MENEJEMEN
PENDIDIKAN HOME SCHOOLING GUNA MEWUJUDKAN PEMBELAJARAN BERJIWA MANDIRI
Makalah
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Menejemen Pendidikan
Dosen
Pengampu: Dr.Hj Nur Uhbiyati M.Pd
Disusun
Oleh:
Nama :Mashadi
NIM : 1400018029
PROGAM
PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Manusia
adalah mahluk yang unik , memiliki
karakteristik masing-masing kemampuan yang berbeda-beda ,serta kebutuhan yang
berbeda pula, sudah sepantasnya bagi orang tua mempunyai impian yaitu memiliki buah hati yang sehat ,
aktif dan cerdas tapi sayangnya ,karena
ada beberapa factor ,impian ini tak bisa terwujudkan.Sang buah hati lahir
dengan kelainan yang mengakibatkan gangguan pada kemampuan motorik maupun
sensoriknya.
Reaksi
pertama orang tua yang paling mungkin adalah kekecewaan dan kesedihan mendalam,
yang kemudian disusul rasa malu. Perasaan malu ini pula yang membuat para orang tua memilih
untuk bersembunyi dan menutup-nutupi keadaan buah hatinya dari lingkungan
sekitarnya ketimbang mencari informasi yang bener mengenai buah hatinya. Meski
sudah banyak sekolah-sekolah khusus atau pusat konsultasi yang menangani anak
dengan kelainan mental , tak banyak orang tua yang merespon secara positif ,
dengan alasan yaitu tak ingin “ aib “ yang dibawa sang buah hati tersebar
keluar rumah[1] .
Berdasarkan undang-undang yang ada di Indonesia menjelaskan bahwa jenis
pendidikan di Indonesia terbagi menjadi tiga jalur (macam) ,yang pertama jalur
formal ,yang kedua jalur nonformal dan yang ketiga informal. Pendidikan formal
adalah pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan
anak usia dini,pendidikan dasar,pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
Di masyarakat, pendidikan formal biasa dikenal sebagai SD, SMP, SMA, dan
perguruan tinggi. Dalam pendidikan formal, siswa belajar dan dididik menurut
kurikulum tertentu, diadakan di sekolah, serta belajar menurut materi ajar dan
jadwal yang ditetapkan sebelumnya.
Pendidikan nonformal adalah layanan pendidikan yang berfungsi sebagaipengganti,
penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formaldalam rangka mendukung pendidikan
sepanjang hayat.Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi
pesertadidik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan danketerampilan
fungsional serta pengembangan sikap dankepribadian professional.
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga
dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri (home schooling)
dan hasil pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan formal dan
nonformal setelah pesertadidik lulus ujian sesuai dengan standar nasional
pendidikan.
B. Rumusan Masalah
a)
Pengertian home schooling
b)
Sejarah atau lahirnya home schooling
c)
Menejemen pendidikan home schooling.
d)
Upaya-upaya menjadikan siswa mandiri
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Home Schooling
Menurut Marsha Ransom, penulis buku “The CompleteIdiot’s Guide to
Homeschooling”, homeschooling adalahistilah generik yang sering digunakan
untukmenggambarkan keluarga-keluarga yang memilih untukmendidik anaknya di
rumah. Tetapi, istilah homeschoolingitu sendiri sering dianggap kurang tepat
karena istilah ituseolah-olah menggambarkan model pendidikan yangmenggunakan
metode seperti lembaga sekolah (ruangkelas, buku pelajaran, guru, murid, tes,
rapor, kelas, dansebagainya[2].
Oleh karena itu, sebagian keluarga lebih menyukaisebutan home
education atau home-based learning karena mereka menggunakan rumah sebagai
titik berangkatpendidikan dan belajar, tetapi model belajar yangdigunakanya tak
seperti sekolah. Mereka menggunakankeseharian dan lingkungan sekitar sebagai
bagian integralyang digunakan dalam proses belajar dan pendidikan anak- anak.Para
orangtua lebih menempatkan diri sebagaifasilitator dan mentor daripada sebagai
guru dalampengertian tradisional. Keluarga-keluarga ini mungkin jugamenggunakan
buku pelajaran dan metode konvensionallainya, tetapi mereka berusaha mengaitkan
antara materiyang dipelajari anak-anak dengan dunia nyata sehari-hariyang
dijalani.[3]Kendatipun
ada beberpa perbedaan dalam pemaknaan home schooling , secara subtansi ada
beberapa hal yang terkandung dalam pengertian homeschooling dan menjadi
kesepakatan:
Homeschooling
adalah model pendidikan alternative
Homeschooling
adalah pendidikan berbasis keluarga
Sehingga
pemakalah memberikan pengertian bahwa yang dimaksud dengan homeschooling adalah
model pendidikan
dimana sebuah keluarga memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas pendidikan
anaknya dengan menggunakan rumah sebagai basis pendidikannya, Memilih untuk
bertanggungjawab berarti orangtua terlibat langsung menentukan proses
penyelenggaraan pendidikan, penentuan arah dan tujuan pendidikan, nilai-nilai
yang hendak dikembangkan, kecerdasan dan keterampilan, kurikulum dan materi,
serta metode dan praktek belajar, yang memungkinkan anak berkembang sesuai
dengan potensi diri mereka masing-masing.
B.
Sejarah Home schooling
Menurut John Cadlwell
Holt (Simbolon, 2008), filosofi berdirinya home schooling adalah manusia pada
dasarnya makhluk belajar dan senang belajar, kita tidak perlu ditunjukkan
bagaimana cara belajar. Yang membunuh kesenangan belajar adalah orang-orang yang
berusaha menyelak, mengatur, atau mengontrolnya. Didorong oleh filosofi
tersebut, pada tahun 1960-an terjadi perbincangan dan perdebatan luas mengenai
pendidikan sekolah dan sistem sekolah. Sebagai guru dan pengamat anak dan
pendidikan, Holt menyatakan bahwa kegagalan akademis pada siswa tidak
ditentukan oleh kurangnya usaha pada sistem sekolah, tetapi disebabkan oleh
sistem sekolah itu sendiri.
Pada waktu yang
hampir bersamaan, akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an, Ray dan Dorothy
Moor melakukan penelitian mengenai kecenderungan orang tua menyekolahkan anak
lebih awal (early childhood education). Penelitian mereka menunjukkan bahwa
memasukkan anak-anak pada sekolah formal sebelum usia 8-12 tahun bukan hanya
tak efektif, tetapi sesungguhnya juga berakibat buruk bagi anak-anak, khususnya
anak-anak laki-laki karena keterlambatan kedewasaan mereka,
Setelah pemikirannya tentang kegagalan sistem sekolah mendapat tanggapan luas, kemudian Holt menerbitkan karyanya yang lain Instead of Education dan Ways to Help People Do Things Better pada tahun 1976. Buku ini mendapat sambutan hangat dari para orangtua pendukung home schooling di berbagai penjuru Amerika Serikat. Pada tahun 1977, Holt menerbitkan majalah untuk pendidikan di rumah yang diberi nama Growing Without Schooling.
Setelah pemikirannya tentang kegagalan sistem sekolah mendapat tanggapan luas, kemudian Holt menerbitkan karyanya yang lain Instead of Education dan Ways to Help People Do Things Better pada tahun 1976. Buku ini mendapat sambutan hangat dari para orangtua pendukung home schooling di berbagai penjuru Amerika Serikat. Pada tahun 1977, Holt menerbitkan majalah untuk pendidikan di rumah yang diberi nama Growing Without Schooling.
Serupa dengan Holt,
Ray dan Dorothy Moore kemudian menjadi pendukung dan konsultan penting home
schooling. Setelah itu, home schooling terus berkembang dengan berbagai alasan.
Selain karena alasan keyakinan (beliefs), pertumbuhan home schooling juga
banyak dipicu oleh ketidakpuasan atas sistem pendidikan di sekolah formal.
C.
Faktor Penyebab Lahirnya Home
Schooling
1. ketidakpuasan terhadap sekolah
Alasan orangtua memilih homeschoolingmungkin memang disebabkan ketidakpuasan
merekaterhadap model pendidikan sekolah yang ada. Apalagi diIndonesia yang
dikenal memiliki kualitas pendidikan burukdibandingkan negara-negara lain di
dunia[4].
Menurut NCES, tiga
alasan tertinggi keluarga diAmerika Serikat memilih homeschooling adalah:
Ø Orangtua ingin
meningkatkan kualitas pendidikan anak
Ø Alasan agama (religious reason)
Ø Buruknya lingkungan belajar di sekolah
Hal-hal lain yang sering menjadi alasan
danpertimbangan keluarga melakukan homeschooling adalah pergaulan disekolahan
tidak kondusif ,orang tua berpindah –pindah , Orangtua tidak puas dengan
sekolah yang ada, Sekolah bagus semakin mahal, Anak-anak memiliki kebutuhan
khusus, Orangtua ingin mengembangkan nilai & visi keluarga, Membangun
ikatan keluarga[5].
Menejemen
adalah kegiatan atau seni untuk melaksanakan sesuatu pekerjaan melalui orang
lain ( stoner: 1995 ;7 ) selanjutnya stoner (1995: 8) mengemumkakan bahwa
menejemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan dan
pengendalian upaya anggota organisasi dan penggunaan semua sumberdaya
organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan
efesien[6].
Menejemen
pada dasarnya merupakan suatu proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk
mencapai sasaran atau tujuan tertentu, istilah menejemen dalam ilmu ekonomi
yang memfokuskan pada profit (keuntungan) dan komoditas komersial[7].
Didalam menejemen home schooling
sebenarnya tidak jauh berbeda dengan menejemen disekolah formal atau nonformal,
ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam menejemen home schooling
diantaranya sebagai berikut:
1.
Perencanaan (planning)
Perencanaan
tidak lain merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai beserta
cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut, sehingga perencanaan mempunyai arti
penting yaitu memberikan kejelasan arah bagi setiap kegiatan, sehingga setiap
kegiatan dapat diusahakan dan dilaksanakan seefisien dan seefektif mungkin.
2. Pengorganisasian
(organizing)
Pengorganisasian adalah tindakan
mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang,
sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien, dan memperoleh kepuasan
pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu, dalam kondisi lingkungan
tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu”.Struktur home schooling meliputi
guru, peserta didik ,orang tua ,tempat belajar yang edukatif dan prasarana yang
memadahi, sehingga dalam pelaksanaanya berjalan dengan baik dan maksimal.
3. Pelaksanaan (actuating)
Dari seluruh
rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen
yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak
berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi
actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan
orang-orang dalam organisasi.
Dalam hal ini
pemakalah mengemukakan bahwa pelaksanaan(actuating) merupakan usaha
menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka
berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran tersebut.
4. Pembetukan
kurikulum.
pembetukan kurikulum dalam
pembelajaran home schooling adalah kurikulum yang didesain sendiri, namun tetap
mengacu kepada kurikulum nasionalcontoh homeschooling Kak Seto mengacu kepada peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan (SKL). Selain itu kurikulum yang diterapkan adalah
kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang disusun oleh Homeschooling Kak
Seto. Dalam kegiatan tutorial kedua acuan tersebut disusun dan
disampaikan dengan metode Homeschooling Kak Seto sehingga dirasakan
berbeda dengan sekolah formal, agar peserta dapat mengikuti proses
pembelajaran dengan menyenangkan[8].
5. pengawasan (controlling)
Pengawasan (controlling) merupakan fungsi manajemen yang tidak
kalah pentingnya dalam suatu organisasi. Semua fungsi terdahulu, tidak akan
efektif tanpa disertai fungsi pengawasan
6. Proses Pembelajaran.
Metode
pembelajaran pada HSKS cabang Semarang adalah menggunakan pendekatan yang lebih
tematik, aktif, kontekstual sertabelajar mandiri melalui penekanan kepada
kecakapan hidup danketerampilan dalam memecahkan masalah. Untuk itulah
prosespembelajaran di HSKS cabang Semarang dilakukanmenyenangkan tidakterpaku
dengan akademik.
a)
Komunitas
Komunitas merupakan proses
pembelajaran dimana peserta
dikumpulkan di
sebuah kelas untuk belajar sambil bersosialisasi denganteman-temannya. Dalam
komunitas jadwal belajar peserta di tentukan olehtutorial.
b)
Distance
learning (Belajar Jarak Jauh)
Merupakan proses pembelajaran
dimana peserta belajar di rumahdengan modul dan orang tua yang berperan besar
sebagai pendidiknya. Dalamdistance learning jadwal belajar disusun
sesuai kesepakatan antara pesertadengan orang tua.
c)
Tutor
Visit
Merupakan metode pembelajaran
dimana peserta belajar di rumah dandidampingi oleh tutor. Dalam tutor visit
jadwal belajar disusun sesuai dengankesepakatan antara peserta, orang tua dan
tutor.
d)
Project
Class
Merupakan proses pembelajaran dimana
peserta belajarmelakukanpercobaan-percobaan ilmiah dan keterampilan lainnya.
Dimana denganmelakukan project class peserta dapat mengembangkan
kreatifitasnya.
e)
Menonton
Pertunjukan
Merupakan proses pembelajaran
dimana peserta belajar ,melaluipertunjukan film , teater, orkestra, seni drama,
seni lawak, seni music, senimodern / tradisional dan konser musik.
f)
Ekstrakurikuler
Kegiatan
ini meliputi kegiatan olah fisik / olahraga dan kegiatan dibidang seni
sesuai dengan minat dan bakat siswa seperti seni musik, olah vokal, seni
lukis, tari dan menulis / journalis.
g)
Outing
Merupakan proses pembelajaran
dimana peserta belajar diluar kelasbaik berupa kunjungan ke tempat terbuka
maupun tertutup, seperti kebun raya,kebun satwa, ekowisata, agrowisata, industry
manufacturing, museum,puspitek, pusat seni, peninggalan purbakala. Dan
sebagainya.
h) Parent’s
Meeting
Kegiatan
ini dilakukan dua kali dalam satu semester dimanaorangtua/ wali murid akan
memperoleh laporan perkembangan putra/ putrinya dari pihak sekolah. Kegiatan
berupa seminar, konseling dan pembagian hasil kegiatan belajar
putra/putrinya.
i)
Bimbingan Konseling
Adalah
salah satu bentuk pelayanan kepada homeschooler dan orangtua berkaitan dengan
kondisi psikologis maupun sosial yang berhubungan dengan kegiatan belajar
mengajar. Kegiatan ini meliputi pemberian materi di kelas, pemberian
motivasi belajar, konsultasi pribadi dan diskusi kelompok dengan orangtua
dan homeschooler.
7. Anggaran Dana (oprasional atau pembiayaan)
Salah
satu factor yang paling penting dalam menejemen keuangan disekolahan atau home
schooling adalah dengan cara, pengelolaan keuangan dikaitkan dengan program
tahunan sekolah, Inti dari
manajemen keuangan adalah pencapaian efisiensi dan efektivitas. Oleh karena
itu, disamping mengupayakan ketersediaan dana yang memadai untuk kebutuhan
pembangunan maupun kegiatan rutin operasional di sekolah, juga perlu
diperhatikan faktor akuntabilitas dan transparansi setiap penggunaan keuangan
baik yang bersumber pemerintah, masyarakat dan lain sebagainya.
E.
Upaya-upaya untuk mewujudkan
pendidikan berjiwa mandiri
a.
Pembiasaan
Pendidikan merupakan usaha sadar manusia dalam mencapai tujuan,yang dalam
prosesnya diperlukan metode yang efektif
dan menyenangkan. Oleh karena itu ada suatu prinsip umum dalam memfungsikan
metode bahwa pembelajaran perlu disampaikan dalam suasana
interaktif,menyenangkan,menggembirakan,penuh dorongan motifasi dan memberikan
ruang gerak yang lebih leluasa kepada peserta didikdalam membentuk kompetensi
dirinya untuk mencapai tujuan ,dari berbagai metode pendidikan , metode yang
paling tua adalah pembiasaan[9].
Dalam bidang
psikologi pendidikan, metode pembiasaan dikenal dengan istilah operan
conditioning, mengajarkan peserta didik untuk membiasakan prilaku terpuji
,disiplin giat belajar, kerja keras ,ikhlas, jujur dan bertanggung jawab atas
setiap tugas yang telah diberikan.Metode pembiasaan ini perlu diterapkan oleh
guru dalam proses pembentukan karakter, untuk membiasakan peserta didik dengan
sifat –sifat baik dan terpuji, impus-impuls positif menuju neokortek agar
tersimpan dalam system otak, sehingga aktifitas yang dilakukan oleh peserta
didik terekam secara positif. Demikian halnya untuk membangkitkan apa-apa yang
telah masuk dalam otak bawah sadar ,peserta didik harus dilatih dan dibiasakan
dalam setiap pembelajaran dan kehidupan sehari-hari[10].
b. Keteladanan
Pribadi guru memiliki
andil yang sangat besar terhadapa keberhasilan pendidikan ,terutama dalam
pendidikan karakter, yang sangat berperan dalam membentuk pribadi peserta
didik. Hal ini dapat dimaklumi karena manusia merupakan yang suka mencontoh
,termasuk peserta didik mencontoh pribadi gurunya dalam membentuk pribadinya,
semua itu menunjukan bahwa kompetensi personal atau kepribadian guru sangat
dibutuhkan oleh peserta didik dalam proses pembetukan pribadinya, oleh karena
itu wajar, ketika orang tua mendaftarkan anak ke suatu sekolah akan mencari
tahu dulu siapa guru-gurunya yang akan membimbing anaknya.
Keteladanan guru
sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan pribadi para
peserta didik, keteladanan ini memiliki peran dan fungsi yang sangat penting
guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia(SDM), serta
menyejahterakan masyarkat , kemajuan negara dan bangsa pada umumnya,oleh karena
itu dalam mengefektifkan dan menyukseskan pendidikan karakter disekolah ,
setiap guru dituntut untuk memiliki kompetensi kepribadian yang memadahi, dalam
hal ini guru tidak hanya dituntut untuk mampu memaknai pembelajaran, tetapi
yang penting adalah bagaimana dia menjadikan sebagai ajang pembentukan karakter
dan perbaikan kualitas pribadi peserta didik.
c. Pembinaan
disiplin peserta didik
Dalam rangka menyukseskan
pendidikan[11]
guru harus mampu menumbuhkan disiplin peserta didik ,terutama disiplin diri
sendiri ( self-discipline). Guru harus mampu mengembangkan pola prilaku peserta
didik , meningkatkan standar prilakunya dan melaksanakan aturan sebagai alat
untuk menegakan disiplin[12].
Membina disiplin peserta didik
harus mempertimbangkan berbagai situasi, dan memahami factor-faktor yang
memengaruhinya oleh karena itu disarankan kepada guru untuk melakukan hal-hal
sebagai berikut:
Bergairah dan semangat dalam melakukan pembelajaran
agar dijadikan teladan oleh peserta didik.
Memberikan tugas yang jelas dapat dipahami,
sederhana dan tidak bertele-tele.
Memulai disiplin waktu, patuh terhadap aturan
d. Ctl (
contextual teaching and learing )
Pembelajaran
kontekstual ( contextual teaching and learing ) yang sering disingkat ctl
merupakan salah satu model pembelajaran
yang dapat digunakan untuk mengefektifkan dan menyukseskan pembelajaran baik
disekolah maupun dirumah.Dalam pembelajaran kontekstual tugas guru adalah
memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik dengan mneyediakan berbagai
saran dan sumber belajar yang memadai, serta menciptakan iklim yang kondusif
bagi tumbuh kembangnya setiap karakter peserta didik[13]
e. Bermain
peran
Hampir setiap
pembelajaran ,guru dan peserta didik sering dihadapkan pada berbagai masalah,
baik yang berkaitan dengan mata pelajaran maupun yang menyangkut hubungan
social, melalui bermain peran , para peserta didik mencoba mengeksplorasi
hubungan-hubungan antar manusia dengan cara memperagakan
F.
Evaluasi
Menggunakan
data hasil pengukuran (evaluasi) menjadi sangat pentingdi dalam menetapkan
manajemen pendidikan ,karena dengan cara mengevaluasi seluruh kegiatan ,maka
kegagalan suatu menejemen atau keberhasilan menejemen akan lebih jelas.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Setelah penulis menguraiakan beberapa hal yang berhubungan dengan
menejemen home schooling maka tibalah saatnya penulis menyimpulkan beberapa
kesimpulan diantaranya:
1)
Homeschooling adalah model pendidikan dimana
sebuah keluarga memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anaknya
dengan menggunakan rumah sebagai basis pendidikannya, Memilih untuk bertanggung
jawab berarti orangtua terlibat langsung menentukan proses penyelenggaraan
pendidikan, penentuan arah dan tujuan pendidikan, nilai-nilai yang hendak
dikembangkan, kecerdasan dan keterampilan, kurikulum dan materi, serta metode
dan praktek belajar, yang memungkinkan anak berkembang sesuai dengan potensi
diri mereka masing-masing.
2)
Sejarah berdirinya home schooling dikarena orang tua memasuk anak-
anak pada sekolah formal lebih awal sebelum umur 8-12 tahun sehingga prodak
atau hasilnya berakibat buruk bagi anak, sehingga orang tua cenderung atau
tidak merasa puas terhadap pendidikan disekolah formal.
3)
Didalam
menejemen home schooling sebenarnya tidak jauh berbeda dengan menejemen
disekolah formal atau nonformal, terstruktur meliputi guru, peserta didik
,orang tua ,tempat belajar yang edukatif dan prasarana yang memadahi, sehingga
dalam pelaksanaanya berjalan dengan baik dan maksimal.
4)
Upaya-upaya
untuk mewujudkan pendidikan berjiwa mandiri
meliputi :
Pembiasaan
Keteladanan
Kedisiplinan
Ctl ( contextual teaching and learing )
Bermain peran
B.Kritik dan Saran
Demikian
makalah yang membahas tentang menejemen pendidikan home schooling guna
mewujudkan pembelajaran yang berjiwa mandiri ,semoga dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Penulis menyadari, bahwa masih
banyak kekurangan dari makalah yang penulis buat buat. Terutama masalah penulisan
atau penyusunan kalimat yang jauh dari kesempurnaan Untuk itu, kritik dan saran
yang membangun sangat penulis harapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Galih A
Veskarisyanti “12 terapi autis paling efektif dan hemat “ Yogyakarta :
Pustaka anggrek
Sumardiono,Home
schooling Vs sekolah”(www: rumah inspirasi dan bentang ilmu),
Sumardiono,”Alasan
dan Tujuan Homeschooling” (www: rumah inspirasi dan bentang ilmu),
Sufyarma,“ kapita selekta menejemen pendidikan” (Bandung: Cv
Alfabeta : 2003-2004),
Muhaimin ,menejemen pendidikan aplikasinya dalam penyusunan
rencana pengembangan sekolah/madrasah” (Jakarta: kencana 2011),
Brosur Homeschooling Kak Seto
Cabang Semarang
Mulyasa, Menejemen pendidikan
karakter” (Jakarta:Buni aksara :2011
Mary Griffith, Home schooling: menjadikan setiap tempat sebagai
tempat belajar ( Bandung : Nuansa , cet 3 : 2012
Sumardiono,”FAQ
Hom$chooling” , (www: rumah inspirasi dan bentang ilmu),
[1]. Galih A
Veskarisyanti “12 terapi autis paling efektif dan hemat “ Yogyakarta :
Pustaka anggrek ,hlm, 7
[2] .Sumardiono,Home
schooling Vs sekolah” (www: rumah inspirasi dan bentang ilmu), hlm,3
[3] . Ibid, hlm.,4
[4]
.Sumardiono,”Alasan
dan Tujuan Homeschooling” (www: rumah inspirasi dan bentang ilmu), hlm.,8
[5] .Ibid.,hlm
9-15
[6].Sufyarma,kapita
selekta menejemen pendidikan” (Bandung: Cv Alfabeta : 2003-2004),
hlm,188-189
[7]
.Muhaimin ,menejemen
pendidikan aplikasinya dalam penyusunan rencana pengembangan sekolah/madrasah”(Jakarta:
kencana 2011), hlm, 4
[9]
.Mulyasa, Menejemen
pendidikan karakter” (Jakarta:Buni aksara :2011) ,hlm ,165
[10] .Ibid ,hlm ,166
[11] .maksud
pemakalah pendidikan /home schooling guru harus melatih kedisiplinan baik pada
siswa maupun pada dirinya sendiri karena untuk memberi rangsangan terhadap anak
dalam mempelajari ilmu yang akan diajarkannya.
[12]
.Ibid.,hlm 172.
[13].
maksudnya guru bukan hanya menyampaikan
materi pembelajaran yang berupa hafalan , mengerjakan tugas tetapi mengatur
lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik belajar
dan hasrat yang tinggi untuk belajar,lingkungan belajar yang kondusif sangat
penting dan sangat menunjang pembelajaran kontekstual ,mandiri dan berkarakter
serta keberhasilan secara keseluruhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan beri masukan komentar anda