Pengikut

Senin, 11 Mei 2015

makalah pendidikan komparatif

system pendidikan komparatif 
SISTEM PENDIDIKAN DI CINA/RRT
Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Perbandingan
yang diampu Oleh  : Dr. H. Abdul Wahib, M.Ag dan Dr. Machfud Junaedi, M.Ag

Disusun Oleh :
Luthfi Taufiq
1400018027
PROGRAM PASCA SARJANA 
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI  WALISONGO
SEMARANG
2015



SISTEM PENDIDIKAN DI NEGARA CINA/RRT

A.    PENDAHULUAN
“Carilah ilmu meskipun sampai negeri Cina/RRT”. Mencermati hadist Nabi Muhammad Saw diatas membuat kita bertanya-tanya, apa yang menjadikan Cina/RRT begitu istimewa sehingga Nabi Saw menyuruh umatnya menuntut ilmu sampai negeri Cina/RRT. Padahal jika dilihat dari sisi geografis, antara Arab dan Cina/RRT begitu sangat jauh. Dalam buku Muhammad Said dan Junimar Affan yang berjudul “Mendidik Dari Zaman ke Zaman[1] dikatakan bahwa: “Di negeri Cina/RRT pendidikan mendapat tempat yang penting sekali dalam penghidupan”. Dengan mendapatkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat, membuat sistem pendidikan di Cina/RRT meningkat.[2]
Sikap masyarakat Cina/RRT yang mementingkan pendidikan di dalam kehidupannya telah melahirkan sebuah filofis dan pandangan hidup bagi mereka mengenai pendidikan. Peribahasa Tiongkok kuno menyebutkan “Pendidikan merupakan sebuah kotak emas; yang akan menjadi sebuah kunci untuk membangun sebuah bangsa, menciptakan pemimpin dan melatih rakyatnya trampil”. Pendidikan berfungsi sebagai sarana untuk merencanakan masa depan suatu bangsa sehingga dituntut adanya keluaran yang berkualitas: pandai, cerdas, terampil, mandiri, dan mampu memecahkan permasalahan hidup yang dihadapi.  Pandai dapat dilakukan melalui pengajaran tetapi cerdas, terampil, dan mandiri harus melalui pendidikan.  Hanya manusia cerdas yang dapat menghasilkan sesuatu yang berguna untuk membangun suatu bangsa .  Pendidikan sebagai indikator dalam menunjang sumber daya manusia yang berkualitas, perlu di kembangkan dan tetap dilestarikan keutuhannya. Kesadaran akan pentingnya manfaat pendidikan dapat memberikan prestasi yang intelektual bagi manusia yang terlibat didalamnya.[3]
Maka kini, tidak mengherankan jika negara Cina/RRT mengalami kemajuan yang sangat pesat, terutama dalam bidang ekonomi yang menunjukan negara Cina/RRT kini berubah dari negara berkembang menjadi negara maju.[4] Dan, kemajuan Cina/RRT ini diyakini oleh banyak pihak karena keberhasilannya mereka menghidupi falsafah kependidikan sekaligus keberhasilan menyelenggarakan pendidikan bagi masyarakatnya. Dalam indeks pendidikan yang dikeluarkan oleh PISA, bahwa Cina/RRT selalu menempati peringkat teratas dalam rangking pendidikan. Kemajuan pendidikan di Cina/RRT dapat dilihat dari survey yang diadakan oleh Program for International Student Assessment (PISA) di bawah naungan OECD ( Organization Economic Cooperation and Development ) tahun 2012 dimana Cina/RRT berada diperingkat atas (Shanghai diperingkat 1, Hong Kong diperingkat 3, dan Macau di peringkat 6).[5]
Dengan penggambaran secara singkat akan kemajuan negara Cina/RRT sebagaimana diatas, sudah seharusnya kita belajar dari negara Cina/RRT, khususnya dari sisi sistem pendidikannya. Karena kemajuan sebuah negara bergantung seberapa besar perhatian pemerintah atas pembangunan manusianya, yang bisa dicapai dengan penyelenggaraan pendidikan sebaik-baiknya.
Untuk mengetahui bagaimana pemerintah negara Cina/RRT menyelenggarakan pendidikan yang baik bagi masyaraktnya, maka dalam makalah ini, oleh penulis akan dibahas, bagaimana sistem pendidikan di negara Cina/RRT? Pembahasan ini meliputi, apa filsafat dan tujuan pendidikan negara Cina/RRT, bagaimana formasi dan sistem kurikulum pendidikan dibentuk?

B.     SEKILAS TENTANG NEGARA CINA/RRT
Sebelum kita membahas bagaimana sistem pendidikan di negara Cina/RRT, perlu kita disini untuk memahami bagaimana sistem pemerintah, kondisi demografi, politik dan kebudayaan negara Cina/RRT.  
Republik Rakyat Cina/RRT juga disebut Republik Rakyat Tiongkok/RRT Adalah sebuah negara komunis yang terdiri dari hampir seluruh wilayah kebudayaan, sejarah, dan geografis yang dikenal sebagai Cina/RRT.[6] Negara Cina/RRT/RRT memiliki daerah pembagian daerah administrasi: 23 provinsi, 5 daerah otonomi yang berpenduduk etnis minoritas (Xinjiang, Tibet atau Xizang, Mongolia Dalam, Guangxi Zhuang dan Ningxia), 4 kotamadya setingkat provinsi yaitu Beijing, Shanghai, Tianjin dan Chongqing, serta 2 Daerah Administrasi Khusus yakni Hong Kong dan Macao. Negara Cina/RRT/RRT memiliki 9.564.500 km2 atau 3.692.000 mil2, negara terluas ketiga setelah Rusia dan Kanada, dengan jumlah 1,35 miliar jiwa (2013).
Sistem pemerintah negara Cina/RRT/RRT dipimpin oleh seorang presiden dan kepala pemerintahan dipimpin oleh Perdana Menteri. RRT menganut sistem unikameral dimana kekuasaan tertinggi berada di tangan National People’s Congress (NPC/Parlemen). Meskipun ada 9 partai di dalam NPC, namun suara mayoritas berada di tangan PKT. Sementara 8 partai lainya, yaitu Partai Komite Revolusi Tiongkok Kuomintang, Liga Demokratik Tiongkok, Pembangunan Nasional Demokratik, Partai Kemajuan Demokrasi, Partai Demokratik Tani dan Buruh, Partai Zhi Gong, Partai Daerah Istimewa Taiwan Demokrasi, dan Partai Asosiasi 9-3/3 September, hanya menyampaikan aspirasi masyarakat yang diwakilinya. Anggota NPC dipilih melalui pemungutan suara secara rahasia oleh provinsi, daerah otonomi, dan kotamadya yang langsung di bawah pemerintah pusat serta militer. Selain itu, kelompok suku minoritas juga mempunyai perwakilan di NPC, baik yang tergabung dalam partai maupun utusan daerah.
Di samping itu, negara Cina/RRT juga memiliki lembaga penasihat, yaitu Chinese People's Political Consultative Conference (CPPCC) yang beranggotakan unsur PKT, partai-partai non-komunis (8 partai), golongan etnis minoritas, agama, cendekiawan, organisasi sosial, dan organisasi masyarakat, seperti palang merah, pemuda, dan orang-orang Tiongkok perantauan.
Lembaga Peradilan terdiri dari Mahkamah Rakyat Agung (MA), peradilan daerah sesuai dengan tingkat daerahnya, peradilan militer, dan peradilan rakyat khusus.
Untuk kondisi sosial dan kebudayaan, negara Cina/RRT adalah tantangan demografi yang dihadapi saat ini, antara lain populasi yang menua, dan tingginya tingkat cacat lahir di wilayah tertentu. Ketidakseimbangan rasio gender pada dasarnya tidak terlalu tajam, yakni laki-laki: 51,3%, perempuan: 48,7%, namun isu yang berkembang adalah sulitnya kaum laki-laki mencari pasangan hidup akibat paradigma sosial yang mengakibatkan kaum perempuan Tiongkok lebih memilih pasangan hidup yang berada ataupun expatriat.
Penggunaan internet khususnya mobile internet dan social media tetap menjadi sorotan Pemerintah Ciina/RRT, terbukti dengan masih ketatnya pengawasan terhadap situs-situs yang diduga berpotensi mengganggu keamanan dan stabilitas nasional Cina/RRT, seperti Facebook, Twitter, blog dengan provider asing (Multiply, Blogspot, Wordpress), bahkan menambah pemblokiran Google, YouTube, the New York Times. Pertengahan tahun 2013 Pemerintah Cina/RRT telah mengesahkan peraturan ‘Methods for Governance of Internet Information Services’, yang mengharuskan perusahaan penyedia jasa layanan internet dan perusahaan media untuk mengumpulkan identitas asli pengguna media sosial mereka, baik yang memakai jasa blog, micro-blog, maupun bulletin board.
Pemerintah Cina/RRT menyatakan bahwa peraturan ini dimaksudkan untuk memberikan perlindungan terhadap informasi pribadi pengguna internet di dunia maya, yang dilakukan dengan memberikan nama dan data asli kepada penyedia jasa internet dan media online. Peraturan ini juga dapat dijadikan basis hukum untuk menjamin keamanan informasi online bagi 538 juta pengguna internet (per Juni 2012, sumber: China Internet Network Information Center – CINIC), serta menjaga perkembangan internet yang sehat di Cina/RRT. Kiranya pemberlakukan peraturan ini nantinya akan memberikan tekanan lebih kepada penyedia layanan internet (China Mobile, China Telecom) dan perusahaan media (Sina Corporation, Sohu, Baidu, Youku, dan Tencent Corporation) dan tidak serta merta pada pengguna layanan. Meskipun beberapa pengamat asing dan pengguna internet sudah menyampaikan kekhawatiran mereka terhadap peraturan baru tersebut, secara umum para pengguna internet (Netizen) di Tiongkok belum menunjukan perubahan aktivitas. Mereka tetap membahas isu-isu politik, ekonomi dan sosial secara terbuka dalam micro-blog dan media sosial lainnya.
Pemerintah Cina/RRT menghimbau agar penggunaan internet dan media sosial digunakan untuk meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan serta aktivitas ekonomi. Sementara itu media massa Cina/RRT secara garis besar mengikuti himbauan pemerintah untuk meliput isu-isu yang berkaitan dengan rencana pembangunan lima tahun di Tiongkok, serta mempromosikan pengembangan ilmu pengetahuan dan pertumbuhan ekonomi bangsa.[7]



C.    SISTEM PENDIDIKAN DI NEGARA CINA/RRT
1.      Dasar Falsafah dan Tujuan Pendidikan Negara Cina/RRT
          Dinasti Han tahun 206 SM – 220 M merupakan dinasti kekaisaran besar pertama didalam perjalanan sejarah kekaisaran Cina/RRT. Pada masa ini, banyak literature lama yang dikumpulkan dan diperbaiki kembali. Hal tersebut dikarenakan pada masa pemerintahan sebelumnya ajaran-ajaran Kong Hu Cu diberantas habis. Pada masa ini, Confusianisme menjadi falsafah terkemuka dan menjadi inti bagi sistem pendidikan.[8] Pada masa Dinasti Han ini yang menjadi dasar masyarakat Tionghoa, ialah pengajaran confusius.[9]
          Pada negeri Cina/RRT, pendidikan mendapat tempat yang penting sekali dalam penghidupan.[10] Hal tersebut dikarenakan masyarakat Cina/RRT menganggap pendidikan sejalan dengan filsafat, bahkan menjadi alat bagi filsafat, yang mengutamakan etika.[11] Anggapan ini membuat pendidikan di Cina/RRT mengiringi kembalinya popularitas aliran filsafat Kung Fu Tse di dalam masyarakat Cina/RRT.
          Anggapan tersebut muncul dari ajaran-ajaran Confusianisme yang mulai mendapatkan tempat kembali di hati rakyat Cina/RRT, yang ditandai dengan munculnya Dinasti Han sebagai penguasa. Ajaran-ajaran tersebut mengajarkan bahwa pendidikan tersebut penting. Seperti yang ditanamakan Hsun Tzu, “Belajar terus sampai mati dan hanya kematianlah yang menghentikannya”.[12] Belajar adalah pekerjaan sepanjang hayat, dan jabatan yang tinggi mungkin merupakan ganjarannya. Cina/RRT telah memberikan status pada kegiatan belajar lebih dari masyarakat mana pun.[13]
          Jadi, dalam membicarakan mengenai falsafah pendidikan Cina/RRT, tidak dapat dijauhkan dari pembicaraan mengenai ajaran Confusianisme. Seperti yang diutarakan di atas, bahwa ajaran confusianisme memberikan dasar-dasar dan sumbangan-sumbangan dalam sistem pendidikan Cina/RRT, khususnya pada masa Dinasti Han ini. Dalam ajaran confusianisme, “pendidikan adalah mesin yang mengemudi dunia kebenaran menuntut pendidikan dikejar secara terus menerus sampai kematian.
          Pernyataan-pernyataan yang dinilai mementingkan pendidikan tersebut dan diperkuat dengan ajaran Kong Hu Cu yang dianggap sebagai agama bagi masyarakat Cina/RRT, dimana masyarakat Cina/RRT sangat kuat dalam memeluk ajaran tersebut, sehingga membuat pendidikan memiliki sisi yang penting dalam kehidupan masyarakat Cina/RRT. anggapan pentingnya pendidikan tersebut memberikan dampak yang sangat berpengaruh dalam sistem masyarakat Cina/RRT, sehingga segala aspek yang berhubungan dengan pendidikan mendapatkan tempat-tempat istimewa.
          Ajaran confusianisme yang mulai muncul kembali dan berkembang pesat pada masa dinasti Han, serta ajaran ini menjadi dasar kepercayaan membuat pemerintahan tersebut menjalankan ajaran-ajaran didalamnya secara benar. Ajaran yang sangat memberikan perhatian besar terhadap pendidikan, membuat pemerintahan Dinasti Han membentuk sebuah sistem pendidikan yang didasari atas pemikiran dari ajaran confusianisme.
          Sedang, Tujuan pendidikan nasional Cina/RRT adalah untuk mempersiapkan pelajar mengembangkan dirinya dalam dimensi moral, intelektual, fisik, dan estetika sesuai dengan bidang pekerjaannya kelak agar menjadi pekerja sosialis yang memiliki idealisme, terdidik dan berbudaya serta memiliki karakter yang kuat dan disiplin.[14]
2.      Dasar Hukum Pendidikan Negara Cina/RRT
Sejak pertengahan tahun 1980an telah dihasilkan produk hukum yang memayungi pelaksanaan pendidikan di Cina/RRT/RRT. Pemerintah menggunakan produk hukum ini untuk mengalokasikan dana pendidikan, perencanaan pendidikan, evaluasi penyelenggaraan pendidikan, pengaturan kebijakan pendidikan, pelayanan informasi, dan pengawasan pelayanan pendidikan. Produk hukum yang dimaksud adalah seperti: School Act, Educational Examination Act, Educational Investment Act, Lifelong Learning Act, Compulsory Education Law, Education Law, Teacher Act, Higher Education Act, Academic Degrees Regulations, Private and NonGovernmental Education Promotion Act, National Act on Language and Scrip System, Regulation on ChinaForeign Joint Education Institutions and Programmes.[15]
Beberapa peraturan perundangan diatas merupakan hasil dari diskusi mendalam antara pemerintah pusat dengan para pemangku kepentingan, pengambil kebijakan, ahli, dosen universitas, dan guru sekolah.

3.      Kurikulum Pendidikan di negara Cina/RRT
a.      Tahap reformasi kurikulum pendidikan
Kurikulum pendidikan di Negara Cina/RRT mengalami perubahan sebanyak 8 kali sejak berdirinya Cina/RRT. Perubahan kurikulum ini merupakan tuntutan yang dibutuhkan agar Cina/RRT menyesuaikan dengan kebijakan ekonomi dan pasar kerja domestic maupun global.
Reformasi kurikulum pendidikan di Cina/RRT dimulai pada tahun 1949 yang merupakan awal kebangkitan Cina/RRT Baru dibawah pimpinan Mao Tse Tung.
Dalam kurun waktu 1949-1976 terjadi empat tahap reformasi pendidikan dan diselenggarakan dua kali Konferensi Pendidikan untuk merevisi kurikulum pendidikan di Cina/RRT.
Sebagai awal dari Reformasi Tahap I (1949-1952) dilakukan sentralisasi sistem pendidikan untuk menyamakan kurikulum, bahan ajar, dan lesson plan. Pada bulan September 1950 telah diterbitkan bahan ajar untuk tingkat SD, SMP, dan SMA dengan fokus pada pendidikan sains dan moral, terutama ideologi komunis dan politik negara. Pada bulan Maret 1951 diselenggarakan Konferensi Pendidikan Pertama untuk melakukan standarisasi pendidikan yang kemudian menjadi UU Sistem Pendidikan. Undang-undang tersebut mengatur bahwa SD terbagi menjadi tingkat SD awal selama 2 tahun dan SD lanjutan 3 tahun, SMP 3 tahun, dan SMA 3 tahun.
Pada Reformasi Tahap II (1953-1957) sistem pendidikan sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian negara dan antar mata pelajaran tidak saling mendukung atau melengkapi. Untuk itu kembali diselenggarakan Konferensi Pendidikan Kedua untuk merevisi, memperkuat, dan mengembangkan kurikulum pendidikan SD-SMA. Kemudian pada tahun 1956, Kementrian Pendidikan Cina/RRT menerbitkan kurikulum lengkap untuk seluruh mata pelajaran SD-SMA.
Pada bulan Februari 1957, Mao Tse Tung sebagai pemimpin utama di Cina/RRT menyatakan “Arah pendidikan seharusnya mendidik siswa dalam hal moral, ilmu pengetahuan, dan olah raga yang harus didasari oleh ideologi sosialis”. Pernyataan ini menunjukkan bahwa pendidikan moral merupakan hal yang paling utama, kemudian diikuti dengan ilmu pengetahuan dan olah raga.
Pada periode Reformasi Tahap III (1957-1963) Cina/RRT sedang berada pada masa terburuk akibat Perang Dingin dengan Negara-negara Barat. Hal ini menyebabkan siswa-siswa dari SD hingga SMA harus ikut bekerja, terutama di bidang pertambangan untuk ikut membantu permasalahan yang dihadapi negara. Untuk itu kemudian dibuat revisi kurikulum pada September 1958 sehingga pendidikan tingkat Dasar dan Menengah masing-masing hanya perlu ditempuh selama 5 tahun. Dalam jangka waktu 10 tahun, siswa diharapkan sudah menguasai pengetahuan yang di Negara Barat harus ditempuh selama 12 tahun. Pada tahun 1961 muncul kesadaran bahwa sistem pendidikan yang diterapkan tidak menghasilkan output seperti yang diharapkan. Untuk itu kembali dilakukan revisi kurikulum untuk memperbaharui dan memperkuat arah pendidikan. Selain itu juga dikeluarkan peraturan baru agar siswa tidak boleh bekerja dan hanya wajib belajar saja.Pada tahun 1964, Mao Tse Tung dalam Sambutan Musim Semi (awal tahun) kembali menyatakan bahwa sistem pendidikan, kurikulum, dan pengajaran harus diganti. Hal ini menjadi masalah besar karena meski Mao adalah pemimpin yang sangat disegani dan banyak membuat kemajuan di Cina/RRT, dia bukanlah pakar pendidikan. Perubahan sistem pendidikan dan kurikulum yang terus terjadi membuat masyarakat tidak lagi percaya dengan sistem pendidikan yang ada.
Akibatnya, pada periode Reformasi Tahap IV (1964-1976) ini posisi guru dianggap tidak penting dan tidak terhormat. Pada tahun 1966, banyak guru yang diperolok dan dicemooh oleh muridnya sendiri. Akhirnya mereka pindah dari kota ke desa dan beralih profesi menjadi petani. Dalam kurun waktu 1966-1976 terus terjadi kekacauan di Cina/RRT dan ini menjadi titik terendah dalam kepemimpinan Mao. Masa ini dikenal dengan sebutan Revolusi Kebudayaan. Pada masa ini aktivitas belajar sangat minimal, kebanyakan siswa ikut dalam unjuk rasa dan provokasi yang dilakukan masyarakat terhadap pemerintah.
Setelah Mao Tse Tung meninggal dunia pada tahun 1976, posisinya digantikan oleh Deng Xiao Ping yang memiliki pandangan lebih modern. Deng adalah salah satu pemimpin Cina/RRT yang mendapat pendidikan di negara Barat. Hal inilah yang kemudian merubah Cina/RRT dari yang dulunya tertutup menjadi sangat terbuka terhadap dunia barat.
Pada tahun 1977 diadakan konferensi untuk pendidikan sains yang menghasilkan rancangan sentralisasi kurikulum dan menerbitkan buku ajar. Tujuan Reformasi Tahap V (1977-1980) adalah untuk mengejar ketertinggalan Cina/RRT terutama dalam bidang teknologi.
Tahap Reformasi VI berlangsung antara tahun 1981-1984. Pada tahun 1981, Deng menyatakan perlunya Cina/RRT mendirikan SD-SMA unggulan. Menurut Deng, daripada kualitas sekolah secara umum jelek, lebih baik dibuat beberapa sekolah yang unggul dengan harapan dapat berimbas kepada sekolah yang lain. Akan tetapi hal ini juga menimbulkan efek negatif seperti siswa berlomba masuk ke sekolah-sekolah unggulan dengan berbagai cara. Untuk menindaklanjuti kebijakan Deng, Kementrian Pendidikan Cina/RRT mengeluarkan peraturan baru dimana pendidikan dasar dilangsungkan selama 5 tahun dan pendidikan menengah dilangsungkan selama 6 tahun.
Undang-undang mengenai wajib belajar 9 tahun dikeluarkan pada bulan Mei 1985 dan mulai diberlakukan sejak April 1986. Hal ini merupakan bagian dari Reformasi Tahap VII yang berlangsung dari tahun 1985-1998. Pada periode ini SD kembali diubah menjadi 6 tahun dan SMP 3 tahun. Pemerintah tetap menerapkan sentralisasi kurikulum, akan tetapi bahan ajar boleh dikembangkan masing-masing daerah sesuai kebutuhan dan kondisi yang ada. Kurikulum sudah memasukkan materi pengembangan kepribadian, menyediakan mata pelajaran pilihan, dan juga menambahkan praktikum.
Tahap ke VIII dari Reformasi Pendidikan di Cina/RRT berlangsung mulai tahun 1998 hingga sekarang ini. Pada tanggal 15-18 Juni 1999, diadakan Konferensi Pendidikan Ketiga dengan fokus mereformasi pendidikan terutama kualitas guru. Pemerintah Cina/RRT menyadari bahwa untuk bisa bertahan menghadapi globalisasi perlu menyiapkan generasi muda yang kreatif dan inovatif. Apalagi Cina/RRT menghadapi masalah pencemaran lingkungan yang semakin parah dan populasi penduduk yang terus bertambah. Pada bulan September 2001 dikeluarkan kurikulum baru yang menitikberatkan pada inovasi dan kemampuan mengaplikasikan teori dalam kehidupan sehari-hari.[16]
b.      Tujuan dan prinsip dasar kurikulum pendidikan di negara Cina/RRT
Untuk memenuhi tuntutan “peradaban berbasis pengetahuan” (knowledgedriven civilization) sebagai jawaban terhadap tantangan di abad 21, pemerintah Cina/RRT mengubah tujuan kurikulum sesuai harapan masyarakat Cina/RRT. Contoh dari perubahan tujuan kurikulum adalah dengan menciptakan generasi berwawasan luas, yang memungkinkan setiap individu untuk menemukan, menggali dan memperkaya potensi kreatifnya, serta menemukan kelebihan individualnya.
Hal ini berarti melampaui pandangan instrumen pendidikan yang selama ini tunduk kepada tujuan tertentu (dalam hal keterampilan, kemampuan atau potensi ekonomi) menjadi ke arah yang menekankan pengembangan manusia seutuhnya (paradigma belajar menjadi). Menurut pakar pendidikan Cina/RRT, pendidikan sebagai sarana untuk mencapai tujuan pembangunan manusia adalah proses yang sangat individual dan pada saat yang sama proses membangun interaksi sosial. Prinsip dasar pendidikan di Cina/RRT adalah pendidikan harus berkontribusi pada pengembangan serba masingmasing individupikiran dan tubuh, kecerdasan, kepekaan, rasa estetika, tanggungjawab pribadi, dan nilainilai spiritual (dalam pengertian nilainilai konfusianisme).[17]
Pendidikan di Cina/RRT selama dua dekade terakhir telah dipandu oleh prinsip dasar, yang diusulkan oleh Deng Xiaoping, bahwa pendidikan harus berorientasi modernisasi, ke dunia luar, dan ke masa depan. Tujuan pendidikan adalah "mengaktifkan siswa untuk belajar dengan cara yang aktif dan hidup serta berkembang secara moral, intelektual, dan fisik dengan cara pengembangan semua potensi dan untuk mempersiapkan generasi baru yang memiliki citacita, kebajikan moral yang dididik dalam disiplin". Tujuan pendidikan, hakikatnya terdiri dari dua elemen penting yaitu: 1) penekanan pada "pengembangan semua potensi peserta didik", dan 2) pergeseran fokus dari "pengetahuan dasar dan pengembangan keterampilan dasar", nilainilai atau pengembangan sikap serta dari akuisisi doktrin politikideologis ke pendekatan holistik humanistik untuk pembangunan manusia seutuhnya.
Secara rinci tujuan kurikulum yang dijabarkan di atas tertuang dalam falsafah SuShi JiaoYu yang merupakan perwujudan pendidikan berorientasi kualitas. Berikut tujuan kurikulum yang dimaksud:
1.      Mengembangkan rasa patriotisme, kolektivisme, cinta sosialisme, dan pelestarian tradisi budaya nasional;
2.      Mengembangkan kesadaran/rasa demokrasi sosialis dan taat aturan hukum serta mematuhi hukum dan normanorma sosial;
3.      Mengembangkan cara pandang hidup sehat dan bertumpu pada nilainilai kehidupan;
4.      Mengembangkan rasa tanggungjawab sosial dan kewajiban untuk melayani rakyat;
5.      Membudayakan semangat kreatifitas, kemampuan praktek, kompetensi ilmiah dan humanistik dan kesadaran lingkungan;
6.      Mengembangkan dasar pengetahuan, keterampilan dan pendekatan untuk belajar sepanjang hayat; dan
7.      Mengembangkan tubuh yang sehat, kualitas psikologis yang solid, apresiasi estetika dan caracara hidup sehat.
Tujuan kurikulum untuk tingkat SMA juga menambahkan hal berikut:
1.      Mengembangkan kemampuan untuk belajar mandiri, kesadaran kejuruan/kerja, kewirausahaan, perencanaan karir;
2.      Memahami diri sendiri dan menghargai orang lain, belajar untuk berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain, pengembangan semangat tim/bekerjasama; dan
3.      Memahami keanekaragaman budaya, dan keterbukaan pikiran terhadap dunia luar.
Kurikulum pendidikan dasar memiliki 3 tujuan dimensional, yaitu:
1.      Sesuai pilihan konten pendidikan, termasuk pengetahuan dasar dan keterampilan dasar, mencerminkan pembangunan sosial, kemajuan ilmu pengetahuanteknologi dan keragaman budaya, dan yang berkaitan dengan pengalaman pembelajar;
2.      Mengintegrasikan nilainilai pendidikan di semua kurikulum atau bidang pelajaran; dan
3.      Memperhatikan proses dan pendekatan pembelajaran, mendorong pengembangan aktif, strategi pembelajaran yang saling bergantungan.[18]
Secara ringkas tujuan dimensional kurikulum pendidikan dasar adalah untuk merancang kurikulum pada dimensi: pengetahuan dan keterampilan, proses dan pendekatan, dan afektif atau sikap dan nilainilai.

4.      Struktur Pendidikan Negara Cina/RRT
Pendidikan dasar Cina/RRT terdiri dari 3 tahun PAUD, 6 tahun pendidikan dasar, 3 tahun pendidikan menengah pertama, 3 tahun pendidikan menengah atas. Pendidikan tinggi setingkat akademi 2-3 tahun, pendidikan tinggi kejuruan teknik 4 tahun, pendidikan gelar sarjana 4 tahun, pendidikan gelar magister 2-3 tahun, pendidikan doctor 3 tahun.
Wajib belajar  berlangsung selama 9 tahun, dimana anak-anak memasuki sekolah dasar pada usia 6 tahun. Sebelum memasuki masa sekolah dasar, anak anak dapat memperoleh pendidikan PAUD untuk beberapa tahun. Wajib belajar terdiri dari 6 tahun sekolah dasar dan 3 tahun sekolah menengah pertama.
Setelah menyelesaikan pendidikan wajib belajar 9 tahun, siswa menempuh ujian nasional untuk memasuki pendidikan menengah atas yang terdiri 3 kategori, yaitu:
a.       SMA Umum, merupakan sekolah menengah atas yang mempersiapkan siswanya memasuki jenjang pendidikan tinggi.
b.       SMA  Spesialis/teknik/, sekolah menengah atas yang mempersiapkan siswanya dengan keterampilan dan diklat khusus dibidang teknik yang siap terjun di dunia kerja. Lulusan sekolah ini diperbolehkan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
c.        SMA Vokasi/professional, sekolah menengah atas yang mempersiapkan siswanya dengan keterampilan dan diklat khusus dibidang vokasi yang siap terjun di dunia kerja.[19]

5.      Manajemen Sekolah di Negara Cina/RRT
Manajemen kurikulum di Cina/RRT terbagi dalam lima tingkat, yaitu Kementrian Pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas Pendidikan Kota, Dinas Pendidikan Kecamatan, dan sekolah. Pemerintah daerah mulai dari provinsi, kota, dan kabupaten diperbolehkan merancang mata pelajaran muatan lokal yang disesuaikan dengan keadaan wilayahnya, namun harus mendapat persetujuan pemerintah pusat. Implementasi pembelajaran diserahkan kepada sekolah dengan tetap berpatokan kepada kurikulum dari pusat dan daerah.
Sistem administrasi untuk pendidikan teknik dan kejuruan secara keseluruhan merupakan tanggung jawab State Council, namun tanggung jawab terbesar terletak pada pemerintah daerah yang berkoordinasi dengan sektor swasta, industri, pengusaha, dan perusahaan dengan harapan bahwa pendidikan keahlian yang diajarkan berorientasi pada keterampilan dasar yang sesuai dengan dunia usaha dan pasar kerja.[20]

D.    PENUTUP
Dari paparan diatas dapat kita simpulkan bahwa, negara Cina/RRT merupakan negara yang memiliki perhatian sangat tinggi dalam pendidikan dan pengembangan sumber daya masyarakatnya. Tingginya perhatian terhadap pendidikan juga menjadi cara dan pandang hidup masayarakat Cina/RRT. Dan ini terilhami oleh kekayaan dan kebudayaan yang dimiliki oleh mereka, bagaimana mereka memiliki semangat kukuh menghidupi apa yang menjadi keyakinannya, terutama keyakinan mereka terhadap ajaran Kong Hu Chu dan aliran filsafat yang diletakan oleh Con Fu Tse.
Negara Cina/RRT sangat memahami tantangan hidup yang harus mereka hadapi, dan pendidikan adalah usaha yang penting untuk menaklukannya. Ini dapat dilihat dari reformasi kurikulum pendidikan yang hingga delapan kali, dimana kesemuanya menitik beratkan pada kemampuan individu dalam melakukan inovasi dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari. Hal ini terbukti kini kita dapat melihat bagaimana negara Cina/RRT menjadi negara maju yang harus menjadi contoh bagi negara yang sedang berkembang seperti Indonesia.



DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Chaerun, Sistem pendidikan di Cina/RRT, Beijing: Kantor  Atase Pendidikan KBRI Beijing, 2014
Dawson, Raymond Kong Hu Cu, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti,1999
Den Berg, H.J. An, Kroeskamp, dan J.P. Simandjoentak, Dari Panggung Peristiwa Sedjarah Dunia I: India Tiongkok dan Djepang Indonesia, Jakarta: J.B. Wolters – Groningen 1951,
Fatimaningrum, Arumi Savitri, Manajemen Kurikulum Pendidikan Dasar di China, Makalah untuk Seminar Nasional Diseminasi Shortcourse BERMUTU Dikti 2012
Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia Keterangan Dasar Republik Rakyat Tiongkok
Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 12 Tahun 2014
Said, Muhammad dan Junimar Affan, Mendidik Dari Zaman ke Zaman, Bandung: Jemmars, 1987
OECD, PISA 2012 RESULT IN FOKUS




[1] Muhammad Said dan Junimar Affan, Mendidik Dari Zaman ke Zaman, Bandung: Jemmars, 1987, h. 119
[2] Semangat akan pentingnya pendidikan di Cina/RRT ini sesuai dengan ajaran Islam yang begitu menekankan pendidikan. Misalnya hadist yang menyatakan kewajiban menuntut ilmu bagi setiap muslim, juga hadist yang menyuruh umat islam menuntut ilmu hingga akhir hayat.
[4]http://www.bbc.co.uk/indonesia/majalah/2015/01/150120_bisnis_Cina/RRT_pertumbuhan memberitakan, di tahun 2014, ekomoni China mengalami pertubuhan melambat hanya 7,4%. Tetapi pertumbuhan ini merupakan yang terendah sejak 20 tahun terakhir sehingga dapat disimpulkan dengan data ini ekonomi selau mengalami kenaikan, diakses 20 April 2015
[5] Lihat indeks peringkat pendidikan yang keluarkan oleh OECD melalui program PISA sebagaimana terlampir dalam makalah ini.
[6] Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) Melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 12 Tahun 2014  telah mengeluarkan keputusan yang mencabut Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera Nomor SE-06/Pred.Kab/6/1967 tanggal 28 Juni 1967, yang pada pokoknya mengganti penggunaan istilah “Tjina” dengan istilah“Tionghoa/Tiongkok”.
[7] Keterangan mengenai negara Cina/RRT/RRT disarikan dari “Keterangan Dasar Republik Rakyat Tiongkok” yang di terbitkan oleh Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia.
[8] Raymond Dawson, Kong Hu Cu, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti,1999, h. xv
[9] H.J. An Den Berg, Kroeskamp, dan J.P. Simandjoentak, Dari Panggung Peristiwa Sedjarah Dunia I: India Tiongkok dan Djepang Indonesia, Jakarta: J.B. Wolters – Groningen 1951, h. 186
[10] Muhammad Said dan Junimar Affan, , h. 119
[11] Muhammad Said dan Junimar Affan,
[12] Muhammad Said dan Junimar Affan,
[13] Raymond Dawson, 1999, h. 16
[14] Chaerun Anwar, Sistem pendidikan di Cina, Beijing: Kantor  Atase Pendidikan KBRI Beijing, 2014, h. 8
[15] Chaerun Anwar, h. 7-8
[16] Arumi Savitri Fatimaningrum, Manajemen Kurikulum Pendidikan Dasar di China, Makalah untuk Seminar Nasional Diseminasi Shortcourse BERMUTU Dikti 2012, h. 2-5
[17] Chaerun Anwar, h.14
[18] Chaerun Anwar, h. 15
[19] Chaerun Anwar, h. 18
[20] Chaerun Anwar, h. 13