Makalah ke 23
Assalamualaikum wrwb.
Puji dan syukur hanya milik Allah. Mari kita syukuri, nikmat dan
karunia-Nya sungguh luar biasa. Kalau kita syukuri, kita bahagia, dan pasti
Allah akan menambah karunia-Nya.
Shalawat dan salam kita lantunkan terus buat sosok teladan hidup kita,
dalam beragama, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Semoga syafaat beliau,
akan memayungi kita di hari tidak ada lagi payung perlindungan.
Saudaraku yang dirahmati Allah, manusia hidup musti serius, supaya
sukses. Bekerja keras dan sungguh-sunggguh agar hidup di dunia sukses, di
akhirat bahagia sukses dan sejahtera. Term atau istilah jihad, dalam
penggunaannya sehari-hari tampaknya mengalami distorsi, gagal faham, jadinya
fahamnya gagal. Pada masa orde baru muncul istilah "komando jihad".
Istilah jihad yang semestinya positif berubah konotasinya menjadi negatif,
terutama di kalangan pengelola pemerintah.
Belakangan ini juga ada "kelompok jihadis" yang tampaknya
menjadi "frasa baru" yang mereka memilih cara jihad dalam arti
"berperang" bisa dalam arti luas maupun dalam arti sempit yakni
berperang secara fisik.
Kata "jihad" dari kata jahada-yajhadu-jihad artinya bekerja
keras atau bersungguh-sungguh. Seperti "Dan orang-orang yang berjihad
(mencari keridlaan) Kami, benar-benar Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan
Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat
baik" (QS. Al-'Ankabut:69).
Jihad bermakna membela agama Allah sebagai agama tauhid di tengah
tantangan berat dari agama penyembah berhala. "Dan berjihadlah kamu pada
jalan Allah dengan jihad yang sebenarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia
sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan.
(Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian
orang-orang muslim dari dahulu, dan begitu pula dalam (Al-Qur'an) itu, supaya
Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu menjadi saksi atas segenap
manusia. Maka dirikanlah shalat, tunaikan zakat dan berpeganglah kamu pada tali
Allah. Dia adalah pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik pelindung dan
sebaik-baik penolong" (QS. Al-Hajj: 78).
"Hai Nabi berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang
munafik itu, dan betaikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka
jahannam" (QS. Al-Taubah: 73). Memaknai ayat ini tentu dengan melihat
konteks ruang dan waktunya.
Saudaraku yang diberi titipan rizqi berlimpah oleh Allah. Kefakiran dan
kemiskinan, merupakan bagian dari ujian Allah kepada hamba-hamba-Nya. Bukan
hanya kepada mereka yang hidupnya susah, akan tetapi yang paling penting justru
ujian bagi yang kaya (the haves), karena harta adalah titipan dan amanah (QS.
Al-Anbiya': 35). Supaya kita tidak kagetan, dan berubah menjadi sombong dan
lupa kepada Allah, maka perlu belajar, seperti tukang parkir. Kalau motor dan
mobil dia senang, karena dia senang bakal menerima rizqi banyak, tetapi dia
berharap motor dan mobil segera diambil oleh pemiliknya. Sebab kalau tidak
diambil, dia susah, karena bisa jadi dia akan "diperbudak" untuk
menjaganya.
Mengapa "Jihad Kemiskinan". Sabda dan wanti-wanti Rasulullah
saw, كاد الفقر أن يكون كفرا yang menurut al-Albany dla'if,
menggambarkan dengan tegas, bahwa kefakiran itu nyaris dan sangat tipis
garisnya dengan kekufuran. Rasulullah saw pernah berdoa :
اللهم اني أعوذ
بك من الكفر والفقر رواه أبو داود وأحمد
"Ya Allah, aku berlindung dari kekufuran dan kefakiran"
(Riwayat Abu Dawud dan Ahmad).
Untuk mengurangi atau bahkan meniadakan kemiskinan, Islam menempatkan
zakat sebagai pilar atau rukun Islam setelah shalat. Tidak kurang dari 26 kali,
perintah zakat mengikuti perintah shalat. Jika zakat merupakan sadaqah wajib,
masih banyak perintah sadaqah sunnah seperti infaq, sadaqah, hibah, waqaf, dll.
Ini karena jika harta tidak dibayar zakatnya, akan bisa berubah menjadi haram,
karena tercampur oleh harta lain yang seharusnya dikeluarkan untuk para
mustahiq zakat.
Al-Qur'an menempatkan perbuatan mebgeluarkan harta sebagai jihad. Dan
jihad dengan harta untuk memerangi kemiskinan, agar tidak ada lagi
saudara-saudara kita yang miskin, mendapat legitimasi dalam banyak ayat
Al-Qur'an (QS. Al-Taubah: 88). "Allah melebihkan orang-orang yang berjihad
dengan harta dan jiwanya ataa orang-orang yang duduk aatu derajat" (QS.
Al-Nisa': 95, Al-Anfal: 72, Al-Taubah: 44). "Berjihadlah dengan
harta-hartamu dan jiwamu di jalan Allah... " (QS. Al-Taubah: 3).
Data penduduk miskin di Indonesia, yang belakangan sedang dirundung
keprihatinan mendalam karena banyak kegaduhan, akibat penegakan hukum yang
dirasakan masyarakat sebagai tidak fair dan tidak adil, karena hukum sudah
berfihak kepada atau dimanfaatkan oleh penguasa, 2017 ini ada 27,7 orang. Jika
asumsinya satu keluarga 4 jiwa misalnya, maka masih ada 6.925.000 kepala
keluarga (KK) yang miskin. Jumlah yang masih fantaatis, di negara yang sangat
subur, sumber daya alam kaya luar biasa.
Potensi zakat yang sangat besar, 217,2 trilyun rupiah, semestinya dapat
dihimpun secara maksimal, dikelola, dan didistribusikan dengan baik dan tepat
sasaran dengan pola zakat produktif, maka secara perlahan kemiskinan akan bisa
dikurangi. Multiplaying effect positif yang diharapkan adalah mereka yang berubah
nasib dari mustahik menjadi muzakki, akan bisa menularkan pengalaman mereka.
Saudaraku, jika kita mampu melakukan jihad untuk mengurangi atau bahkan
menghilangkan kemiskinan ini, rasanya hidup kita akan lebih berbahagia.
Mengakhiri tulisan ini, mari kita simak secara seksama, pesan Rasulullah saw :
أيها الناس أفشوا
السلام وأطعموا الطعام وصلوا الأرحام وصلوا بالليل والناس نيام تدخلوا الجنة بسلام
رواه البزار والطبراني
"Wahai manusia, tebarkanlah kedamaian dan keselamatan, berilah makan
orang yang membutuhkan, jalinlah silaturrahim, dan shalatlah kamu di waktu
malam, ketika kebanyakan orang sedang pada tidur nyenyak, maka kalian akan
masuk surga dengan selamat dan nyaman" (Riwayat al-Bazzar dan
al-Thabrany).
Semoga Allah senantiasa melimpahkan rizqi yang banyak, halal, dan
barakah, sehingga kita dengan ringan dan senang hati melaksanakan jihad di
jalan Allah dengan sebagian harta kita, untuk mengurangi syukur menghilangkan
kemiskinan dan kefakiran yang dialami saudara-saudara yang belum beruntung.
Dengan demikian mereka memiliki ketahanan akidah, dan tidak mudah
tergoyahkan oleh bujuk rayu, iming-iming materi, dan tetap menggenggam
keislamannya, sampai akhir hayat, dan menghadap Allah dalam khusnul khatimah.
Allah a'lam bi al-shawab.
Wassalamualaikum wrwb.
Ngaliyan Semarang, 3/2/2017.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan beri masukan komentar anda