan
yangsifatnyainduktif yangmengimbangipendekatandeduktif
sebagaimanadigunakandalam
pengamatansosiologis.[11]
Pendekatanantropologis yanginduktif
dan grounded, yaituturun kelapangantanpaberpijakpada,atausetidak-tidaknyadenganupayamembebaskandiridarikungkunganteori-teoriformalyang padadasarnyasangatabstraksebagaimanayang dilakukan dibidang sosiologidanlebih-lebihekonomiyangmempergunakan
model-modelmatematis,banyakjugamemberisumbangan kepada
penelitianhistoris.[12]
Oleh karenanya,keterkaitandanketerhubungan
antara localpractices, religiousideas,emosi
individudankelompokmaupunkepentingan
sosial
poilitik tidak dapat dihindari. Semuanya
membentuk satu tindakanyangutuh.
D.
TOKOH PENTING DAN CONTOH
KARYA PENDEKATAN ANTROPOLOGI
Sebagai contoh penelitian
kajian agama
melalui pendekatan antropologi seperti yang telah diuraikan di atas, berikut
tokoh antropologi dunia dan hasilkaryanya,antaralain:
1.
Clifford Geertz
Karya Clifford Geertz ”The Religion of Java” menggambarkan
implementasi ajaran agama pada masyarakat Islam Indonesia khususnya Jawa.
Geertz mengungkapkan adanya trikotomi abangan-santri-priyayi dalam
masyarakat Jawa.[13]
2.
Emile Durkheim
Emile Durkheim dalam bukunya The Elementary Forms of the Religious
Life berusaha melihat bentuk agama dari yang paling sederhana yang diimani
suku Aborigin di Australia sampai agama yang well-structured dan
well-organized seperti yang dicerminkan dalam agama monoteis. Durkheim
menemukan bahwa aspek terpenting dalam pengertian agama adalah adanya distingsi
antara yang sacred dan yang profan. Namun ia tidak setuju dengan
pendapat yang menyatakan bahwa yang sacred itu selalu bersifat
spiritual. Dalam agama sederhana suku Aborigin Australia ditemukan bahwa
penyembahan kepada yang sacred ternyata diberikan kepada hal-hal yang
bersifat profan, seperti Kanguru.[14]
3.
Koentjaraningrat
Koentjaraningrat
lahir di Yogyakarta tahun 1923. Beliau lulus Sarjana Sastra Bahasa Indonesia
Universitas Indonesia pada tahun 1952. mendapat gelar MA dalam antropologi dari
Yale University (Amerika Serikat) tahun 1956, dan gelar Doktor Antropologi dari
Universitas Indonesia pada tahun 1958. Sebelum menjalani pensiun tahun 1988, ia
menjadi gurubesar Antropologi pada Universitas Indonesia. Beliau pernah pula
menjadi gurubesar luar biasa pada Universitas Gajah Mada, Akademi Hukum
Militer, Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian, dan pernah diundang sebagai
gurubesar tamu di Universitas Utrecht (Belanda), Universitas Columbia,
Universitas Illinors, Universitas Ohio, Universitas Wisconsin, Universitas
Malaya, Ecole des Hautes Etudes en Sciences Sociales di Paris, dan Center for
South East Asian Studies, Universitas Kyoto. Penghargaan ilmiah yang
diterimanya adalah gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Utrecht (1976)
dan Fukuoka Asian Cultural Price (1995).
Menurut beliau,
dalam menentukan dasar-dasar dari antropologi Indonesia, kita belum terikat
oleh suatu tradisi sehingga kita masih dapat memilih serta mengkombinasikan
berbagai unsur dari aliran yang paling sesuai yang telah berkembang di
negara-negara lain, dan diselaraskan dengan masalah kemasyarakatan di
Indonesia. Karya-karyanya yang telah diterbitkan antara lain Atlas
Etnografi Sedunia, Pengantar Antropologi, dan Keseragaman dan Aneka Warna
Masyarakat Irian Barat.[15]
BAB III
PENUTUP
A.
SIMPULAN
Metode-metode
yang digunakan untuk memahami Islam suatu saat nanti mungkin dipandang tidak
cukup lagi, sehingga diperlukan adanya pendekatan baru yang harus terus digali
oleh para pembaharu. Dalam konteks penelitian, pendekatan-pendekatan (approaches)
ini tentu saja mengandung arti satuan dari teori, metode, dan teknik
penelitian. Terdapat banyak pendekatan yang digunakan dalam memahami agama.
Diantaranya adalah pendekatan teologis normative, antropologis, sosiologis,
psikologis, historis, kebudayaan, dan pendekatan filosofis.
Pendekatan manusia dalam memahami agama yang dimaksud adalah cara pandang atau
paradigma yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan
dalam memahami agama tersebut. Dalam memahami agama melalui pendekatan
antropologi, maka dapat dilaksanakan dengan cara participan observation, yaitu
berperan serta ke dalam masyarakat yang akan di teliti, guna melihat lebih
dalam wujud praktek keagamaan dalam masyarakat tersebut
B.
SARAN
Demikian yang bisa sampaikan, penulis mengharapkan adanya kritik, masukan
dan saran yang membangun guna perbaikan di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. Amin. 1996.Studi Agama: Normativitas atau
Historisitas. Yogyakarta:PustakaPelajar
Abdullah,
Taufik dan Karim, M. Rusli. 1989.Metodologi Penelitian Agama. Yogyakarta
: Tiara Wacana
Ali, A. Mukti, Metodologi Ilmu Agama Islam,
dalam Taufik Abdullah dan Rusli Karim (Ed.) dalam Metodologi Penelitian
Agama Sebuah Pengantar, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1990
Al Ghazali, Adeng Muchtar. 2011. Antropologi Agama. Bandung:
Alfabeta
Ihromi, T.O.
2006. Pokok-pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Obor
Koentjaraningrat. 1996.Pengantar
Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta
Nata, Abuddin. 2002. Metodologi
Studi Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Pimay, Awaludin. 2008. Pendekatan Studi Islam.
Semarang: Gunungjati
Tim Penyusun Ensiklopedi. 2004.Ensiklopedi Nasional Indonesia. Jakarta: PT. DeltaPamungkas
Tim
Penyusun Kamus. 1999.Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Edisi Kedua. Jakarta : Balai Pustaka,
Cetakan Kesepuluh
Tim
Penyusun Kamus. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Edisi
Keempat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
http://aminabd.wordpress.com/2011/01/14/urgensi-pendekatan-antropologi-untuk-studi-agama-dan-studi-islam/
http://bloggersumut.net/2009/sejarah-budaya-sejarah-sembilan-wali
http://bloggersumut.net/2009/sejarah-budaya-sejarah-sembilan-wali
[3]Ghazali.
Antropologi Agama (Bandung: Alfabeta, 2011) hal. 1-2
[4]
(http://id.wikipedia.org/wiki/Antropologi)
[5]
Abudin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: Grafindo, 2013) hal. 35
[6]
Mukti Ali, Metodologi Ilmu Agama Islam (dalam Taufik dan Rusli, Metodologi
Penelitian Agama) Yogyakarta: Tiara Wacana, 1990.
[7]Abdullah Taufik dan M. Rusli. Metodologi
Penelitian Agama. (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1990) hal. 19
[8]
http://bloggersumut.net/ 2009/sejarah budaya-sejarah-sembilan-wali
[9]Abdullah Taufik dan M. Rusli. Metodologi
Penelitian Agama. (Yogyakarta: Tiara Wacana)
[10]http://aminabd.wordpress.com/2011/01/14/urgensi-pendekatan-antropologi-untuk-studi-agama-dan-studi-islam/
[11] M.
Dawam Rahardjo, “Pendekatan Ilmiah terhadap Fenomena Keagamaan”. (dalam Taufik
dan Rusli Karim, Metodologi Penelitian Agama, Yogyakarta: Tiara Wacana,
1990) hal. 19
[12]Ibid,
hal. 19
[13]
Clifford Geertz, The Religion of Java (Chicago: University of Chicago Press,
1960)
[14]
Awaludin Pimay, Pendekatan Studi Islam (Semarang: Gunungjati, 2008) hal. 99
[15]
Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi (Bandung: Rineka Cipta, 1996)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan beri masukan komentar anda