Pengikut

Senin, 11 Mei 2015

metodologi penelitian  bab variabel
Variabel
1. Pengertian Variabel
Ada beberapa definisi tentang variabel. Diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian. Pengertian yang dapat diambil dari definisi tersebut ialah bahwa dalam penelitian terdapat sesuatu yang menjadi sasaran, yaitu variabel, sehingga variabel merupakan fenomena yang menjadi pusat perhatian penelitian untuk diobservasi atau diukur.
b. Variabel adalah konsep yang memiliki variasi nilai.
Definisi di atas mengandung makna bahwa sesuatu atau konsep dapat disebut variabel jika konsep tersebut memiliki variabilitas atau dapat dibedakan menjadi beberapa jenis atau kategori.
2. Klasifikasi Variabel
Variabel dapat diklasifikasikan berdasarkan skala pengukurannya, konteks hubungannya, dan dapat tidaknya variabel dimanipulasi.
a. Berdasarkan skala pengukurannya
1)   Variabel nominal
Variabel nominal merupakan variabel dengan skala paling sederhana karena fungsinya hanya untuk membedakan atau memberi label suatu subjek atau kategori. Contoh variabel nominal : jenis kelamin (laki-laki dan perempuan).
2)   Variabel ordinal
Variabel ordinal adalah variabel yang dibedakan menjadi beberapa secara bertingkat, contoh status sosial ekonomi : rendah, sedang, tinggi.
3)   Variabel interval
Variabel interval adalah variabel yang selain dimaksudkan untuk membedakan, mempunyai tingkatan, juga mempunyai jarak yang pasti antara satu kategori dengan kategori lainnya, contoh prestasi belajar : 5, 6, 7, 8, dst.
4)   Variabel rasio
Variabel rasio merupakan variabel selain bersifat membedakan, mempunyai tingkatan yang jaraknya pasti, dan setiap nilai kategori diukur dari titik yang sama (bersifat absolut), contoh : berat badan, tinggi badan, dst.
b. Berdasarkan konteks hubungannya
Variabel dalam suatu penelitian jumlahnya bisa lebih dari satu. Variabel-variabel tersebut saling berhubungan dan jika ditinjau dari konteks ini variable dibedakan menjadi :
1) Variabel bebas atau independent variables
Variabel bebas adalah variabel yang nilainya mempengaruhi variabel lainnya, yaitu variable terikat.
2) Variabel terikat atau dependent variabel
Variabel terikat merupakan variabel yang nilainya tergantung dari nilai vaiabel lainnya.
3) Variabel moderator atau variable intervening
Variabel moderator merupakan variable yang juga mempengaruhi variabel terikat, namun dalam penelitian pengaruhnya tidak diutamakan.
4) Variabel perancu (confuding variable)
Variabel perancu merupakan variabel yang menghubungkan variabel bebas dan variabel terikat, tetapi bukan variable antara.

5) Variabel kendali
Variabel kendali merupakan variabel yang juga mempengaruhi variabel terikat, tetapi dalam penelitian keberadaannya dijadikan netral.
6) Variabel rambang
Variabel rambang merupakan variabel yang ikut mempengaruhi variabel terikat namun pengaruhnya tidak begitu berarti, sehingga keberadaan variabel ini dalam penelitian diabaikan.
c. Berdasarkan dapat tidaknya variabel dimanipulasi
Ada variabel di mana peneliti dapat melakukan intervensi dan ada pula variable di mana peneliti tidak dapat melakukan intervensi. Atas dasar tinjauan ini, variabel dibedakan menjadi:
1) Variabel dinamis, adalah variabel yang dapat dimanipulasi atau diintervensi oleh peneliti, contoh: metoda mengajar, teknik pelatihan, strategi pembiasaan, dst.
2) Variabel statis, merupakan variabel yang tidak dapat diintervensi atau dimanipulasi oleh peneliti, contoh: jenis kelamin, umur, status perkawinan, dst.
3. Hubungan Antar Variabel
Hubungan antar variable dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu : hubungan asimetris, hubungan simetris, dan hubungan timbal balik.
a. Hubungan asimetris
Pada hubungan asimetris, suatu variabel atau variabel-variabel bebas berhubungan dengan variabel atau variabel-variabel terikat.

Hubungan variabel asimetris dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Hubungan variabel bivariat: hubungan antara dua variabel.
Contoh hubungan asimetris bivariat : hubungan kecerdasan intelektual (X) dengan prestasi belajar (Y). Siswa yang mempunyai kecerdasan intelektual yang tinggi, presteasi belajarnya juga tinggi.

Secara visual hubungan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

                        X                                                Y

2) Hubungan variabel multivariat: hubungan antara tiga variabel atau lebih.
Contoh hubungan asimetris multivariate:
Hubungan kecerdasan intelektual (X), kecerdasan emosional (X), dan motivsi belajar (X) dengan prestasi belajar (Y).
Secara visual hubungan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

X1

X2                                                          Y
 


X3




b. Hubungan simetris
Hubungan variable secara simetris artinya ada hubungan antara dua variabel, tetapi variabel yang satu tidak disebabkan atau dipengaruhi oleh variable lainnya.
Contoh hubungan variable secara simetris:
Variabel tinggi badan (Y) dan variable berat badan (Y) merupakan variable terikat yang dipengaruhi oleh variabel pertumbuhan (X). Kedua variable terikat berhubungan tetapi variable yang satu tidak dipengaruhi variable lainnya. Secara visual hubungan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

                                                                           Y1
 


                           X

                                                                           Y2
c. Hubungan timbal balik
Hubungan variabel dikatakan bersifat timbal balik jika variabel yang satu mempengaruhi variabel lainnya dan sebaliknya.
Contoh hubungan variabel secara timbal balik: Variabel rasa percaya diri (X) mempengaruhi prestasi belajar (Y) dan sebaliknya, prestasi belajar juga mempengaruhi rasa percaya diri. Tingkat Pendapatan (X) mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi (Y) dan sebaliknya, petumbuhan ekonomi mempengaruhi tingkat pendapatan.
Hubungan semacam ini dapat digambarkan sebagai berikut:

                                       X                                             Y

4. Pendefinisian Variabel Secara Operasional
a. Pengertian definisi operasional
Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati. Lain halnya dengan definisi konseptual, definisi konseptual lebih bersifat hipotetikal dan “tidak dapat diobservasi”. Karena definisi konseptual merupakan suatu konsep yang didefinisikan dengan referensi konsep yang lain. Definisi konseptual bermanfaat untuk membuat logika proses perumusan (derivasi) hipotesa.
b. Pentingnya operasionalisasi variabel
Variabel harus didefinisikan secara operasional agar lebih mudah dicari hubungannya antara satu variabel dengan lainnya dan pengukurannya. Tanpa operasionalisasi variabel, peneliti akan mengalami kesulitan dalam menentukan pengukuran hubungan antar variable yang masih bersifat konseptual.
Operasionalisasi variabel bermanfaat untuk:
1)   mengidentifikasi kriteria yang dapat diobservasi yang sedang didefinisikan;
2)   menunjukkan bahwa suatu konsep atau objek/variabel mungkin mempunyai lebih dari satu definisi operasional;
3)   mengetahui bahwa definisi operasional bersifat unik dalam situasi dimana definisi tersebut harus digunakan.
c.   Cara-Cara Menyusun Definisi Operasional
Ada tiga pendekatan untuk menyusun definisi operasional yaitu:
1)  Menekankan kegiatan apa yang perlu dilakukan,
2)  Menekankan pada bagaimana kegiatan itu dilakukan, dan
3)  Menekankan sifat-sifat statis/dinamis yang didefinisikan.
Ketiga cara menyusun definisi operasional tersebut dapat disebut sebagai definisi operasional tipe A atau pola I, definisi operasional pola B atau tipe II, dan definisi operasional tipe C atau pola III (Sumadi Suryabrata, 2000: 76-77; Sarwono, 2006)
1)   Definisi Operasional Tipe A atau Pola I
Definisi operasional Tipe A dapat disusun didasarkan pada operasi yang harus dilakukan, sehingga menyebabkan gejala atau keadaan yang didefinisikan menjadi nyata atau dapat terjadi. Dengan menggunakan prosedur tertentu peneliti dapat membuat gejala menjadi nyata.
Contoh: “Konflik” didefinisikan sebagai keadaan yang dihasilkan dengan menempatkan dua orang atau lebih pada situasi dimana masing-masing orang mempunyai tujuan yang sama, tetapi hanya satu orang yang akan dapat mencapainya.
2)   Definisi Operasional Tipe B atau Pola II
Definisi operasional Tipe B dapat disusun didasarkan pada bagaimana objek tertentu yang didefinisikan dapat dioperasionalisasikan, yaitu berupa apa yang dilakukannya atau merujuk karaktersitik-karakteristik dinamisnya.
Contoh: “Orang pandai” dapat didefinisikan sebagai seorang yang mendapatkan nilai-nilai tinggi di sekolahnya.
3) Definisi Operasional Tipe C atau Pola III
Definisi operasional Tipe C dapat disusun didasarkan pada penampakan seperti apa objek atau gejala yang didefinisikan tersebut, yaitu apa saja susunan karaktersitik-karaktersitik statisnya.
Contoh: “Orang pandai” dapat didefinisikan sebagai orang yang mempunyai ingatan kuat, menguasai beberapa bahasa asing, kemampuan berpikir baik, sistematis dan mempunyai kemampuan menghitung secara cepat.
d.   Kriteria Keunikan
Dalam menyusun definisi operasional, definisi tersebut sebaiknya dapat mengidentifikasi seperangkat kriteria unik yang dapat diamati. Semakin unik suatu definisi operasional, semakin bermanfaat, karena akan banyak memberikan informasi kepada peneliti, dan semakin menghilangkan objek-objek atau pernyataan lain yang muncul yang tidak diinginkan dan dapat direplikasi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan beri masukan komentar anda