Variabel
1. Pengertian Variabel
Ada beberapa definisi tentang
variabel. Diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Variabel adalah segala
sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian. Pengertian yang dapat
diambil dari definisi tersebut ialah bahwa dalam penelitian terdapat sesuatu
yang menjadi sasaran, yaitu variabel, sehingga variabel merupakan fenomena yang
menjadi pusat perhatian penelitian untuk diobservasi atau diukur.
b. Variabel adalah konsep
yang memiliki variasi nilai.
Definisi di atas mengandung makna bahwa sesuatu atau konsep
dapat disebut variabel jika konsep tersebut memiliki variabilitas atau dapat
dibedakan menjadi beberapa jenis atau kategori.
2. Klasifikasi Variabel
Variabel dapat diklasifikasikan berdasarkan skala
pengukurannya, konteks hubungannya, dan dapat tidaknya variabel dimanipulasi.
a. Berdasarkan skala pengukurannya
1) Variabel nominal
Variabel nominal merupakan variabel dengan skala paling
sederhana karena fungsinya hanya untuk membedakan atau memberi label suatu
subjek atau kategori. Contoh variabel nominal : jenis kelamin (laki-laki dan
perempuan).
2) Variabel ordinal
Variabel ordinal adalah variabel yang dibedakan menjadi
beberapa secara bertingkat, contoh status sosial ekonomi : rendah, sedang,
tinggi.
3) Variabel interval
Variabel interval adalah variabel yang selain dimaksudkan
untuk membedakan, mempunyai tingkatan, juga mempunyai jarak yang
pasti antara satu kategori dengan kategori lainnya, contoh prestasi
belajar : 5, 6, 7, 8, dst.
4) Variabel rasio
Variabel rasio merupakan variabel selain bersifat membedakan, mempunyai tingkatan yang jaraknya pasti, dan
setiap nilai kategori diukur dari titik yang sama (bersifat absolut), contoh : berat badan, tinggi badan, dst.
b. Berdasarkan konteks hubungannya
Variabel dalam suatu penelitian jumlahnya bisa lebih dari satu.
Variabel-variabel tersebut saling berhubungan dan jika ditinjau
dari konteks ini variable dibedakan menjadi :
1) Variabel bebas atau independent
variables
Variabel bebas adalah variabel yang nilainya mempengaruhi
variabel lainnya, yaitu variable terikat.
2) Variabel terikat atau dependent
variabel
Variabel terikat merupakan variabel yang nilainya tergantung
dari nilai vaiabel lainnya.
3) Variabel moderator atau variable
intervening
Variabel moderator merupakan variable yang juga mempengaruhi
variabel terikat, namun dalam penelitian pengaruhnya tidak diutamakan.
4) Variabel perancu (confuding
variable)
Variabel perancu merupakan variabel yang menghubungkan variabel bebas dan variabel
terikat, tetapi bukan variable antara.
5) Variabel kendali
Variabel kendali merupakan variabel yang juga mempengaruhi
variabel terikat, tetapi dalam penelitian keberadaannya dijadikan netral.
6) Variabel rambang
Variabel rambang merupakan variabel yang ikut mempengaruhi
variabel terikat namun pengaruhnya tidak begitu berarti, sehingga
keberadaan variabel ini dalam penelitian diabaikan.
c. Berdasarkan dapat tidaknya
variabel dimanipulasi
Ada variabel di mana peneliti dapat melakukan intervensi dan
ada pula variable di mana peneliti tidak dapat melakukan intervensi. Atas dasar
tinjauan ini, variabel dibedakan menjadi:
1) Variabel dinamis, adalah variabel yang dapat dimanipulasi
atau diintervensi oleh peneliti, contoh: metoda mengajar, teknik pelatihan,
strategi pembiasaan, dst.
2) Variabel statis, merupakan variabel yang tidak dapat
diintervensi atau dimanipulasi oleh peneliti, contoh: jenis kelamin, umur,
status perkawinan, dst.
3. Hubungan Antar Variabel
Hubungan antar variable dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu
: hubungan asimetris, hubungan simetris, dan hubungan timbal balik.
a. Hubungan asimetris
Pada hubungan asimetris, suatu variabel atau
variabel-variabel bebas berhubungan dengan variabel atau variabel-variabel
terikat.
Hubungan
variabel asimetris dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Hubungan variabel bivariat: hubungan antara dua variabel.
Contoh hubungan asimetris bivariat : hubungan kecerdasan
intelektual (X) dengan prestasi belajar (Y). Siswa yang mempunyai kecerdasan
intelektual yang tinggi, presteasi belajarnya juga tinggi.
Secara visual hubungan tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut:
X Y
2) Hubungan variabel multivariat: hubungan antara tiga
variabel atau lebih.
Contoh hubungan asimetris multivariate:
Hubungan kecerdasan intelektual (X₁), kecerdasan emosional (X₂),
dan motivsi belajar (X₃) dengan prestasi belajar (Y).
Secara visual hubungan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
X1
X2 Y
X3
b. Hubungan simetris
Hubungan variable secara simetris artinya ada hubungan antara dua
variabel, tetapi variabel yang satu tidak disebabkan atau dipengaruhi oleh
variable lainnya.
Contoh hubungan variable secara simetris:
Variabel tinggi badan (Y₁)
dan variable berat badan (Y₂) merupakan variable terikat
yang dipengaruhi oleh variabel pertumbuhan (X). Kedua variable terikat
berhubungan tetapi variable yang satu tidak dipengaruhi
variable lainnya. Secara visual hubungan tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut:
Y1
X
Y2
c. Hubungan timbal balik
Hubungan variabel dikatakan bersifat timbal balik
jika variabel yang satu mempengaruhi variabel lainnya dan sebaliknya.
Contoh hubungan variabel secara timbal balik: Variabel
rasa percaya diri (X) mempengaruhi prestasi belajar (Y)
dan sebaliknya, prestasi belajar juga mempengaruhi rasa percaya diri. Tingkat
Pendapatan (X) mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi (Y) dan sebaliknya, petumbuhan
ekonomi mempengaruhi tingkat pendapatan.
Hubungan
semacam ini dapat digambarkan sebagai berikut:
X Y
4. Pendefinisian Variabel Secara
Operasional
a. Pengertian definisi operasional
Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas
sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati. Lain halnya dengan
definisi konseptual, definisi konseptual lebih bersifat hipotetikal dan
“tidak dapat diobservasi”. Karena definisi konseptual merupakan suatu
konsep yang didefinisikan dengan referensi konsep yang lain. Definisi
konseptual bermanfaat untuk membuat logika proses perumusan (derivasi) hipotesa.
b. Pentingnya operasionalisasi
variabel
Variabel harus didefinisikan secara operasional agar lebih
mudah dicari hubungannya antara satu variabel dengan lainnya
dan pengukurannya. Tanpa operasionalisasi variabel, peneliti
akan mengalami kesulitan dalam menentukan pengukuran hubungan
antar variable yang masih bersifat konseptual.
Operasionalisasi variabel bermanfaat untuk:
1) mengidentifikasi kriteria yang dapat diobservasi yang
sedang didefinisikan;
2) menunjukkan bahwa suatu konsep atau objek/variabel mungkin mempunyai lebih dari satu definisi operasional;
3) mengetahui bahwa definisi operasional bersifat unik
dalam situasi dimana definisi tersebut harus digunakan.
c. Cara-Cara Menyusun Definisi Operasional
Ada tiga
pendekatan untuk menyusun definisi operasional yaitu:
1) Menekankan kegiatan apa yang perlu dilakukan,
2) Menekankan pada bagaimana kegiatan itu
dilakukan, dan
3) Menekankan sifat-sifat statis/dinamis yang
didefinisikan.
Ketiga cara menyusun definisi operasional tersebut dapat
disebut sebagai definisi operasional tipe A atau pola I, definisi operasional
pola B atau tipe II, dan definisi operasional tipe C atau pola III (Sumadi
Suryabrata, 2000: 76-77; Sarwono, 2006)
1) Definisi Operasional Tipe A atau Pola I
Definisi operasional Tipe A dapat disusun didasarkan pada
operasi yang harus dilakukan, sehingga menyebabkan gejala atau keadaan yang
didefinisikan menjadi nyata atau dapat terjadi. Dengan menggunakan prosedur
tertentu peneliti dapat membuat gejala menjadi nyata.
Contoh:
“Konflik” didefinisikan sebagai keadaan yang dihasilkan dengan menempatkan dua
orang atau lebih pada situasi dimana masing-masing orang mempunyai tujuan yang
sama, tetapi hanya satu orang yang akan dapat mencapainya.
2) Definisi Operasional Tipe B atau Pola II
Definisi
operasional Tipe B dapat disusun didasarkan pada bagaimana objek tertentu yang
didefinisikan dapat dioperasionalisasikan, yaitu berupa apa yang dilakukannya
atau merujuk karaktersitik-karakteristik dinamisnya.
Contoh: “Orang pandai” dapat didefinisikan sebagai seorang
yang mendapatkan nilai-nilai tinggi di sekolahnya.
3) Definisi Operasional Tipe C atau
Pola III
Definisi operasional Tipe C dapat disusun didasarkan pada penampakan
seperti apa objek atau gejala yang didefinisikan tersebut, yaitu apa saja susunan karaktersitik-karaktersitik
statisnya.
Contoh: “Orang pandai” dapat didefinisikan sebagai orang
yang mempunyai ingatan kuat, menguasai beberapa bahasa asing, kemampuan
berpikir baik, sistematis dan mempunyai kemampuan menghitung secara cepat.
d. Kriteria Keunikan
Dalam menyusun definisi operasional, definisi tersebut
sebaiknya dapat mengidentifikasi seperangkat kriteria unik yang dapat diamati.
Semakin unik suatu definisi operasional, semakin bermanfaat, karena
akan banyak memberikan informasi kepada peneliti, dan semakin menghilangkan
objek-objek atau pernyataan lain yang muncul yang tidak diinginkan
dan dapat direplikasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan beri masukan komentar anda