Pengikut

Rabu, 16 November 2016

makalah active learning di pondok girikusuma



BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Kehidupan Negara Indonesia di warnai oleh berbagai kebudayaan dan agama, oleh sebab itu bangsa Indonesia merupakan bangsa yang mengedepankan kebudayaan dan keagamaan melalui pendidikan,  menurut Dr. Emmanuel Bassey Joseph, dkk, The concept of education has been given different definitions by various authorities. dalam konsep pendidikan itu mempunyai definisi yang berbeda sebagaimana ungkapan Ukeje (1979) in Akpomedaye (2010) viewed the concept of education from three dimensions of process, product and discipline (Joseph, 2: 2010) jika direalisasikan sesuai dengan konsep maka hasilnya menjadi maksimal dan lebih baik
Al-ghazali memberikan penjelasan bahwa pendidikan merupakan suatu proses dimana suatu bangsa mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan dan untuk memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efisien, Untuk mencapai tujuan dari sistem pendidikan apapun, ada dua faktor yang mutlak diperlukan:
1.                Aspek-aspek ilmu pengetahuan yang harus dibekali kepada murid-murid
2.                Metode yang telah digunakan untuk menyampaikan ilmu-ilmu atau
materi-materi kepada murid (Solahudin,161: 2014)
Dalam dunia pendidikan, belajar dapat di maknai sebagai suatu proses yang menunjukan adanya perubahan yang sikapnya positif sehingga pada tahap akhirnya, akan didapat ketrampilan, kecakapan, dan pengetahuan baru yang didapat dari akumulasi pengalaman dan pembelajaran.
Gagne mengemukakan bahwa “learing is change in human disposition or capacity, which persists over a period time, and which is not simply ascribable to process growth.”artinya belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar terus menerus, bukan hanya disebabkan proses pertumbuhan saja (Saefuddin, 2014: 8)
Dalam proses pembelajaran diperlukan strategi, strategi memiliki peran yang cukup besar dalam mencapai sebuah tujuan. Karena itu strategi menjadi sarana dan salah satu alat untuk mencapai tujuan, yaitu dengan materi pembelajaran atau strategi pembelajaran yang tersusun rapi dalam kurikulum pendidikan. Sebagaimana Made Wane memberikan pengertian bahwa strategi pembelajaran adalah cara dan seni untuk menggunakan semua sumber belajar dalam upaya membelajarkan siswa (Made Wena, 2014: 2)
Suyono juga mempertegas bahwa strategi pembelajaran sebagai rangkaian kegiatan terkait dengan pengelolaan siswa, pengelolaan lingkungan belajar, pengelolaan sumber belajar, dan penilaian untuk mencapai tujuan pembelajaran (Suyono dkk, 2015: 85) oleh sebab itu strategi pembelajaran dapat terealisasikan dengan metode yang relevan, sebagaimana ungkapan  Liu dan Shi, yang dikutip oleh Peter Westwood, metode pembelajaran sebagai seperangkat prinsip, prosedur, atau  strategi yang diterapkan oleh guru untuk mencapai pembelajaran yang diinginkan dari siswa (Westwood, V: 2008)
Salah satu realita kependidikan yang telah membudaya dikalangan sebagian bangsa, terutama dikalangan sebagian umat islam yang merupakan golongan mayoritas dari bangsa Indonesia ini adalah pesantren (Mastuhu, 994: 3). Pesantren merupakan salah satu jenis pendidikan yang dalam prosesnya ialah membina individu-individu muslim yang berkarakter islami yaitu ciri-ciri kepribadian islam yang tampil dalam pola fikir, pola sikap dan pola tindakan, yang dalam istilah islam di sebut dengan “ahlakul karimah” dan dalam pendidikan formal disebut pendidikan karakter.
Salah satu cirikhas proses pendidikan di pesantren adalah penekanan pada pembelajaran secara aktif dan mandiri sehingga santri tidak melulu mengandalkan pengajaran dari kyai atau ustadz dalam memperoleh pengetahuan dan mengembangkan ketrampilan hidupnya, tetapi kreatif menciptakan berbagai kegiatan yang mendukung proses pembelajaranya.
Dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk membahas tentang model pembelajaran Active-Learning dipesantren Girikusuma
B. Rumusan Masalah
            Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas dapat ditarik benang merah, diantaranya:
1.    Bagaimana Model Active Learning di Pesantren Girikusuma?
2.    Metode apa saja yang di terapkan dalam Active Learning di Pesantren Girikusuma?
3.    Bagaimana strategi  Active-Learning di Pesantren Girikusuma?


BAB II
PEMBAHASAN

A.  Model Active Learning di Pesantren Girikusuma
1.    Pembelajaran Active learning
Pembelajaran aktif adalah suatu istilah yang memayungi beberapa model pembelajaran, yang memfokuskan tanggung jawab proses pembelajaran pada si pelajar, istilah Active Learning ini sudah dikenal pada tahun 1980-an. Kemudian pada tahun 1990-an Association For The Study Of Higber Education (ASHE) memberikan laporan yang lengkap tentang Active Learning ini. Dalam laporan tersebut mereka telah mendiskusikan berbagai metode pembelajaran untuk mengenalkan Active Learning (Asmani, 2010: 64-65)
Pembelajaran aktif (Active Learning) tampaknya telah menjadi pilihan utama dalam praktik pendidikan saat ini. Dimana pembelajaran aktif ini terasa semakin mengemuka hingga sekarang dan para guru terus menerus menerapkan konsep pembelajaran aktif dalam setiap praktik pembelajaran kepada siswanya, beberapa kalangan berpendapat, bahwa inti dari reformasi pendidikan ini justru terletak pada perubahan paradigma pembelajaran dari model pembelajaran pasif ke model pembelajaran aktif.
 sebagaimana pendapat Dee fink tentang konsep Active Learning diantaranya :
a)   Dialogue With Self
b)   Dialogue With Others
c)    Experience of Observing
d)   Experience Of Doing
Model ini menunjukkan bahwa semua kegiatan belajar melibatkan beberapa jenis pengalaman atau semacam dialog, baik dialog dengan diri ataupun dialog dengan lainnya, dan juga pengalaman yang meliputi "Mengamati" dan "Melakukan (Dee fink, 1999: 2-3)
Ilustrasi gambar konsep Active Learning
Oval: Self

Oval: Doing
Experience Of                                          Dialogue With
                                                        








Oval: Others

Oval: Observing

 






Maksud dialog dengan diri sendiri adalah proses dimana anak didik mulai berpikir secara reflektif mengenai topik yang dipelajari. Mereka menanyakan pada diri mereka sendiri mengenai apa yang mereka pikir atau yang harus mereka pikirkan, apa yang mereka rasakan mengenai topik yang dipelajari, Pada tahap ini guru dapat meminta anak didik untuk membaca sebuah jurnal atau teks dan meminta mereka menulis apa yang mereka pelajari, bagaimana mereka belajar, apa pengaruh bacaan tersebut terhadap diri mereka.
Dialog dengan orang lain bukan dimaksudkan sebagai dialog parsial sebagaimana yang terjadi pada pengajaran tradisional, tetapi dialog yang lebih aktif dan dinamis ketika guru membuat diskusi kelompok kecil tentang topik yang dipelajari.
Observasi terjadi ketika siswa memperhatikan atau mendengar seseorang yang sedang melakukan sesuatu hal yang berhubungan dengan apa yang mereka pelajari, apakah itu guru atau teman mereka sendiri
Doing atau berbuat merupakan aktivitas belajar di mana siswa berbuat sesuatu, seperti membuat suatu eksperimen, mengkritik sebuah argumen atau sebuah tulisan dan lain sebagainya.
Pandangan Silberman mengenai pembelajaran aktif terbentuk dalam kata-kata bijak yang diungkapkan oleh konfusius yang berbunyi:
Yang saya dengar, saya lupa  
Yang saya lihat, saya ingat
Yang saya kerjakan, saya paham
Kemudian kata-kata bijak itu diperluas menjadi :
Yang saya dengar, saya lupa 
Yang saya dengar dan saya lihat, saya sedikit ingat
Yang saya dengar, lihat, dan pertanyakan atau diskusikan dengan orang lain, saya mulai paham.
Dari yang saya dengar, lihat, bahas, dan terapkan, saya dapat pengetahuan dan ketrampilan.
Yang saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai (Silbermen, 1996: 23)
Ada beberapa alasan yang dikemukakan mengenai penyebab mengapa
kebanyakan orang cenderung melupakan apa yang mereka dengar. Salah satu jawaban yang menarik adalah karena adanya perbedaan antara kecepatan bicara guru dengan tingkat kemampuan siswa mendengarkan apa yang disampaikan guru. Kebanyakan guru berbicara sekitar 100-200 kata per menit, sementara anak didik hanya mampu mendengarkan 50-100 kata per menitnya (setengah dari apa yang dikemukakan guru), karena siswa mendengarkan  pembicaraan guru sambil berpikir. Kerja otak manusia tidak sama dengan tape recorder yang mampu merekam suara sebanyak apa yang diucapkan dengan waktu yang sama dengan waktu pengucapan.
Dengan menambahkan media visual pada pemberian pelajaran, ingatan akan meningkat dari 14 hingga 38 persen (pike,1989) penelitian yang lain juga menunjukkan adanya peningkatan 200 persen ketika digunakan media visual dalam pembelajaran (Silbermen, 1996: 24-25)
Charles C. Bonwell, memberikan kejelasan bahwa pembelajaran dikatakan aktif jika mempunyai karaktekterstik :
1)        Siswa terlibat lebih dalam dari pasif mendengarkan
2)        Siswa terlibat dalam kegiatan (misalnya, membaca, berdiskusi, menulis)
3)        Ada kurang penekanan pada transmisi informasi dan penekanan yang lebih besar ditempatkan pada pengembangan keterampilan siswa
4)        Ada penekanan yang lebih besar ditempatkan pada eksplorasi sikap dan nilai-nilai
5)        Motivasi siswa meningkat (terutama untuk pelajar dewasa)
6)        Siswa dapat menerima umpan balik langsung dari instruktur mereka
7)        Siswa terlibat dalam berpikir tingkat tinggi (analisis, sintesis, evaluasi) (Charles,1991: 37)
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa Pembelajaran Aktif adalah pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif membangun sendiri konsep dan makna melalui berbagai kegiatan, siswa dituntut aktif bukan guru yang aktif, sedangkan guru harus kreatif dalam mengelola pembelajaran dan tidak lupa harus kreatif pula menyiapkan media pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran sehingga akan didapat suatu pengalaman belajar yang aktif.
Tabel dalam bentuk Active Learning dan pembelajaran pasif
Belajar Aktif
Belajar Pasif
·         Belajar apa saja dari setiap situasi
·         Menggunakan apa yang dipelajari untuk keuntunan anda
·         Mengupayakan agar semuanya terlaksana
·         Bersandar pada kehidupan
·         Tidak dapat melihat adanya potensi belajar
·         Mengabaikan kesemptan untuk berkembang fari suatu pengalaman belajar
·         Membiarkan segalanya terjadi
·         Menarik diri dari kehidupan
Sejalan dengan berjalanya waktu, lembaga pendidikan pesantren Girikusuma juga tidak menutup diri untuk mengadakan pembaharuan-pembaharuan model  pembelajaran yang ada
Model pembelajaran yang diterapkan di pesantren Girikusuma mempunyai karakteristik di antaranya :
1)        Santri tidak terlibat lebih, pasif mendengarkan ceramah
        Kebanyakan santri kelihatan pasif yang notabenya adalah bagi para pemula dalam mempelajari kajian agama, meraka di persiapkan dan juga mengawali melalui kegiatan sekolah islam salaf persiapan dan juga kajian dengan para senior ataupun ustadż yang mendampinginya. Realitan membuktikan bahwa setiap santri harus mengikuti ujian masuk dalam menempatkan posisinya, apakah ia ikut sekolah persiapan atau justru masuk jenjang selanjutnya. Sehingga dalam proses kegiatan belajar yang teralisasi adalah pembelajaran konvensional.
2)        Kyai atau Ustadż yang membacakan, menjelaskan dan santri mendengarkan dan mencatat (Bandongan)   
        Realita membuktikan bahwa di pesantren Girikusuma kyai dan ustadż mempunyai peran yang signifikan terutama dalam mengkaji, menjelaskan kitab-kitab klasik kepada para santri, oleh sebab itu kajian kitab – kitab klasik di jadwalkan oleh kyai kepada para ustadż untuk menyampaikan kepada santri melalui kajian secara bersama- sama, baik santri senior ataupun junior dalam pelaksanaanya kajian tersebut dimulai dari setelah selesai shalat ashar untuk semua jenjang baik i’dadiyah dengan pendampingan ustadż dan materi sendiri, mutashasit juga dengan pendampingan ustadż dan aliyah, setelah sholat magrib bagi para santri senior semua mengikuti kajian kitab Riyadhus shalihin kepada ustadż yang lebih senior dan kajian kepada sesepuh pondok, kyai dilaksanakan pada hari- hari tertentu seperti hari sabtu malam, senin malam dan rabu malam dengan kajian kitab Bukhari Muslim, Hikam Ibnu Atthaillah dan karya al Ghazali seperti Minhajul Abidin, dan juga kajian bersama-sama setiap malam jum’at dengan masyarakat yang ada di desa Girikusuma ataupun luar girikusuma dengan kajian mujahadah ratib al- Attas, bacaan khatmil qur’an juz 30 dan juga bacaan al barjanji kemudian di lanjutkan dengan tausiyah oleh para kyai yang hadir dalam acara pengajian tersebut. 
3)        Santri membahas materi yang di ajarkan oleh ustadż dari kitab kemudian di bahas kembali dengan teman-temanya.
        Pesantren Girikusuma menerapkan mudżakarah setiap malam setelah selesai shalat isyak bagi semua santri yang masih mengikuti sekolah islam salaf ketika pagi sampai siang hari, para santri sesuai dengan jenjang masing-masing. Dalam proses mudżakarah setiap santri memimpin kelompok masing- masing untuk membacakan kitab yang di ajarkan oleh ustadż  ketika di sekolahan kemudian di bahas mulai dari cara membaca yang benar sesuai dengan ilmu gramatika dan juga penjelasan terhadap kitab yang di baca. Ketika terjadi kesalahan dalam membaca, memahami maka teman-teman boleh menyangkal dan juga memberikan argumentasi terhadap kitab tersebut sehingga terjadilah perdebatan yang memancing santri untuk semangat dalam mempertahankan pendapatnya. Sistem mudżakarah  ini semua santri saling bergantian dalam membaca kitab sesuai dengan jadwal pelajaran di sekolah islam salaf pada waktu pagi harinya. Contohnya membaca kitab kitab fiqih takrib   
4)        Diskusi kelompok, Kyai atau Ustadż memberikan topik atau masalah sementara santri berdiskusi di kalangan sendiri kemudian baru berdiskusi dengan kyai (Musyawarah)  
Berdasarkan karakteristik tersebut  pondok pesantren Girikusuma juga menerapkan model pembelajaran Active Learning pada kegiatan mudżakarah dan musyawarah, akan tetapi pondok pesantren Girikusuma tetap menggunakan model pembelajaran pasif atau (Konvensional).
B.  Metode dalam  Active Learning di Pesantren Girikusuma
Metode pembelajaran dalam model Active Learning ada bermacam-macam, antara lain :
1.    Metode Diskusi
Metode diskusi secara umum menunjukkan kegiatan belajar mengajar yang tidak berpusat pada guru dan peran guru dalam pembelajaran tidak eksplisit. Pencapaian kompetensi pada mata pelajaran teori sering menggunakan metode diskusi supaya peserta didik aktif dan memperoleh pengetahuan berdasarkan hasil temuannya sendiri (Mulyatiningsing, 2010: 16)
Menurut Mukrimah (2014: 104) Metode ini bertujuan untuk tukar menukar gagasan, pemikiran, informasi/pengalaman diantara peserta, sehingga dicapai kesepakatan pokok-pokok pikiran (gagasan, kesimpulan). Untuk mencapai kesepakatan tersebut, para peserta dapat saling beradu argumentasi untuk meyakinkan peserta lainnya. Kesepakatan pikiran inilah yang kemudian ditulis sebagai hasil diskusi
Menurut Asmani (2014: 36-37), metode diskusi dapat digunakan sebagai alternatif jawaban untuk memecahkan berbagai problem kehidupan. Dengan catatan, persoalan yang akan didiskusikan harus dikuasai secara mendalam.
Dari beberapa pendapat di atas dapat di simpulakan bahwa metode diskusi adalah metode yang digunakan untuk merangsang siswa berpendapat dalam memecahkam masalah sehingga  menjadikan siswa mandiri dalam mensikapi problem atau permasalahan hidup. Adapun Langkah-langkah melaksanakan metode diskusi umum adalah sebagai berikut:   
a)    Menyampaikan tujuan dan mengatur setting.
b)   Mengarahkan diskusi.
c)    Menyelenggarakan diskusi
d)   Mengakhiri diskusi
e)    Melakukan tanya-jawab singkat tentang proses  dikusi itu Guru menyampaikan tujuan diskusi dan menyiapkan siswa untuk berpartisipasi.
Kelebihan dan kelemahan metode Diskusi Kelas  adalah sebagai berikut.
Menurut Mukrimah kelebihan Metode Diskusi Menurut Arief. A. (2002: 21), disebutkan bahwa diantara keunggulan metode diskusi adalah antara lain : 
1)   Suasana kelas lebih hidup, sebab siswa mengarahkan perhatian atau pikirannya kepada masalah yang sedang didiskusikan
2)   Dapat menaikan prestasi kepribadian individu,  seperti, sikap toleransi, demokrasi, berpikir kritis, sistematis, sabar dan sebagainya. 
3)   Kesimpulan hasil diskusi mudah dipahami siswa, karena mereka mengikuti proses berpikir sebelum sampai kepada suatu kesimpulan.
4)   Siswa dilatih untuk mematuhi peraturan dan tata tertib layaknya dalam suatu musyawarah. 
5)   Membantu murid untuk mengambil keputusan yang lebih baik.
6)   Tidak terjebak kedalam pikiran individu yang kadang-kadang salah, penuh prasangka dan sempit.
Sedangkan menurut Mukrimah kelemahan metode diskusi menurut Roetiyah N.K. (1988: 23), bahwa kelemahan penggunaan metode diskusi antara lain :
1)   Membutuhkan banyak waktu, karena banyaknya sudut pandangan berbeda.
2)   Dalam diskusi menghendaki pembuktian logis, yang tidak terlepas dari fakta-fakta; dan tidak  merupakan jawaban yang hanya dugaan atau coba-coba saja.
3)   Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar.
4)   Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal.
5)    kadang-kadang ada siswa yang memonopoli pembicaraan, dan ada pula siswa yang pasif. 
Beberapa metode diskusi yang memberi peluang untuk menciptakan suasana aktif dan menyenangkan antara lain.
a.    Panel dan Debat
Metode Panel yaitu cara membahasan suatu  masalah melalui suatu kegiatan diskusi yang dilakukan oleh beberapa ahli dari berbagai keahlian dihadapi oleh warga belajar (Mukrimah , 2014: 105)
Menurut  A’la (2012: 92), metode  debat termasuk dalam bagian dari salah satu metode pembelajaran efektif. Dalam metode ini, siswa di bagi dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok beranggotakan beberapa siswa. Selanjutnya guru memberikan materi debat dalam setiap kelompok dan dalam tiap kelompok tersebut ada yang mengambil posisi sebagai pro dan posisi kontra. Dalam hal ini, peran guru adalah mengevaluasi setiap siswa tentang penguasaan materi dan seberapa efektif siswa terlibat dalam debat tersebut, dalam metode ini, siswa dapat diajarkan keterampilan berupa peran masing-masing siswa untuk memfasilitasi proses kelompok, misalnya peran sebagai pencatat, peran sebagai pembuat keputusan, dll. Sedangkan peran guru adalah pe-monitor proses belajar.
Pandangan  Mulyatiningseh (2010: 15-16) tidak jauh berbeda dengan A’la hanya saja mulyatining lebih  diperinci lagi dalam pendapatnya. Panel dilakukan dalam setting formal yang melibatkan empat sampai enam partisipan (panelis) dengan topik yang berbeda-beda di depan pendengar/siswa. Masing-masing patisipan membuat pernyataan terbuka. Simposium mirip dengan diskusi panel tetapi lebih banyak melibatkan penyajian informasi formal oleh masing-masing anggota panel. Task force serupa dengan panel, tetapi topik yang dibahas telah diteliti sebelum disajikan. Debat merupakan diskusi formal oleh dua tim pembicara yang berbeda pandangan. Panel dan debat diarahkan dapat dimanfaatkan oleh seluruh kelas melalui sesi tanya jawab untuk melengkapi informasi yang belum dikuasainya.
Langkah-langkah debat:
1)   Guru membagi 2 kelompok peserta debat yang satu pro dan yang lainnya
Kontra
2)   Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan didebatkan
oleh kedua kelompok diatas
3)   Setelah selesai membaca materi, guru menunjuk salah satu anggota
kelompok pro untuk berbicara dan saat itu pula ditanggapi atau dibalas oleh kelompok kontra demikian seterusnya sampai sebagian besar peserta didik bisa mengemukakan pendapatnya.
4)   Sementara peserta didik menyampaikan gagasannya, guru menulis inti/ide-ide dari setiap pembicaraan di papan tulis. Sampai sejumlah ide yang diharapkan guru terpenuhi
5)   Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkap
6)   Guru mengajak peserta didik membuat kesimpulan/rangkuman yang  mengacu pada topik yang ingin dicapai berdasarkan data yang tercatat di
papan tulis.
b.    Jigsaw
Jigsaw merupakan metode diskusi kelompok. Setiap kelompok terdiri dari empat sampai enam anggota. Materi pelajaran dibagi menjadi beberapa subtopik dan setiap anggota kelompok bertanggung  jawab untuk memahami satu subtopik. Anggota tim dari kelompok lain yang telah mempelajari subtopik yang sama bertemu dalam ”kelompok ahli (expert group) untuk mendiskusikan subtopik mereka. Selanjutnya, setelah berdiskusi dalam kelompok ahli, peserta didik kembali ke kelompok yang semula untuk mengajarkan atau menyampaikan subtopik kepada anggota kelompoknya sendiri. Ahli dalam subtopik lainnya juga bertindak serupa, sehingga seluruh peserta didik dapat menguasai seluruh materi yang ditugaskan oleh guru (Mulyatiningseh, 2010: 17)
Langkah-langkah Jigsaw:
1)   Peserta didik dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok/tim
2)   Setiap anggota kelompok diberi tugas mempelajari materi yang berbeda
3)   Anggota yang telah mempelajari bagian/sub bab bertemu dengan anggota dari kelompok lain yang mempelajari bagian/sub bab yang sama untuk membentuk kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab yang mereka pelajari
4)   Setelah selesai diskusi dengan tim ahli, tiap anggota tim ahli kembali ke kelompok asalnya masing-masing dan menyampaikan hasil diskusinya secara bergantian sampai semua anggota kelompok menguasai semua materi yang didiskusikan.
5)   Guru memberi evaluasi hasil belajar kelompok tersebut.
2.    Metode Seminar
Metode seminar adalah suatu kegiatan ilmiah yang  dilakukan oleh beberapa orang dalam suatu sidang yang berusaha membahas / mengupas masalah-masalah atau hal-hal tertentu dalam rangka mencari jalan memecahkannya atau mencari pedoman pelaksanaanya Mukrimah (2014: 106).
Kelebihan metode seminar
a.    Peserta mendapatkan keterangan teoritis yang luas dan mendalam tentang masalah yang diseminarkan
b.    Peserta mendapatkan petunjuk-petunjuk praktis untuk melaksanakan tugasnya
c.    Peserta dibina untuk bersikap dan berfikir secara ilmiah
d.   Terpupuknya kerja sama antar peserta
e.    Terhubungnya lembaga pendidikan dan  masyarakat
Kelemahan Metode Seminar
a.    Memerlukan waktu yang lama
b.    Peserta menjadi kurang aktif
c.    Membutuhkan penataan ruang tersendiri 
Berdasarkan keterangan tersebut  dapat kita komparasikan dengan metode pembelajaran yang terdapat di pondok pesantren girikusuma.
Metode pembelajaran kitab di pesantren Girikusuma, meliputi :
1)        Metode Sorogan
                        Sorogan yaitu suatu sistem belajar secara individual dimana seorang santri berhadapan dengan seorang guru, dengan sistem pengajaran secara sorogan ini memungkinkan hubungan Kyai dengan Santri sangat dekat, sebab Kyiai dapat mengenal kemampuan pribadi santri secara satu persatu (Mastuhu: 1994: 61)
                        Sistem pengajaran dengan pola sorogan dilaksanakan dengan jalan santri yang biasanya pandai menyodorkan sebuah kitab kepada kyai untuk dibaca dihadapan kyai, dan kalau ada salahnya, kesalahan itu langsung dihadapi oleh kyai.
Manfaat yang terdapat dalam metode atau sistem sorogan diantaranya:
a)    Santri lebih mudah berdialog secara langsung dengan kyai atau ustadż.
b)   Santri lebih cepat dan matang dalam mengkaji kitab-kitab kuning.
c)    Santri lebih memahami dan mengenang kitab yang dipelajari dan bersikap aktif (Nasir, 2010: 137)
                        Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa metode sorogan yang diterapkan di pesantren Girikusuma merupakan bagian dari konsep pembelajaran  Active Learning  (Dialogue With Others) artinya santri berkomunikasi dengan orang lain, baik itu guru atau kyai.
2)        Wetonan/ Bandongan
                        Bandongan adalah belajar secara kelompok yang diikuti oleh seluruh santri. Berlangsungnnya pengajian itu merupakan inisiatif kyai itu sendiri, baik dalam menentukan tempat, waktu terutama kitabnya. Kelompok santri yang duduk mengitari kyai dalam pengajian itu disebut halaqah (Dhofier, 1999: 28)
                        Pelaksanaan sistem pengajaran wetonan ini adalah kyai membaca suatu kitab dalam waktu tertentu, dan santri membawa kitab yang sama, kemudian mendengarkan dan menyimak tentang bacaan kyai tersebut. Sistem pengajaran yang demikian seolah-olah sistem bebas, sebab absensi santri tidak ada, santri boleh datang boleh tidak, tidak ada sistem kenaikan kelas, dan santri yang cepat menamatkan kitab boleh menyambung ke kitab yang lebih tinggi atau mempelajari kitab kitab yang lain. Seolah-olah sistem ini mendidik anak supaya kreatif dan dinamis, ditambah lagi sistem pengajaran wetonan ini lama belajar santri tidak tergantung kepada lamanya tahun belajar, tetapi berpatokan kepada kapan anak itu menamatkan kitab-kitab pelajaran yang telah di tetapkan. Kegiatan pembelajaran ini, dilakukan dalam format diskusi, diawal dengan mereviu kembali materi pelajaran sebelumnya yang disampaikan oleh ustadż masing-masing fak ilmu, atau rois am,  dilanjutkan dengan siswa mendengarkan seorang guru yang membaca, menerjemahkan, dan menerangkan buku-buku Islam dalam bahasa Arab (kitab kuning). Kelompok kelas dari sistem bandongan ini disebut halaqah yang artinya sekelompok siswa yang belajar dibawah bimbingan seorang guru.
3)        Metode Mudżakarah
                        Mudżakarah atau Musyawarah adalah pertemuan ilmiah yang secara khusus membahas persoalan agama pada umumnya. Metode ini digunakan dalam dua tingkatan, ( Thoriqussu’ud, 2012: 236):
                        Pertama: Mudżakarah diselenggarakan oleh sesama santri untuk membahas suatu masalah dengan tujuan, melatih para santri agar terlatih dalam memecahkan persoalan dengan mempergunakan kitab-kitab yang tersedia. Salah seorng santri mesti ditunjuk sebagai juru bicara untuk menyampaikan kesimpulan dari masalah yang di diskusikan 
                        Kedua: Mudżakarah yang dipimpin oleh kyai, dimana hasil mudżakarah para santri diajukan untuk dibahas dan dinilai seperti dalam suatu seminar. Biasanya lebih banyak berisi Tanya jawab dan hampir seluruhnya di selenggarakan dalam bahasa Arab.



Tabel Metode Pembelajaran


 

















3.    Strategi  Active-Learning di Pesantren Girikusuma
Pembelajaran Aktif adalah pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif membangun sendiri konsep dan makna melalui berbagai kegiatan, siswa dituntut aktif dan produktif dalam mengeluarkan ide-idenya, oleh karena dalam prosesnya di butuhkan berbagai macam strategi,
Macam-macam strategi Active-Learning di antaranya :
a.    Strategi Pembentukan Tim
Strategi Pembentukan Tim adalah Strategi yang memberikan kemudahan bagi siswa untuk saling mengenal dan saling membangun semangat tim dengan sebuah kelompok yang sudah kenal satu sama yang lain, strategi ini memungkinkan siswa untuk lebih mengenal, berbagai pendapat dan membahas gagasan-gagasan, nilai-nilai atau pemecahan masalah baru (Silbermen, 1996: 65)
Prosedur yang harus dilaksanakan dalam strategi tersebut diantaranya
1)   Berikan siswa satu buku catatan merek apa saja.
2)   Mintalah mereka untuk menulis pada buku catatan tersebut salah satu dari hal-hal berikut ini :
a)    Nilai-nilai yang mereka anut
b)   Pengalaman yang mereka dapatkan belakang ini
c)    Gagasan atau solusi kreatif atas persoalan yang anda kemukakan
d)   Pertanyaan yang mereka milikitentang materi yang diajarkan di kelas
e)    Pendapat mereka tentang topik yang anda pilih
f)    Fakta mereka sendiri dan mata pelajaran.
3)   Perintahkan siswa untuk meletakkan kertas catatan pada baju mereka dan berkeliling di sekitar ruang kelas untuk saling membaca catatan mereka
4)   Selanjutnya perintahkan siswa kembali ke kelompok masing-masing dan merundingkan pertukaran catatan satu sama lain.
5)   Perintahkan siswa untuk kembali ke tempat masing-masing dan berbagi pengalaman tentang pertukaran apa yang telah dia lakukan dan apa sebabnya.
Variasi yang terdapat dalam strategi tim :
1)   Perintahkan siswa untuk membentuk sub kelompok , bukannya bertukar catatan dan seluruh siswa mendiskusikan isi catatan mereka.
2)   Perintahkan siswa untuk menempel catatan mereka di tempat terbuka (misalnya papan tulis,whiteboard,dsb) dan diskusikan persamaan dan perbedaan (Silbermen, 1996: 65-66)
b.    Strategi Penilaian Sederhana
               Strategi penilaian sederhana digunakan dalam upaya penbentukan tim, semua dirancang untuk membantu mempelajari kelas, melibatkan siswa semenjak awal. Strategi penilaian sederhana ini juga berguna bagi guru yang tidak memiliki kesempatan untuk mempelajari karakteristis siswa, dan juga berguna bagi guru untuk memperkuat informasi yang guru kumpulkan sebelum dimulainya materi pembelajaran.
               Strategi penilaian sederhana ini merupakan cara menarik untuk menilai kelas secara langsung pada saat bersamaan, melibatkan siswa dari awal untuk mengenal satu sama lain dan bekerjasama (Silbermen, 1996: 88-89)
               Prosedur yang harus dilaksanakan dalam strategi tersebut diantaranya:
1)      Susunlah tiga atau empat pertanyaan untuk mempelajari seperti apa siswa beserta menyertakan pertanyaan-pertanyaan tentang hal-hal berikut:
a)    Pengetahuan mereka tentang materi pelajaran
b)   Sikap mereka terhadap materi pelajaran
c)    Pengalaman –pengalaman siswa yang relavan dengan msteri pelajaran
d)   Keterampilan yang telah mereka dapatkan
e)    Latar belakang mereka
f)     Apa yang mereka butuhkan atau harapkan dari mata pelajaran ini.
2)      Bagilah siswa menjadi kelompok tiga orang dan sesuaikan dengan pertanyaan yang di buat.
3)      Kumpulkan kembali siswa dalam sub- sub kelompok yang telah diberi pertanyaan yang sama.
4)      Perintahkan tiap sub kelompok untuk menyatukan data mereka dan mengikhtisarkan, kemudian perintah tiap sub kelompok untuk melaporkan kepada seluruh siswa apa yang telah mereka pelajari (Silbermen, 1996: 90)
Variasi yang terdapat dalam strategi ini :
1)      Perintahkan siswa untuk menyusun pertanyaan mereka sendiri.
2)      Dengan pertanyaan yang sama, pasangkan siswa dan perintahkan mereka untuk mewawancarai satu sama lain
c.     Strategi Pelibatan belajar langsung
               Strategi pelibatan belajar langsung di gunakan untuk menjadikan siswa aktif dari awal karena strategi tersebut dirancang untuk mengenalkan siswa terhadap mata pelajaran guna membangun minat, menimbulkan rasa ingin tahu dan meransangsang untuk berfikir. Siswa tidak bisa berbuat apa-apa jika pikiran mereka tidak di”on”kan, banyak guru yang membuat kesalahan dengan mengajar terlalu awal yakni sebelum siswa merasa terlibat dan siap secara mental (Silbermen, 1996: 99).
               Prosedur yang harus dilaksanakan dalam strategi tersebut diantaranya:
1)   Sediakan daftar pertanyaan yang terkait dengan materi pelajaran yang akan di ajarkan, yang meliputi :
a)                  Kata-kata untuk di definisikan
b)                  Pertanyaan pilihan ganda mengenai fakta atau konsep
c)                  Orang yang di definisikan
d)   Pertanyaan tentang tindakan yang bisa di ambil oleh seseorang dalam situasi tersebut.
e)    Kalimat tidak lengkap  misalnya mengidentifikasi katagori dasar dari tugas yang dapat kalian kerjakan menggunakan progam komputer
2)   Perintahkan siswa untuk menjawab pertanyaan - pertanyaan itu sebaik yang mereka bisa
3)   Perintahkan mereka untuk menyebar di dalam ruangan, mencari siswa yang dapat menjawab pertanyaan yang mereka sendiri tidak tahu jawabanya, doronglah siswa untuk saling membantu.
4)   Dan perintahkan mereka untuk kembali ke tempat semula dan bahaslah jawaban mereka yang di dapat.
                              Variasi yang terdapat dalam strategi ini :
a)      Berikan satu lembar kartu indeks kepada setiap siswa, perintahkan mereka untuk menulis satu informasi  yang menurut mereka akurat tentang materi yang di ajarkan kemudian suruhlah mereka berpencar di dalam kelas
b)      Gunakan pertanyaan opini buka pertanyaan faktual atau gabungkan pertanyaan opini dengan pertanyaan aktual (Silbermen, 1996: 101-102)  
3. Analisis
              Pembelajaran Active merupakan pembelajaran yang menekankan kepada siswa untuk selalu aktif, berimajinasi, menemukan gagasan – gagasan baru dalam mengelaborasi dan mengexplor pelajaran, sebagaiamana ketika seorang siswa diberi kesempatan untuk menjelalajah pada materi pelajaran kemudian pembimbing atau guru selalu memberikan kesempatan maka, alhasil siswa akan lebih banyak menguasai materi dan bahkan lebih berpengalaman di dalam penguasaan pelajaran, disebabkan karena kebebasan mereka dalam mengexplorasi mata pelajaran.
              Dalam prosesnya diperlukan berbagai  macam  strategi yang relevan dan juga metode - metode yang menarik sehingga pembelajaran selalu menyenangkan tidak bosan sebagaimana strategi pembelajaran yang bertujuan kepada siswa untuk selalu aktif dan kreatif dalam dalam pembelajaran, contoh metode yang di terapakan dalam strategi tersebut  adalah strategi diskusi, yang di dalamnya juga terdapat metode panel dan debat dengan metode tersebut siswa bener-bener berpastisipasi dan juga berperan aktif dalam menyelesaikan masalah yang dibahas, sehingga pembelajaran terasa hidup tidak pasif dan yang terasa adalah senang karena perbedaan pendapat dalam penyelesaian masalah.
              Di pesantren Girikusma juga menerapkan pembelajaran aktif, untuk mengoptimalkan semua potensi yang di miliki para santri terutama ketika pembelajaran pada malam hari yaitu diterapkanya sistem belajar malam atau dalam bahasa kita adalah mudżakarah bersama untuk membahas kitab – kitab klasik yang di pelajari di pagi hari ketika ke sekolah islam salaf, dalam proses mudżakarah salah satu di antara mereka harus ada yang memimpin jalanya kajian kitab tersebut dan yang lain menyimak dari yang membaca, apabila ada kesalahan dalam membaca atau memahami kalimat kalimat arab maka yang lainya di perbolehkan menyimak atau membenarkan maksud dari kalimat – kalimat arab tersebut,  dan ternyata sistem tersebut memberikan manfaat yang luar biasa. bagi para santri untuk mengeluarkan potensi – potensi yang terpendam yang selama ini belum di keluarga.
BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Dari pembahasan makalah ini dapat disimpulkan bahwa pada intinya model Pembelajaran aktif (active learning) di pesantren Girikusuma berperan besar untuk mengoptimalkan semua potensi yang dimiliki oleh santri/siswa, sehingga semua santri dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki.
Di samping itu, pembelajaran aktif dalam lingkungan pondok pesantren sangat diperlukan untuk menjaga perhatian santri atau siswa agar tetap tertuju pada proses pembelajaran. Dan dalam proses kegiatan belajar mengajar akan lebih mudah dipahami serta lebih lama diingat siswa, apabila siswa dilibatkan secara aktif baik mental, fisik, dan social
Dalam pelaksanaan pembelajaran aktif di pesantren Girikusuma seorang ustadż/guru dapat menggunakan berbagai metode yang sesuai dengan kondisi santri/siswa. Penggunaan metode dan strategi belajar aktif dalam kegiatan belajar mengajar akan lebih efektif apabila disesuaikan dengan kondisi lingkungan belajar dan kemampuan seorang ustadż/guru dalam melaksanakan strategi atau metode tersebut. 



DAFTAR PUSTAKA
A’la, Miftahul, 2012, Quantum Teaching, Jogjakarta, Diva Press Sampangan Gg Perkutut.
Asmani, Jamal Ma’mur, 2014, 7tips Aplikasi Pakem(Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan, Sampangan Gg perkutut.
Bonwell, Charles C., dan James A. Eison, 1996,  Active Learning Creating Excitement in the Classroom, Clearinghouse on Higher Education The George Washington University)
Dee Fink, L., Active Learning, reprinted with permission of the Oklahoma Instructional Development Program, 1999
Dhofier, Zamakhsyari, Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, Jakarta, LP3ES, 1984.
Joseph, Emmanuel Bassey, 2010, International Journal of Pembangunan Penelitian, Education and Contemporary Issues in Nigeria: Matters Arisingin Vocational and Technical Education (VTE).
Khoiri, Hasan, 2014,  Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVIII HFI, Penerapan Strategi Pembelajaran Student Active Learning dalam pembelajaran pada pokok bahasan perpindahan kalor, Yogjakarta
Mastuhu, 1994, Dinamika Sistem Pesantren, Jakarta, Perpustakaan Nasional
Mukrimaa, Syifa S, 2014, 53 Metode Belajar Dan Pembelajaran Plus Aplikasinya, Universitas Pendidikan Indonesia.
Mulyatiningsih, endang, 2010, Diklat Peningkatan Kompetensi Pengawas Dalam Rangka Penjaminan Mutu Pendidikan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Inovatif, Efektif dan Menyenangkan (Paikem), Jl. Raya Parung Km 22-23 Bojongsari, Depok, Jawa Barat
Nasir, Ridlwan, 2010,  Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal Pondok Pesantren ditengah Arus Perubahan, Yogjakarta, Pustaka Pelajar.
Rizal Ahmad, 2012, Pendidikan Nilai Secara Active Learning, Jurnal Pendidikan Agama Islam – Ta’lim Volume 10 No.1
Soahudin,  2014, Islamic Studies Journal, konsep pendidikan Al-Ghazali tinjauan filsafatpendidikan, | Vol. 2 No. 1 Januari – Juni.
Sefuddin, Asis, 2014, Pembelajaran Efektif, Bandung, PT Remaja Rosdakarya.
Suyono, 2015 Implementasi Belajar Dan Pembelajaran, Bandung, PT Remaja Rosdakarya.
Silbermen, melvin, 1996, Active Learning 101 Strategis To Tech Any Subject, Boston, diterjemahkan oleh Raisul Mustaqim, 2009, 101 Cara Siswa Belajar Aktif, Bandung, Nusamedia.
Saputro, Dwi Anip, Prosiding Seminar Nasional PendidikanInovasi Pembelajaran untuk Pendidikan Berkemajuan” FKIP Universitas Muhammadiyah Ponorogo, 7 November 2015
Thoriqussu’ud, Muhammad, 2012, Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli.
Wena, Made, 2014, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Suatu Tinjauan Konseptual Operasional, Jakarta Timur, Bumi Aksara.
Westwood, Peter, What Teachers Need to Know about Teaching Methods, (Victoria: ACER Press, 2008).
Crawford, Alan E, 2005, Teaching and Learning Strategies for Thinking Classroom, New York: The International Debate Education Association
Richard, Jack C. dan Theodore S. Rodgers, Approaches and Methodes in Language Teaching, (Cambridge: Cambridge University Press, 1999)
Sanjaya, Wina, 2006, Strategi Pembelajaran Berorentasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta, Kencana Prenada Media Grup.
Sagala, Syaiful, 2012, Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar Mengajar, Bandung, CV, ALFABETA.
Suprijono, Agus, 2012, Cooperative learning teori dan aplikasi paikem, Yogyakarta, Pustaka Pelajar
Uno, Hamzah, 2011, Model Pembelajaran,Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif Dan Efektif, Jakarta, Bumi aksara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan beri masukan komentar anda