Pengikut

Senin, 30 Maret 2015

MENEJEMEN PENDIDIKAN HOME SCHOOLING GUNA MEWUJUDKAN PEMBELAJARAN BERJIWA MANDIRI


Makalah
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Menejemen Pendidikan
Dosen Pengampu: Dr.Hj Nur Uhbiyati M.Pd










Disusun Oleh:
Nama                   :Mashadi
        NIM                 : 1400018029

PROGAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2015

BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang Masalah
Manusia adalah mahluk  yang unik , memiliki karakteristik masing-masing kemampuan yang berbeda-beda ,serta kebutuhan yang berbeda pula, sudah sepantasnya bagi orang tua mempunyai  impian yaitu memiliki buah hati yang sehat , aktif  dan cerdas tapi sayangnya ,karena ada beberapa factor ,impian ini tak bisa terwujudkan.Sang buah hati lahir dengan kelainan yang mengakibatkan gangguan pada kemampuan motorik maupun sensoriknya.
Reaksi pertama orang tua yang paling mungkin adalah kekecewaan dan kesedihan mendalam, yang kemudian disusul rasa malu. Perasaan malu ini pula yang membuat para orang tua memilih untuk bersembunyi dan menutup-nutupi keadaan buah hatinya dari lingkungan sekitarnya ketimbang mencari informasi yang bener mengenai buah hatinya. Meski sudah banyak sekolah-sekolah khusus atau pusat konsultasi yang menangani anak dengan kelainan mental , tak banyak orang tua yang merespon secara positif , dengan alasan yaitu tak ingin “ aib “ yang dibawa sang buah hati tersebar keluar rumah[1] .
Berdasarkan undang-undang yang ada di Indonesia menjelaskan bahwa jenis pendidikan di Indonesia terbagi menjadi tiga jalur (macam) ,yang pertama jalur formal ,yang kedua jalur nonformal dan yang ketiga informal. Pendidikan formal adalah pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan anak usia dini,pendidikan dasar,pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Di masyarakat, pendidikan formal biasa dikenal sebagai SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi. Dalam pendidikan formal, siswa belajar dan dididik menurut kurikulum tertentu, diadakan di sekolah, serta belajar menurut materi ajar dan jadwal yang ditetapkan sebelumnya.
Pendidikan nonformal adalah layanan pendidikan yang berfungsi sebagaipengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formaldalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi pesertadidik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan danketerampilan fungsional serta pengembangan sikap dankepribadian professional.
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri (home schooling) dan hasil pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah pesertadidik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.
B.  Rumusan Masalah
a)      Pengertian home schooling
b)      Sejarah atau lahirnya home schooling
c)      Menejemen pendidikan home schooling.
d)     Upaya-upaya menjadikan siswa mandiri












BAB II
PEMBAHASAN
A.                Pengertian Home Schooling
Menurut Marsha Ransom, penulis buku “The CompleteIdiot’s Guide to Homeschooling”, homeschooling adalahistilah generik yang sering digunakan untukmenggambarkan keluarga-keluarga yang memilih untukmendidik anaknya di rumah. Tetapi, istilah homeschoolingitu sendiri sering dianggap kurang tepat karena istilah ituseolah-olah menggambarkan model pendidikan yangmenggunakan metode seperti lembaga sekolah (ruangkelas, buku pelajaran, guru, murid, tes, rapor, kelas, dansebagainya[2].
Oleh karena itu, sebagian keluarga lebih menyukaisebutan home education atau home-based learning karena mereka menggunakan rumah sebagai titik berangkatpendidikan dan belajar, tetapi model belajar yangdigunakanya tak seperti sekolah. Mereka menggunakankeseharian dan lingkungan sekitar sebagai bagian integralyang digunakan dalam proses belajar dan pendidikan anak- anak.Para orangtua lebih menempatkan diri sebagaifasilitator dan mentor daripada sebagai guru dalampengertian tradisional. Keluarga-keluarga ini mungkin jugamenggunakan buku pelajaran dan metode konvensionallainya, tetapi mereka berusaha mengaitkan antara materiyang dipelajari anak-anak dengan dunia nyata sehari-hariyang dijalani.[3]Kendatipun ada beberpa perbedaan dalam pemaknaan home schooling , secara subtansi ada beberapa hal yang terkandung dalam pengertian homeschooling dan menjadi kesepakatan:
*   Homeschooling adalah model pendidikan alternative
*   Homeschooling adalah pendidikan berbasis keluarga
Sehingga pemakalah memberikan pengertian bahwa yang dimaksud dengan homeschooling adalah model pendidikan dimana sebuah keluarga memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anaknya dengan menggunakan rumah sebagai basis pendidikannya, Memilih untuk bertanggungjawab berarti orangtua terlibat langsung menentukan proses penyelenggaraan pendidikan, penentuan arah dan tujuan pendidikan, nilai-nilai yang hendak dikembangkan, kecerdasan dan keterampilan, kurikulum dan materi, serta metode dan praktek belajar, yang memungkinkan anak berkembang sesuai dengan potensi diri mereka masing-masing.

B.                 Sejarah Home schooling
Menurut John Cadlwell Holt (Simbolon, 2008), filosofi berdirinya home schooling adalah manusia pada dasarnya makhluk belajar dan senang belajar, kita tidak perlu ditunjukkan bagaimana cara belajar. Yang membunuh kesenangan belajar adalah orang-orang yang berusaha menyelak, mengatur, atau mengontrolnya. Didorong oleh filosofi tersebut, pada tahun 1960-an terjadi perbincangan dan perdebatan luas mengenai pendidikan sekolah dan sistem sekolah. Sebagai guru dan pengamat anak dan pendidikan, Holt menyatakan bahwa kegagalan akademis pada siswa tidak ditentukan oleh kurangnya usaha pada sistem sekolah, tetapi disebabkan oleh sistem sekolah itu sendiri.
Pada waktu yang hampir bersamaan, akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an, Ray dan Dorothy Moor melakukan penelitian mengenai kecenderungan orang tua menyekolahkan anak lebih awal (early childhood education). Penelitian mereka menunjukkan bahwa memasukkan anak-anak pada sekolah formal sebelum usia 8-12 tahun bukan hanya tak efektif, tetapi sesungguhnya juga berakibat buruk bagi anak-anak, khususnya anak-anak laki-laki karena keterlambatan kedewasaan mereka,
Setelah pemikirannya tentang kegagalan sistem sekolah mendapat tanggapan luas, kemudian Holt menerbitkan karyanya yang lain Instead of Education dan Ways to Help People Do Things Better pada tahun 1976. Buku ini mendapat sambutan hangat dari para orangtua pendukung home schooling di berbagai penjuru Amerika Serikat. Pada tahun 1977, Holt menerbitkan majalah untuk pendidikan di rumah yang diberi nama Growing Without Schooling.
Serupa dengan Holt, Ray dan Dorothy Moore kemudian menjadi pendukung dan konsultan penting home schooling. Setelah itu, home schooling terus berkembang dengan berbagai alasan. Selain karena alasan keyakinan (beliefs), pertumbuhan home schooling juga banyak dipicu oleh ketidakpuasan atas sistem pendidikan di sekolah formal.
C.            Faktor Penyebab Lahirnya Home Schooling
       1. ketidakpuasan terhadap sekolah
                                    Alasan orangtua memilih homeschoolingmungkin memang disebabkan ketidakpuasan merekaterhadap model pendidikan sekolah yang ada. Apalagi diIndonesia yang dikenal memiliki kualitas pendidikan burukdibandingkan negara-negara lain di dunia[4].
                        Menurut NCES, tiga alasan tertinggi keluarga diAmerika Serikat memilih homeschooling adalah:
Ø  Orangtua ingin meningkatkan kualitas pendidikan anak
Ø   Alasan agama (religious reason)
Ø   Buruknya lingkungan belajar di sekolah
Hal-hal lain yang sering menjadi alasan danpertimbangan keluarga melakukan homeschooling adalah pergaulan disekolahan tidak kondusif ,orang tua berpindah –pindah , Orangtua tidak puas dengan sekolah yang ada, Sekolah bagus semakin mahal, Anak-anak memiliki kebutuhan khusus, Orangtua ingin mengembangkan nilai & visi keluarga, Membangun ikatan keluarga[5].


D.                 Menejemen pendidikan Home schooling.
                        Menejemen adalah kegiatan atau seni untuk melaksanakan sesuatu pekerjaan melalui orang lain ( stoner: 1995 ;7 ) selanjutnya stoner (1995: 8) mengemumkakan bahwa menejemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan dan pengendalian upaya anggota organisasi dan penggunaan semua sumberdaya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efesien[6].
                        Menejemen pada dasarnya merupakan suatu proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu, istilah menejemen dalam ilmu ekonomi yang memfokuskan pada profit (keuntungan) dan komoditas komersial[7].
                                    Didalam menejemen home schooling sebenarnya tidak jauh berbeda dengan menejemen disekolah formal atau nonformal, ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam menejemen home schooling diantaranya sebagai berikut:
                                    1. Perencanaan (planning)
                                    Perencanaan tidak lain merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai beserta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut, sehingga perencanaan mempunyai arti penting yaitu memberikan kejelasan arah bagi setiap kegiatan, sehingga setiap kegiatan dapat diusahakan dan dilaksanakan seefisien dan seefektif mungkin.
                        2. Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang, sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien, dan memperoleh kepuasan pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu, dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu”.Struktur home schooling meliputi guru, peserta didik ,orang tua ,tempat belajar yang edukatif dan prasarana yang memadahi, sehingga dalam pelaksanaanya berjalan dengan baik dan maksimal.










3. Pelaksanaan (actuating)
                           Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi.
                           Dalam hal ini pemakalah mengemukakan bahwa pelaksanaan(actuating) merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran tersebut.
4. Pembetukan kurikulum.
                           pembetukan kurikulum dalam pembelajaran home schooling adalah kurikulum yang didesain sendiri, namun tetap mengacu kepada kurikulum nasionalcontoh homeschooling Kak Seto mengacu kepada peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun  2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Selain itu kurikulum yang diterapkan adalah  kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang disusun oleh Homeschooling Kak Seto. Dalam  kegiatan tutorial kedua acuan tersebut disusun dan disampaikan dengan metode Homeschooling Kak  Seto sehingga dirasakan berbeda dengan sekolah formal, agar  peserta dapat mengikuti proses  pembelajaran dengan menyenangkan[8].
5. pengawasan (controlling)
                           Pengawasan (controlling) merupakan fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnya dalam suatu organisasi. Semua fungsi terdahulu, tidak akan efektif tanpa disertai fungsi pengawasan
6. Proses Pembelajaran.
Metode pembelajaran pada HSKS cabang Semarang adalah menggunakan pendekatan yang lebih tematik, aktif, kontekstual sertabelajar mandiri melalui penekanan kepada kecakapan hidup danketerampilan dalam memecahkan masalah. Untuk itulah prosespembelajaran di HSKS cabang Semarang dilakukanmenyenangkan tidakterpaku dengan akademik.
a)      Komunitas
Komunitas merupakan proses pembelajaran dimana peserta
dikumpulkan di sebuah kelas untuk belajar sambil bersosialisasi denganteman-temannya. Dalam komunitas jadwal belajar peserta di tentukan olehtutorial.
b)     Distance learning (Belajar Jarak Jauh)
Merupakan proses pembelajaran dimana peserta belajar di rumahdengan modul dan orang tua yang berperan besar sebagai pendidiknya. Dalamdistance learning jadwal belajar disusun sesuai kesepakatan antara pesertadengan orang tua.
c)      Tutor Visit
Merupakan metode pembelajaran dimana peserta belajar di rumah dandidampingi oleh tutor. Dalam tutor visit jadwal belajar disusun sesuai dengankesepakatan antara peserta, orang tua dan tutor.
d)     Project Class
Merupakan proses pembelajaran dimana peserta belajarmelakukanpercobaan-percobaan ilmiah dan keterampilan lainnya. Dimana denganmelakukan project class peserta dapat mengembangkan kreatifitasnya.
e)      Menonton Pertunjukan
Merupakan proses pembelajaran dimana peserta belajar ,melaluipertunjukan film , teater, orkestra, seni drama, seni lawak, seni music, senimodern / tradisional dan konser musik.
f)       Ekstrakurikuler
Kegiatan ini meliputi kegiatan olah fisik / olahraga dan kegiatan dibidang seni sesuai  dengan minat dan bakat siswa seperti seni musik, olah vokal, seni lukis, tari dan menulis / journalis.
g)      Outing
Merupakan proses pembelajaran dimana peserta belajar diluar kelasbaik berupa kunjungan ke tempat terbuka maupun tertutup, seperti kebun raya,kebun satwa, ekowisata, agrowisata, industry manufacturing, museum,puspitek, pusat seni, peninggalan purbakala. Dan sebagainya.
h)     Parent’s Meeting
Kegiatan ini dilakukan dua kali dalam satu semester dimanaorangtua/ wali murid akan memperoleh laporan perkembangan putra/ putrinya dari pihak sekolah. Kegiatan berupa seminar,  konseling dan pembagian hasil kegiatan belajar putra/putrinya.

i)        Bimbingan Konseling
Adalah salah satu bentuk pelayanan kepada homeschooler dan orangtua berkaitan dengan kondisi psikologis maupun sosial yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar. Kegiatan ini  meliputi pemberian materi di kelas, pemberian motivasi belajar, konsultasi pribadi dan diskusi  kelompok dengan orangtua dan homeschooler.
7. Anggaran Dana (oprasional atau pembiayaan)
               Salah satu factor yang paling penting dalam menejemen keuangan disekolahan atau home schooling adalah dengan cara, pengelolaan keuangan dikaitkan dengan program tahunan sekolah, Inti dari manajemen keuangan adalah pencapaian efisiensi dan efektivitas. Oleh karena itu, disamping mengupayakan ketersediaan dana yang memadai untuk kebutuhan pembangunan maupun kegiatan rutin operasional di sekolah, juga perlu diperhatikan faktor akuntabilitas dan transparansi setiap penggunaan keuangan baik yang bersumber pemerintah, masyarakat dan lain sebagainya.

E.                 Upaya-upaya untuk mewujudkan pendidikan berjiwa mandiri
a.      Pembiasaan
Pendidikan merupakan usaha sadar manusia dalam mencapai tujuan,yang dalam prosesnya diperlukan metode yang efektif dan menyenangkan. Oleh karena itu ada suatu prinsip umum dalam memfungsikan metode bahwa pembelajaran perlu disampaikan dalam suasana interaktif,menyenangkan,menggembirakan,penuh dorongan motifasi dan memberikan ruang gerak yang lebih leluasa kepada peserta didikdalam membentuk kompetensi dirinya untuk mencapai tujuan ,dari berbagai metode pendidikan , metode yang paling tua adalah pembiasaan[9].
Dalam bidang psikologi pendidikan, metode pembiasaan dikenal dengan istilah operan conditioning, mengajarkan peserta didik untuk membiasakan prilaku terpuji ,disiplin giat belajar, kerja keras ,ikhlas, jujur dan bertanggung jawab atas setiap tugas yang telah diberikan.Metode pembiasaan ini perlu diterapkan oleh guru dalam proses pembentukan karakter, untuk membiasakan peserta didik dengan sifat –sifat baik dan terpuji, impus-impuls positif menuju neokortek agar tersimpan dalam system otak, sehingga aktifitas yang dilakukan oleh peserta didik terekam secara positif. Demikian halnya untuk membangkitkan apa-apa yang telah masuk dalam otak bawah sadar ,peserta didik harus dilatih dan dibiasakan dalam setiap pembelajaran dan kehidupan sehari-hari[10].
b.      Keteladanan
Pribadi guru memiliki andil yang sangat besar terhadapa keberhasilan pendidikan ,terutama dalam pendidikan karakter, yang sangat berperan dalam membentuk pribadi peserta didik. Hal ini dapat dimaklumi karena manusia merupakan yang suka mencontoh ,termasuk peserta didik mencontoh pribadi gurunya dalam membentuk pribadinya, semua itu menunjukan bahwa kompetensi personal atau kepribadian guru sangat dibutuhkan oleh peserta didik dalam proses pembetukan pribadinya, oleh karena itu wajar, ketika orang tua mendaftarkan anak ke suatu sekolah akan mencari tahu dulu siapa guru-gurunya yang akan membimbing anaknya.
Keteladanan guru sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan pribadi para peserta didik, keteladanan ini memiliki peran dan fungsi yang sangat penting guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia(SDM), serta menyejahterakan masyarkat , kemajuan negara dan bangsa pada umumnya,oleh karena itu dalam mengefektifkan dan menyukseskan pendidikan karakter disekolah , setiap guru dituntut untuk memiliki kompetensi kepribadian yang memadahi, dalam hal ini guru tidak hanya dituntut untuk mampu memaknai pembelajaran, tetapi yang penting adalah bagaimana dia menjadikan sebagai ajang pembentukan karakter dan perbaikan kualitas pribadi peserta didik.
c.       Pembinaan disiplin peserta didik
Dalam rangka menyukseskan pendidikan[11] guru harus mampu menumbuhkan disiplin peserta didik ,terutama disiplin diri sendiri ( self-discipline). Guru harus mampu mengembangkan pola prilaku peserta didik , meningkatkan standar prilakunya dan melaksanakan aturan sebagai alat untuk menegakan disiplin[12].
Membina disiplin peserta didik harus mempertimbangkan berbagai situasi, dan memahami factor-faktor yang memengaruhinya oleh karena itu disarankan kepada guru untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:
*        Bergairah dan semangat dalam melakukan pembelajaran agar dijadikan teladan oleh peserta didik.
*        Memberikan tugas yang jelas dapat dipahami, sederhana dan tidak bertele-tele.
*        Memulai disiplin waktu, patuh terhadap aturan
d.      Ctl ( contextual teaching and learing )
Pembelajaran kontekstual ( contextual teaching and learing ) yang sering disingkat ctl merupakan  salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengefektifkan dan menyukseskan pembelajaran baik disekolah maupun dirumah.Dalam pembelajaran kontekstual tugas guru adalah memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik dengan mneyediakan berbagai saran dan sumber belajar yang memadai, serta menciptakan iklim yang kondusif bagi tumbuh kembangnya setiap karakter peserta didik[13]
e.       Bermain peran
Hampir setiap pembelajaran ,guru dan peserta didik sering dihadapkan pada berbagai masalah, baik yang berkaitan dengan mata pelajaran maupun yang menyangkut hubungan social, melalui bermain peran , para peserta didik mencoba mengeksplorasi hubungan-hubungan antar manusia dengan cara memperagakan
F.                 Evaluasi
Menggunakan data hasil pengukuran (evaluasi) menjadi sangat pentingdi dalam menetapkan manajemen pendidikan ,karena dengan cara mengevaluasi seluruh kegiatan ,maka kegagalan suatu menejemen atau keberhasilan menejemen akan lebih jelas.





BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
                Setelah penulis menguraiakan beberapa hal yang berhubungan dengan menejemen home schooling maka tibalah saatnya penulis menyimpulkan beberapa kesimpulan diantaranya:
1)      Homeschooling adalah model pendidikan dimana sebuah keluarga memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anaknya dengan menggunakan rumah sebagai basis pendidikannya, Memilih untuk bertanggung jawab berarti orangtua terlibat langsung menentukan proses penyelenggaraan pendidikan, penentuan arah dan tujuan pendidikan, nilai-nilai yang hendak dikembangkan, kecerdasan dan keterampilan, kurikulum dan materi, serta metode dan praktek belajar, yang memungkinkan anak berkembang sesuai dengan potensi diri mereka masing-masing.
2)      Sejarah berdirinya home schooling dikarena orang tua memasuk anak- anak pada sekolah formal lebih awal sebelum umur 8-12 tahun sehingga prodak atau hasilnya berakibat buruk bagi anak, sehingga orang tua cenderung atau tidak merasa puas terhadap pendidikan disekolah formal.
3)      Didalam menejemen home schooling sebenarnya tidak jauh berbeda dengan menejemen disekolah formal atau nonformal, terstruktur meliputi guru, peserta didik ,orang tua ,tempat belajar yang edukatif dan prasarana yang memadahi, sehingga dalam pelaksanaanya berjalan dengan baik dan maksimal.
4)      Upaya-upaya untuk mewujudkan pendidikan berjiwa mandiri meliputi :
*      Pembiasaan
*      Keteladanan
*      Kedisiplinan
*      Ctl ( contextual teaching and learing )
*      Bermain peran
B.Kritik dan Saran
   Demikian makalah yang membahas tentang menejemen pendidikan home schooling guna mewujudkan pembelajaran yang berjiwa mandiri ,semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca. Penulis  menyadari, bahwa masih banyak kekurangan dari makalah yang penulis buat buat. Terutama masalah penulisan atau penyusunan kalimat yang jauh dari kesempurnaan Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.



















DAFTAR PUSTAKA

Galih A Veskarisyanti “12 terapi autis paling efektif dan hemat “ Yogyakarta : Pustaka anggrek
Sumardiono,Home schooling Vs sekolah”(www: rumah inspirasi dan bentang ilmu),
Sumardiono,”Alasan dan Tujuan Homeschooling” (www: rumah inspirasi dan bentang ilmu),
Sufyarma,“ kapita selekta menejemen pendidikan” (Bandung: Cv Alfabeta : 2003-2004),
Muhaimin ,menejemen pendidikan aplikasinya dalam penyusunan rencana pengembangan sekolah/madrasah” (Jakarta: kencana 2011),
Brosur Homeschooling Kak Seto Cabang Semarang
Mulyasa, Menejemen pendidikan karakter” (Jakarta:Buni aksara :2011
Mary Griffith, Home schooling: menjadikan setiap tempat sebagai tempat belajar ( Bandung : Nuansa , cet 3 : 2012
Sumardiono,”FAQ Hom$chooling” , (www: rumah inspirasi dan bentang ilmu),




[1]. Galih A Veskarisyanti “12 terapi autis paling efektif dan hemat “ Yogyakarta : Pustaka anggrek ,hlm, 7
[2] .Sumardiono,Home schooling Vs sekolah” (www: rumah inspirasi dan bentang ilmu), hlm,3
[3] . Ibid, hlm.,4
[4] .Sumardiono,”Alasan dan Tujuan Homeschooling” (www: rumah inspirasi dan bentang ilmu), hlm.,8
[5] .Ibid.,hlm 9-15
[6].Sufyarma,kapita selekta menejemen pendidikan” (Bandung: Cv Alfabeta : 2003-2004), hlm,188-189
[7] .Muhaimin ,menejemen pendidikan aplikasinya dalam penyusunan rencana pengembangan sekolah/madrasah”(Jakarta: kencana 2011), hlm, 4
[8] .Brosur Homeschooling Kak Seto Cabang Semarang
[9] .Mulyasa, Menejemen pendidikan karakter” (Jakarta:Buni aksara :2011) ,hlm ,165
[10] .Ibid ,hlm ,166
[11] .maksud pemakalah pendidikan /home schooling guru harus melatih kedisiplinan baik pada siswa maupun pada dirinya sendiri karena untuk memberi rangsangan terhadap anak dalam mempelajari ilmu yang akan diajarkannya.
[12] .Ibid.,hlm 172.
[13]. maksudnya  guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hafalan , mengerjakan tugas tetapi mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik belajar dan hasrat yang tinggi untuk belajar,lingkungan belajar yang kondusif sangat penting dan sangat menunjang pembelajaran kontekstual ,mandiri dan berkarakter serta keberhasilan secara keseluruhan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan beri masukan komentar anda